Jumat, 06 Mei 2016

Syirik biang kerok bencana melanda

 Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah (wafat: 751 H) mengatakan,
فَمَا الَّذِيْ أَخْرَجَ الأَبَوَيْنَ مِنَ الْجَنَّةِ، دَارُ اللَّذَّةِ وَالنِّعْمَةِ وَالْبَهْجَةِ وَالسُّرُورِ إلَى دَارِ الآلَامِ والْأَحْزَانِ وَالْمَصَائِبِ؟
Apakah yang telah menyebabkan kedua orangtua kita (Adam dan Hawa) dikeluarkan dari surga, negeri (yang penuh dengan) kelezatan, kenikmatan, kebahagiaan dan kesenangan, menuju negeri penuh derita, kesedihan dan musibah?
وما الّذي أغرق أهل الأرض كلّهم حتّى علا الماء فوق رؤوس الجبال؟. وما الّذي سلّط الرّيح على قوم عاد حتّى ألقتهم موتى على وجه الأرض كأنّهم أعجاز نخل خاوية، ودمّرت ما مرّت عليه من ديارهم وحروثهم وزروعهم ودوابّهم حتّى صاروا عبرة للأمم إلى يوم القيامة؟
Apakah (penyebab) yang telah menenggelamkan segenap penduduk bumi (kaum Nuh), sampai-sampai air bah meninggi melampaui puncak gunung? Dan apakah yang telah menyebabkan angin membinasakan kaum ‘Aad sampai-sampai mereka mati bergelimpangan layaknya batang pohon kurma yang sudah lapuk? Dan menghancurkan segala yang dilaluinya di kampung mereka, tanaman mereka, peternakan mereka, sampai-sampai mereka menjadi ibrah (pelajaran) bagi seluruh umat sampai hari kiamat?
وما الّذي أرسل على قوم ثمود الصّيحة حتّى قطعت قلوبهم في أجوافهم وماتوا عن آخرهم؟
Dan apakah yang menyebabkan datangnya pekikan suara menggelegar bagi kaum Tsamud, hingga mencabik-cabik jantung hati yang ada dalam rongga tubuh mereka, lantas mereka semua binasa?
وما الّذي رفع قرى اللّوطيّة حتّى سمعت الملائكة نبيح كلابهم، ثمّ قلبها عليهم، فجعل عاليها سافلها، فأهلكهم جميعا؟ ثُمَّ أَتْبَعَهُمْ حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَمْطَرَهَا عَلَيْهِمْ
Dan apakah penyebab yang  telah mengangkat kampung Luth, sampai-sampai Malaikat mendengar lolongan anjing-anjing mereka, kemudian kampung tersebut dibalik, bagian atas menjadi bawah, lantas membinasakan mereka seluruhnya? Kemudian dilanjutkan dengan turunnya hujan batu dari langit terhadap mereka?
وما الّذي أغرق فرعون وقومه في البحر ثمّ نقلت أرواحهم إلى جهنّم، والأجساد للغرق، والأرواح للحرق؟
Dan apakah penyebab yang telah menenggelamkan Firaun dan kaumnya ke dasar lautan, kemudian arwah mereka dipindahkan ke neraka Jahanam. Jasad-jasad mereka binasa ditenggelamkan, sementara arwah mereka dibakar? (Al-Jawaabul Kaafi: 43)
Jawabannya ada pada satu ungkapan; “dosa dan maksiat”.
Syirik, Biang Kerok Bencana Nomor Wahid
Perlu digarisbawahi, bahwa maksiat yang paling berat di mata Allah adalah kesyirikan. Di samping beribadah kepada Allah, juga beribadah kepada selain-Nya. Di samping berdoa kepada Allah, juga berdoa kepada selain-Nya. Di samping berharap dan takut kepada Allah, juga berharap dan takut kepada selain-Nya. Di samping sholat di masjid, juga i’tikaf di kuburan orang shalih. Di samping menyembelih kurban, juga melayarkan sesaji ke lautan. Di samping mengimani Rasulullah, juga mempercayai dukun, ramalan zodiak, dan feng-shuiInilah hakikat kesyirikan sebagaimana yang didefinisikan oleh ulama Syafi’iyyah. Imam An-Nawawi Asy-Syaafi’i rahimahullah (wafat: 676 H) mengatakan dalam al-Minhaj Syarh Shahih Muslim (2/71, cet.-2 Daar Ihyaa’ at-Turaats, 1392 H):
الشِّرْكُ وَالْكُفْرُ قَدْ يُطْلَقَانِ بِمَعْنًى وَاحِدٍ وَهُوَ الْكُفْرُ بِاللهِ تَعَالَى، وَقَدْ يُفَرَّقُ بَيْنَهُمَا فَيُخَصُّ الشِّرْكُ بِعِبَدَةِ الْأَوْثَانِ وَغَيْرِهَا مِنَ الْمَخْلُوْقَاتِ مَعَ اعْتِرَافِهِمْ بِاللهِ تَعَالَى
“Syirik dan kufur terkadang disebut secara mutlak untuk satu makna yang sama, yaitu al-kufru (kekufuran) kepada Allah Ta’ala. Dan terkadang keduanya dibedakan, sehingga istilah syirik secara khusus (mengandung makna): peribadatan kepada berhala atau selainnya dari kalangan makhluk, bersamaan dengan pengakuan (mereka para hamba) akan Allah Ta’ala…”
Kesyirikan sejatinya adalah tujuan akhir syaitan dalam menyesatkan putra-putri Adam. Melakukan kesyirikan berarti mewujudkan sesuatu yang paling dicintai oleh syaitan, dan ini merupakan bentuk penyembahan terhadapnya yang bisa mengundang adzab Allah, sebagaimana diungkapkan oleh Ibrahim ‘alaihissalaam ketika mendakwahi bapaknya yang musyrik:
يا أَبَتِ لا تَعْبُدِ الشَّيْطانَ إِنَّ الشَّيْطانَ كانَ لِلرَّحْمنِ عَصِيًّا (44) يا أَبَتِ إِنِّي أَخافُ أَنْ يَمَسَّكَ عَذابٌ مِنَ الرَّحْمنِ فَتَكُونَ لِلشَّيْطانِ وَلِيًّا
“Wahai Ayahku! Janganlah engkau menyembah syaitan, karena syaitan itu durhaka pada ar-Rahmaan. Wahai Ayahku! Aku takut engkau akan ditimpa adzab dari ar-Rahmaan, lantas engkau menjadi wali syaitan.” (QS. Maryam: 44-45)

Tidak ada komentar: