Sabtu, 07 Mei 2016

sunnah tidur miring ke kanan bukan ke kiblat tapi boleh bukan pamali

Syubhat:
Dalam sunnah Rasulullah, posisi tidur diusahakan agar kepala menghadap ke utara dan kaki mengarah ke selatan, sehingga tubuh tidak menolak arus medan magnet, konstan mengaliri sekujur tubuh dari kutub magnetik utara menuju ke selatan dan berpengaruh baik terhadap sistem syaraf kita.

Jawab: kalau menyatakan sunnah harus ada dalilnya,mana dalil harus menghadap ke utara apalagi harus sesuai magnet bumi,mana?
Sunnahnya hanyalah miring ke kanan bukan ke kiblat.
Gak ada,yg sunnah miring ke kanan,bukan menghadap kiblat.dalam hadits disebutkan:

عَنِ البَرَّاء بنِ عَازِب، أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه و سلم قَالَ: (( إِذَا أَتَيْتَ مَضْجَعَكَ فَتَوَضَأْ وُضُوءَكَ للصَلاةِ، ثُمَّ اضْطَّجِعْ على شِقِّكَ الأَيْمَنِ، ثُمَّ قُلْ: اللهُمَّ إِنِّي اَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَ فَوَضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ وَ أَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ رَغْبَةً وَ رَهْبَةً إِلَيْكَ لاَ مَلْجَأَ وَ لاَ مَنْجَا منك إَلاّ إِلَيْكََ ، أَمَنْتُ بِكِتَابٍكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ وَ بِنَبِيِّكَ الذي أَرْسَلْتَ وَ اجْعَلْهُنَّ آخِرَ كَلاَمِكَ فَإِنْ مِتَّ مِنْ لَيْلَتِكَ مِتَّ على الفِطْرَة))

“Dari al Barra bin Azib, bahwa Rasululah bersabda,”Jika engkau hendak menuju pembaringanmu, maka berwudhulah seperti engkau berwudhu untuk shalat, kemudian berbaringlahlah di rusukmu sebelah kanan lalu ucapkanlah doa:” Ya Allah sesungguhnya aku menyerahkan jiwaku hanya kepadaMu, kuhadapkan wajahku kepadaMu, kuserahkan segala urusanku hanya kepadamu, kusandarkan punggungku kepadaMu semata, dengan harap dan cemas kepadaMu, aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada nabi yang Engkau utus” dan hendaklah engkau jadikan doa tadi sebagai penutup dari pembicaranmu malam itu. Maka jika enkau meninggal pada malam itu niscaya engkau meninggal di atas fitrah” [H.R Al Bukhari 11/93,95 dan Muslim (2710)]

Walaupun boleh saja menghadap atau membelakangi kiblat dan itu pamali atau takut ketindihan atau kerasukan.
Ini adalah keyakinan batil

Dalam sebuah riwayat dari Aisyah radhiallahu ‘anha, Aisyah mengatakan,
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يأمر بفراشه فيفرش له ، فيستقبل القبلة ، فإذا أوى إليه توسد كفه اليمنى ، ثم همس ما ندري ما يقول …
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menyiapkan tempat tidurnya, kemudian tidur dengan menghadap kiblat. Pada saat nabi membaringkan badannya, ia jadikan telapak tangan kanannya sebagai bantal, lalu membaca doa dengan lirih. Aisyah mengatakan, “Kami tidak tahu apa yang nabi baca…. (hingga akhir hadis).
Keterangan:
Hadis ini diriwayatkan Abu Ya’la dalam Musnadnya (7:210) dari jalur As-Sari bin Ismail Al-Hamdani, dari Asy-Sya’bi, dari Masruq. Para ulama menegaskan bahwa As-Sari bin Ismail adalah perawi yang lemah. Para ulama memberikan komentar miring tentangnya.
Diantaranya:
Yahya bin Said yang mengatakan, “Jelas bagi saya bahwa dia pernah berdusta dalam sebuah majlis.”
Imam Ahmad berkomentar, “Orang-orang meninggalkan hadisnya”
Abu Hatim mengatakan, “Orang yang hilang (tidak diperhitungkan)”
Abu Daud menyatakan, “Dhaif, hadisnya ditinggalkan”
Dalam tafsirnya (7:7), Ibnu Katsir mengatakan, As-Sari bin Ismail adalah sepupu Asy-Sya’bi, dan dia dhaif (lemah) sekali.
Berdasarkan keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa hadis terkait menghadap kiblat saat tidur statusnya dhaif, sehingga tidak perlu dianggap sebagai salah satu adab tidur.
17281)
Syekh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin menjelaskan:
Tidak ada dosa bagi orang yang tidur sementara kakinya ke arah kiblat. Bahkan sebagian ulama mengatakan: Sesungguhnya orang yang sakit, yang tidak mampu berdiri atau duduk maka dia boleh salat sambil tidur miring dan wajahnya menghadap ke kiblat. Jika tidak mampu, dia salat sambil terlentang dan kakinga ke arah kiblat.
(Fatawa Ibnu Utsaimin, 2:976).

Tidak ada komentar: