Selasa, 29 November 2016

Imam asy-syaukani melegalkan tawassul dengan orang mati ?


أَرْدَفَ الْحَمْدَ بِالصَّلَاةِ عَلَى رَسُولِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِكَوْنِهِ الْوَاسِطَةَ فِي وُصُولِ الْكَمَالَاتِ الْعِلْمِيَّةِ وَالْعَمَلِيَّةِ إلَيْنَا مِنْ الرَّفِيعِ عَزَّ سُلْطَانُهُ وَتَعَالَى شَأْنُهُ ، وَذَلِكَ ؛ لِأَنَّ اللَّهَ تَعَالَى لَمَّا كَانَ فِي نِهَايَةِ الْكَمَالِ وَنَحْنُ فِي نِهَايَةِ النُّقْصَانِ لَمْ يَكُنْ لَنَا اسْتِعْدَادٌ لِقَبُولِ الْفَيْضِ الْإِلَهِيِّ لِتَعَلُّقِنَا بِالْعَلَائِقِ الْبَشَرِيَّةِ وَالْعَوَائِقِ الْبَدَنِيَّةِ ، وَتَدَنُّسِنَا بِأَدْنَاسِ اللَّذَّاتِ الْحِسِّيَّةِ وَالشَّهَوَاتِ الْجِسْمِيَّةِ ، وَكَوْنِهِ تَعَالَى فِي غَايَةِ التَّجَرُّدِ وَنِهَايَةِ التَّقَدُّسِ .
Penyertaan Salawat setelah Hamdalah (memuji Allah) adalah karena Rasulullah sebagai perantara dalam tercapainya kesempurnaan ilmiyah dan amaliyah kepada kita dari Allah yang maha tinggi, kuasa dan keadaannya. Sebab ketika Allah dalam kesempurnaan tertinggi, sementara kita berada dalam kekurangan paling rendah, maka tidak ada kesiapan bagi kita untuk menerima curahan dari Allah karena kita masih tergoda dengan ikatan-ikatan manusia dan terkotori oleh kenikmatan dan nafsu raga, sementara Allah dalam puncak keesaan dan kesucian tertinggi

فَاحْتَجْنَا فِي قَبُولِ الْفَيْضِ مِنْهُ جَلَّ وَعَلَا إلَى وَاسِطَةٍ لَهُ وَجْهُ تَجَرُّدٍ وَنَوْعُ تَعَلُّقٍ ، فَبِوَجْهِ التَّجَرُّدِ يَسْتَفِيضُ مِنْ الْحَقِّ ، وَبِوَجْهِ التَّعَلُّقِ يَفِيضُ عَلَيْنَا ، وَهَذِهِ الْوَاسِطَةُ هُمْ الْأَنْبِيَاءُ ، وَأَعْظَمُهُمْ رُتْبَةً وَأَرْفَعُهُمْ مَنْزِلَةً نَبِيُّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَذُكِرَ عَقِبَ ذِكْرِهِ - جَلَّ جَلَالُهُ - تَشْرِيفًا لِشَأْنِهِ مَعَ الِامْتِثَالِ لِأَمْرِ اللَّهِ سُبْحَانَهُ .

Maka kita butuh perantara untuk menerima curahan dari Allah, perantara yang memiliki ‘kesunyian’ dan ‘hubungan’. Jalan yang sunyi itu akan menerima curahan dari Allah, dan jalan penghubung itu yang akan mengantar curahan Allah kepada kita. Perantara itu adalah para Nabi, dan yang paling agung serta paling tinggi adalah Nabi kita, Muhammad shalla Allahu alaihi wa sallama. Maka setelah memuji kepada Allah, disebutlah Sang Nabi itu untuk memuliakan kedudukannya disertai mematuhi perintah Allah.

وَلِحَدِيثِ أَبِي هُرَيْرَةَ عِنْدَ الزَّهَاوِيِّ بِلَفْظِ : { كُلُّ أَمْرٍ ذِي بَالٍ لَا يُبْدَأُ فِيهِ بِحَمْدِ اللَّهِ وَالصَّلَاةِ عَلَيَّ فَهُوَ أَقْطَعُ } وَكَذَلِكَ التَّوَسُّلُ بِالصَّلَاةِ عَلَى الْآلِ وَالْأَصْحَابِ لِكَوْنِهِمْ مُتَوَسِّطِينَ بَيْنَنَا وَبَيْنَ نَبِيِّنَا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِنَّ مُلَاءَمَةَ الْآلِ وَالْأَصْحَابِ لِجَنَابِهِ أَكْثَرُ مِنْ مُلَاءَمَتِنَا لَهُ .
Dan karena hadis Abu Hurairah, menurut al-Zahawi, dengan redaksi: “Setiap hal baik yang tidak ada pujian kepada Allah dan salawat kepadaku, maka terputus berkahnya”. Demikian halnya dengan Tawassul dengan salawat untuk keluarga dan sahabat Nabi, karena mereka menjadi penghubung antara kita dan Nabi. Sebab, kesungguhan mereka kepada Nabi lebih banyak dari pada kesungguhan kita kepada Nabi (Mukaddimah Kitab Nail al-Authar, 1/12))

jadi jelas sekali bahwa beliau hanya melegalkan bertawasul dengan sholawat kepada nabi,keluarga dan seterusnya bukan dengan dzat nabi atau kemuliaan nabi.

Minggu, 27 November 2016

Sholat jum'at di jalan tidak sah dan propaganda liberal

*Waspada tipudaya Liberal...!*

Oleh : Muhammad Hanif Alatas (Waketum DPP FMI)

Dalam menanggapi Jum'at Kubro Aksi Super Damai  Bela Islam III Aktifis JIL (Jaringan Islam Liberal)  DR. Abdul Muqsith Ghozali sebagaimana dikutip NU Online mengatakan bahwa : Madzhab Syafi’i di dalam kitab Al-Majemuk karya Imam An-Nawawi menegaskan bahwa Sholat Jum'at ini disyaratkan dilakukan di dalam sebuah Bangunan meskipun terbuat dari Batu, Kayu, dan bahan material lain. Karenanya tidak sah melakukan Ibadah Jum'at di jalanan. Karena tidak sah, maka Sholat Jum'atnya harus diulang dengan melakukan Sholat Zhuhur.

Kasihan Sekali, Karena terlalu semangat Menggembosi Aksi Bela Islam III, Tokoh liberal ini kebelinger dalam mengartikan ungkapan Imam an-Nawawi *"Fi Abniyatin Mujtami'ah"* dengan arti yang ia sebutkan di atas. Padahal, Maksud dari ungkapan tersebut adalah : bahwa dalam Mazhab Syafi'i Sholat Jum'at harus didirikan di tengah Wilayah Pemukiman (desa / Kota)  yang disitu ada sekumpulan Bangunan (Abniyatin Mujtami'ah) sehingga tidak sah jika dilakukan ditengah Padang Pasir dsbnya, karena bukan merupakan wilayah Pemukiman.

Karenanya, Persis beberapa baris setelah ungkapan tersebut, Masih dalam Kitab yang sama, bahkan juz dan halaman yang sama (4/ 501) dengan jelas dan terang benderang al-Imam an-Nawawi mengatakan :

قال الأصحاب : و لا يشترط إقامتها في مسجد و لكن تجوز في ساحة مكشوفة بشرط أن تكون داخلة في القرية أو البلدة معدودة في خطتها

*"Al-Ashab ( Para Ulama Mazhab Syafi'i ) Berkata : Mendirikan Sholat Jum'at tidak disyaratkan harus di Masjid, akan tetapi boleh di tempat terbuka, dengan syarat tempat tersebut masih dalam wilayah Desa atau Kota"*

Dan perlu dicatat, bahwa Para Ulama yang tergabung dalam GNPF MUI memilih Sholat Jum'at sepanjang  Sudhirman - Thamrin bukan untuk cari sensasi...! Namun pertimbangan itu lahir dari Pengalaman Aksi Bela Islam 411 bahwa MASJID ISTIQLAL sudah tidak muat menampung jutaan umat Islam yang membludak tumpah ruah datang dari berbagai daerah untuk bela agamanya yang DINISTA dan Kitab Sucinya yang DINODAI.
Selain itu, Aksi Bela Islam III In shaa Allah akan dilaksanakan hari Jum'at dan dimulai dari Pagi, sehingga tidak mungkin JUTAAN Umat Islam yang sedang lakukan Aksi Super Damai melaksanakan Sholat Jum'at di tempat lain, sebab justru mengalihkan jutaan orang ke Masjid yang tidak bisa menampung akan mengganggu KETERTIBAN UMUM.

Oleh karena itu, umat Islam WAJIB bersatu, Jangan Hiraukan penggembosan KAUM LIBERAL, yang hobi KORUPSI DALIL serta MANIPULASI HUJJAH.

Jangan menghina pemimpin


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الْأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ

Barangsiapa menghina sulthan Allah di dunia, niscaya Allah akan menghinakannya. [Hadits hasan, HR at Tirmidzi, 4/502, Musthafa al Babi, Cet. II; ash Shahihah, 5/376.]

Tafsir Makna Ulil Amri bukan hanya pemimpin negara


Tafsir at-Thabari, sebuah kitab tafsir klasik yang ditulis oleh ulama besar Abu Jafar Muhammad bin Jarir at-Thabari dan banyak dirujuk oleh para mufassir berikutnya, menyebutkan bahwa para ahli ta'wil berbeda pandangan mengenai arti ulil amri. Satu kelompok ulama menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah umara. Berkata sebagian ulama lain, masih dalam kitab tafsir yang sama, bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi wal fiqh (mereka yang memiliki ilmu dan pengetahuan akan fiqh). Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa sahabat-sahabat Rasulullah-lah yang dimaksud dengan ulil amri. Sebagian lainnya berpendapat ulil amri itu adalah Abu Bakar dan Umar. (Lihat lebih jauh dalam Tafsir at-Thabari, juz 5, h. 147-149)
Imam al-Mawardi dalam kitab tafsirnya menyebutkan ada empat pendapat dalam mengartikan kalimat "ulul amri" pada QS An-Nisa:59. Pertama, ulil amri bermakna umara (para pemimpin yang konotasinya adalah pemimpin masalah keduniaan). Ini merupakan pendapat Ibn Abbas, as-Sady, dan Abu Hurairah serta Ibn Zaid. Imam al-Mawardi memberi catatan bahwa walaupun mereka mengartikannya dengan umara namun mereka berbeda pendapat dalam sabab nuzul turunnya ayat ini. Ibn Abbas mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Huzafah bin Qays as-Samhi ketika Rasul mengangkatnya menjadi pemimpin dalam sariyah (perang yang tidak diikuti oleh Rasulullah saw.). Sedangkan As-Sady berpendapat bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Amr bin Yasir dan Khalid bin Walid ketika keduanya diangkat oleh Rasul sebagai pemimpin dalam sariyah.
Kedua, ulil amri itu maknanya adalah ulama dan fuqaha. Ini menurut pendapat Jabir bin Abdullah, al-Hasan, Atha, dan Abi al-Aliyah. Ketiga, Pendapat dari Mujahid yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Pendapat keempat, yang berasal dari Ikrimah, lebih menyempitkan makna ulil amri hanya kepada dua sahabat saja, yaitu Abu Bakar dan Umar. (Tafsir al-Mawardi, jilid 1, h. 499-500)
Ahmad Mustafa al-Maraghi menyebutkan bahwa ulil amri itu adalah umara, ahli hikmah, ulama, pemimpin pasukan dan seluruh pemimpin lainnya dan zuama yang manusia merujuk kepada mereka dalam hal kebutuhan dan kemaslahatan umum. Dalam halaman selanjutnya al-Maraghi juga menyebutkan contoh yang dimaksud dengan ulil amri ialah ahlul halli wal aqdi (legislatif ?) yang dipercaya oleh umat, seperti ulama, pemimpin militer dan pemimpin dalam kemaslahatan umum seperti pedagang, petani, buruh, wartawan dan sebagainya. (Tafsir al-Maraghi, juz 5, h. 72-73)
Imam Fakhur Razi mencatat ada empat pendapat tentang makna ulil amri. Pertama, makna ulil amri itu adalah khulafa ar-rasyidin. Kedua, pendapat lain mengatakan bahwa ulil amri bermakna pemimpin perang (sariyah). Ketiga, Ulil amri itu adalah ulama yang memberikan fatwa dalam hukum syara dan mengajarkan manusia tentang agama (islam). Keempat, dinukil dari kelompok rawafidh bahwa yang dimaksud dengan ulil amri adalah imam-imam yang mashum. (Tafsir al-fakhr ar-Razi, juz 10, h. 144)
Senada dengan sejumlah kitab tafsir di atas, al-Alusi, pengarang tafsir Ruh al-Maani, mendata adanya beberapa pandangan tentang makna ulil amri. Ada yang mengatakan bahwa ulil amri itu adalah pemimpin kaum muslimin (umara al-muslimin) pada masa Rasul dan sesudahnya. Mereka itu adalah para khalifah, sultan, qadhi (hakim) dan yang lainnya. Ada juga yang mengatakan bahwa maknanya adalah pemimpin sariyah. Juga ada yang berpendapat bahwa ulil amri itu adalah ahlul ilmi (cendekiawan?). (Tafsir Ruh al-Maani, juz 5, h 65)
Ibn Katsir, setelah mengutip sejumlah hadis mengenai makna ulil amri, menyimpulkan bahwa ulil amri itu adalah, menurut zhahirnya, ulama. Sedangkan secara umum ulil amri itu adalah umara dan ulama" (Tafsir al-Quran al-Azhim, juz 1, h. 518)
Dr. Wahbah az-Zuhaili, ulama masa kini yang semasa dengan Dr. Yusuf Qardhawi, dalam kitab tafsirnya, at-Tafsir al-Munir, menyebutkan bahwa sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa makna ulil amri itu adalah ahli hikmah atau pemimpin perang. Sebagian lagi berpendapat bahwa ulil amri itu adalah ulama yang menjelaskan kepada manusia tentang hukum-hukum syara'. Sedangkan syiah, masih menurut Wahbah Az-Zuhaili, berpendapat bahwa ulil amri itu adalah imam-imam yang mashum. (at-Tafsir al-Munir, juz 5, h. 126). Dalam kitab ahkam al-Quran, Ibn al-arabi berkata: "yang benar dalam pandangan saya adalah ulil amri itu umara dan ulama semuanya". (Ahkam al-Quran, juz 1, h. 452)

Minggu, 20 November 2016

Jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun !

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَقَدْ رَأَيْتُ رَجُلاً يَتَقَلَّبُ فِي الجَنَّةِ فِي شَجَرَةٍ قَطَعَهَا مِنْ ظَهْرِ الطَّرِيْقِ كَانَتْ تُؤْذِي الْمُسْلِمِيْنَ
Sungguh, aku melihat seseorang bolak-balik (bersenang-senang) di surga dengan sebab sebatang pohon yang ia potong dari jalan karena mengganggu kaum Muslimin.[  Shahih: HR. Muslim, no. 1914 [129] , dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu]
وَفِي رِوَايَةٍ : مَرَّ رَجُلٌ بِغُصْنِ شَجَرَةٍ عَلَى ظَهرِ طَرِيْقٍ ، فَقَالَ : وَاللهِ لَأُنَـحِّـيَنَّ هَذَا عَنِ الْمُسْلِمِيْنَ لَا يُؤْذِيْهِمْ ، فَأُدْخِلَ الْـجـَنَّةَ
Dalam riwayat lain: Ada laki-laki yang melewati batang pohon yang berada di tengah jalan, lalu ia berkata, ‘Demi Allâh! Saya akan menyingkirkannya agar tidak mengganggu kaum Muslimin.’ Maka (dengan itu) ia dimasukkan ke surga.[ Shahih: HR. Muslim, no. 1914 [128]]
وَفِي رِوَايَةٍ لَهُمَا : بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَريْقٍ وَجَدَ غُصْنَ شَوْكٍ عَلَى الطَّرِيْقِ فَأَخَّرَهُ فَشَكَرَ اللهُ لَهُ ، فَغَفَرَ لَهُ
Dalam riwayat lain di al-Bukhâri dan Muslim, “Suatu hari seseorang melewati sebuah jalan lalu mendapati dahan berduri di jalan tersebut. Lalu ia menyingkirkannya, kemudian dengan itu Allâh berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.”[Shahih: HR. Al-Bukhâri, no. 652 dan Muslim, no. 1914 [127]]

Jangan menolak hadiah !

untuk menjaga perasaan pemberi hadiah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar orang yang diberi tidak menolaknya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَجِيبُوا الدَّاعِيَ، وَلَا تَرُدُّوا الْهَدِيَّةَ
Hadirilah undangan dan jangan tolak hadiah! [HR. Ahmad. Arnauth menyatakan sanad hadis ini jayyid].
Aisyah Radhiyallahu anhuma juga meriwayatkan bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah dan membalasnya. [HR. Al-Bukhâri].
Sekalipun terkadang hadiah yang diberikan tidak terlalu berharga, tetap dianjurkan untuk menerimanya. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima hadiah sekalipun kikil kambing. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَوْ دُعِيتُ إِلَى ذِرَاعٍ أَوْ كُرَاعٍ لَأَجَبْتُ، وَلَوْ أُهْدِيَ إِلَيَّ ذِرَاعٌ أَوْ كُرَاعٌ لَقَبِلْتُ
Aku akan menghadiri undangan, sekalipun untuk makan kikil kambing kaki depan atau kaki belakang dan aku menerima hadiah, sekalipun kikil kambing kaki depan atau kaki belakang. [HR. Al-Bukhâri].

Minggu, 13 November 2016

Tingkatan syukur


syukur terbagi ke dalam dua tingkatan:

Pertama: Syukur Wajib.
Yaitu syukur dalam bentuk mengerjakan kewajiban-kewajiban dan menjauhi larangan-larangan. Syukur seperti ini wajib dan sudah cukup sebagai tanda syukur atas seluruh nikmat.

Salah seorang generasi Salaf berkata, “Syukur ialah meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.” Salah seorang dari generasi Salaf lainnya mengatakan, “Syukur ialah tidak menggunakan salah satu nikmat untuk kemaksiatan.” [Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam 2/83-84]

Abu Hâzim az-Zâhid rahimahullah menyebutkan bahwa syukur ialah dengan seluruh anggota tubuh, menahan diri dari kemaksiatan-kemaksiatan; dan menggunakan semua organ tubuh untuk melakukan ketaatan-ketaatan. Setelah itu ia berkata, “Adapun orang bersyukur dengan lisannya, namun tidak bersyukur dengan seluruh organ tubuhnya, maka perumpamaannya seperti orang yang mempunyai pakaian; ia memegang ujungnya, namun tidak mengenakannya. Pakaian seperti itu tidak bermanfaat baginya dari panas, dingin, dan hujan.”[Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunya dalam Asy-Syukr no. 129 dan Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyâ' 3/279-280, no. 3963]

Kedua: Syukur Sunnah.
Maksudnya seorang hamba mengerjakan ibadah-ibadah sunnah setelah mengerjakan ibadah-ibadah wajib dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.

Ini adalah tingkatan para as-sâbiqûn (orang-orang yang terdahulu dalam kebaikan) yang didekatkan kepada Allah Azza wa Jalla . Tingkatan inilah yang telah disebutkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang telah disebutkan sebelumnya.[  Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam 2/85]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh dalam shalat dan qiyâmul lail (shalat malam) hingga kedua kakinya bengkak. Ketika beliau ditanya, “Mengapa engkau berbuat seperti ini, padahal Allah Azza wa Jalla telah mengampuni dosamu yang telah lalu dan yang akan datang?” Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفَلاَ أَكُوْنُ عَبْدًا شَكُوْرًا ؟

Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang banyak bersyukur?[Shahîh: HR. al-Bukhâri no. 1130, 4836, 6471, Muslim no. 2819, Ahmad 4/251, at-Tirmidzi no. 412, an-Nasâ-i 3/219, Ibnu Mâjah no. 1419, dan Ibnu Hibbân no. 311 dari al-Mughîrah bin Syu’bah.]

Shalat Tahajjud adalah sunnah, namun beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tetap melaksanakannya sebagai rasa syukur kepada Allah Azza wa Jalla . Ada sebagian amal yang disebutkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah wajib, baik fardhu ‘ain, seperti berjalan menuju shalat wajib berjama’ah, atau fardhu kifâyah, seperti amar ma’ruf nahi munkar, menolong orang yang kelaparan, dan adil terhadap manusia dalam memutuskan perkara mereka atau mendamaikan mereka.[Lihat Jâmi’ul ‘Ulûm wal Hikam 2/85]
 jika nikmat-nikmat dunia tidak disikapi dengan syukur, maka nikmat dunia tersebut menjadi petaka, seperti dikatakan Ibnu Hâzim rahimahullah :

كُلُّ نِعْمَةٍ لاَ تُقَرِّبُ مِنَ اللّٰـهِ ؛ فَهِيَ بَلِيَّةٌ

Setiap nikmat yang tidak mendekatkan pemiliknya kepada Allah adalah petaka. [ Hilyatul Auliyâ' 3/266, no. 3908]

Selasa, 01 November 2016

Berlindung dari istri yang cerewet ???

Dalam sebuah hadits disebutkan doa berikut:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ رِبًا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَهُ تَرَانِي، وَقَلْبُهُ تَرْعَانِي، إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا، وَإِذَا رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak (keturunan) yang berkuasa kepadaku; dari harta yang menjadi siksa (kelak) bagiku; dan dari teman dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, yang apabila kebaikanku ia menutupinya, namun apabila ia melihat kejelekanku ia menyebarkannya”.

Doa ini diriwayatkan secara marfuu’ oleh Ath-Thabaraaniy dalam Ad-Du’aa’ hal. 1425 no. 1339 : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Hammaad Al-Hadlramiy : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar, dari Muhammad bin ‘Ajlaan, dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Termasuk doa yang biasa diucapkan Rasulullah : “……… (al-hadits)……”.
Al-Hasan bin Ahmad Al-Hadlramiy[1] dalam periwayatannya dari Muhammad bin ‘Ajlaan diselisihi oleh:
1.    Abu Sa’iid Al-Asyajj[2] sebagaimana diriwayatkan oleh Aslam bin Sahl dalam Taarikh Waasith hal. 130 no. 112;
2.    Hannaad bin As-Sariy[3] dalam Az-Zuhd hal. 505 no. 1038
yang meriwayatkan dari perkataan Sa’iid Al-Maqburiy (maqthuu’), ia berkata:
كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ النَّبِيِّ ﷺ: " اللَّهُمَّ، إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ جَارِ السُّوءِ، وَمِنْ زَوْجٍ تُشَيِّبُنِي قَبْلَ الْمَشِيبِ، وَمِنْ وَلَدٍ يَكُونُ عَلَيَّ وَبَالا، وَمِنْ مَالٍ يَكُونُ عَلَيَّ عَذَابًا، وَمِنْ خَلِيلٍ مَاكِرٍ عَيْنَاهُ تَرَانِي وَقَلْبُهُ يَرْعَانِي إِنْ رَأَى حَسَنَةً دَفَنَهَا وَإِنْ رَأَى سَيِّئَةً أَذَاعَهَا "
“Termasuk diantara doa yang diucapkan Nabi Dawud : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari tetangga yang jahat; dari pasangan yang menjadikanku tua (beruban) sebelum waktunya; dari anak yang menjadi bencana/kesusahan bagiku; dari harta yang menjadi adzab (kelak) bagiku; dari dari teman dekat yang berbuat makar kepadaku, matanya melihat dan hatinya terus mengawasi, yang apabila kebaikanku ia menutupinya, namun apabila ia melihat kejelekanku ia menyebarkannya”.
Jika kita tarjih, maka riwayat maqthu’ lebih kuat. Jika kita anggap dua jalan tersebut sama-sama kuat[4], maka di sini ada idlthiraab yang berasal dari Abu Khaalid Al-Ahmar. Ibnu Hajar menghukuminya sebagai perawi yang shaduuq, namun sering keliru (yukhthi’)’ [Taqriibut-Tahdziib, hal. 406 no. 2562]. Meskipun ia dipuji banyak ulama, namun ada diantara hadits-haditsnya yang perlu untuk diteliti. Ibnu ‘Adiy berkata : “Ia mempunyai hadits-hadits yang shaalihah (baik). Hanya saja, hapalannya yang jelek menyebabkan ia sering keliru. Ia pada asalnya adalah sebagaimana yang dikatakan Ibnu Ma’iin : ‘shaduuq, namun bukan sebagai hujjah” [lihat Tahdziibul-Kamaal, 11/394-398 no. 2504]. Ibnu Hajar dalam Muqaddimah Al-Fath (hal. 407) menyebutkan bahwa Abu Bakr Al-Bazzaar berkata : “Para ulama hadits sepakat bahwa ia bukan seorang yang haafidh. Ia meriwayatkan dari Al-A’masy dan yang lainnya hadits-hadits yang tidak ada mutaba’ah-nya” [Dinukil melalui perantaraan Kasyful-Iihaam, hal. 399 oleh Dr. Maahir Al-Fahl].
Kemungkinan, hadits ini adalah salah satu yang ia (Abu Khaalid Al-Ahmar) keliru dalam periwayatannya.
Kemungkinan lain kekeliruan ini berasal dari Muhammad bin ‘Ajlaan. Sebagian ulama mengkritik periwayatannya yang berasal dari Sa’iid Al-Maqburiy, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu [lihat : Mausu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad 3/293-295 no. 2387 dan Mausu’ah Aqwaal Ad-Daaraquthniy hal. 604 no. 3244].
Ada syahid dari Ibnu ‘Abbaas sebagaimana diriwayatkan oleh Aslam bin Sahl dalam Taariikh Waasith hal. 130, namun sanadnya sangat lemah karena Husain bin Qais, seorang yang matruuk.
Kesimpulannya, hadits ini dla’iif secara marfuu’, tidak boleh disandarkan pada Nabi . Yang shahih, ini hanya perkataan dari Sa’iid Al-Maqburiy. Wallaahu a’lam bish-shawwaab.
Semoga ada manfaatnya.


[1]    Al-Hasan bin Hammaad bin Kusaib Al-Hadlramiy, Abu ‘Aliy Al-Baghdadiy, berlaqab sajjaadah; seorang yang tsiqah, shaahibus-sunnah. Dipakai oleh Abu Daawud, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Al-Kaasyif, 1/324 no. 1024].
[2]    Abu Sa’iid Al-Asyajj namanya ‘Abdullah bin Sa’iid bin Hushain Al-Kindiy, Abu Sa’iid Al-Asyajj Al-Kuufiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, dan meninggal tahun 257 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 511 no. 3374].
[3]    Hannad bin As-Saariy, ia adalah Ibnu Mush’ab bin Abi Bakr At-Tamiimiy Ad-Daarimiy; seorang yang tsiqah. Termasuk thabaqah ke-10, lahir tahun 152 H, dan meninggal tahun 243 H. Dipakai oleh Al-Bukhaariy dalam Khalqu Af’aalil-‘Ibaad, Muslim, Abu Daawud, At-Tirmidziy, An-Nasaa’iy, dan Ibnu Maajah [Taqriibut-Tahdziib, hal. 1025 no. 7370].
[4]    Asy-Syaikh Al-Albaaniy rahimahullah menyebutkan mutaba’ah bagi Al-Hasan bin Hammaad, yaitu Al-Hasan bin Sahl. Beliau rahimahullah berkata:
الحديث أخرجه الديلمي في "مسند الفردوس " (1/1/183) من طريق أبي بكر بن أبي عاصم: حدثنا الحسن بن سهل: حدثنا أبو خالد الأحمر به مقتصراً على الشطر الثاني منه، بلفظ: "اللهم إني أعوذ بك من خليلٍ ماكرٍ... " إلخ
“Hadits tersebut diriwayatkan juga oleh Ad-Dailamiy dalam Musnad Al-Firdaus (1/1/8) dari jalan Abu Bakr bin Abi ‘Aashim : Telah menceritakan kepada kami Al-Hasan bin Sahl : Telah menceritakan kepada kami Abu Khaalid Al-Ahmar dengan sanad tersebut secara ringkas pada bagian kedua dari hadits, dengan lafadh : “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari teman yang jahat …..dst.”.
Al-Hasan bin Sahl ini adalah Al-Ju’fiy Al-Kuufiy. Abu Zur’ah meriwayatkan hadits darinya, dan ia (Abu Zur’ah) tidaklah meriwayatkan kecuali dari orang yang tsiqah [lihat : Silsilah Ash-Shahiihah, 7/377-378 no. 3137].
Hanya saja, Asy-Syaikh Al-Albaaniy tidak menyebutkan sanad sebelum Ibnu Abi ‘Aashim sehingga dapat dinilai apakah sanad tersebut shahih sampai Al-Hasan bin Sahl ataukah tidak. Hal ini dikarenakan beliau rahimahulah sendiri menjelaskan bahwa Ad-Dailamiy ini banyak mengumpulkan riwayat-riwayat yang dla’iif/palsu dari para perawi pendusta, pemalsu, dan matruk; sehingga Ad-Dailamiy disebut beliau sebagai haatibul-lail ! [Silsilah Adl-Dla’iifah, 12/565].

Murid Jadi Soko Guru, Guru Jadi Murid Kecil.


Banyak dari masyarakat yang merasa dirinya kurang ilmu atau bodoh, namun tanpa sadar dia telah menobatkan dirinya menjadi orang paling berilmu.
Kok bisa?
Ya, ngakunya awam, tidak berilmu namun pada kenyataannya : membanding-bandingkan dalil, atau membanding-bandingkan pendapat atau ulama'. Mereka berkata: kalau menurut saya: pendapat ini yang lebih kuat atau ulama' ini lebih berilmu dibanding yang itu.
Kok bisa ya, ngakunya tidak berilmu tapi bisa membandingkan bahkan menghakimi perbedaan pendapat atau memvonis bahwa ulama' ini lebih berilmu dibanding ulama' itu.
Ilmunya saja ndak punya, kok bisa mengatakan ini lebih berilmu dibanding itu, ini lebih benar dibanding itu?
Jawabannya sederhana: perasaannyalah dalil dan ilmunya, tatkala cocok dengan perasaannya maka dianggap benar dan kuat, namun tatkala tidak sesuai dengan perasaan atau seleranya, maka dianggap aneh bin lemah atau salah.
Logikanya: orang yang berilmu tuh bisa mengenali orang bodoh, karena sebelum menjadi orang berilmu, dia adalah orang bodoh, namun orang bodoh mana mungkin bisa mengenali kadar ilmu ulama', padahal ia belum pernah menjadi orang berilmu walau hanya sehari saja.
Lalu siapakah yang bisa mengenali ulama' bahkan ulama' paling alim? ya tentu saja ulama', karena itu dahulu tradisi di kalangan para ulama', tiada seorangpun yang berani berfatwa atau mengajar kecuali yang telah mendapat rekomendasi dari para ulama' senior yang ada di zamannya.
Imam Malik berkata:
وليس كل من أحب أن يجلس في المسجد للحديث والفتيا جلس حتى يشاور فيه أهل الصلاح والفضل وأهل الجهة من المسجد فإن رأوه أهلاً لذلك جلس وما جلست حتى شهد لي سبعون شيخاً من أهل العلم أني موضع لذلك
Tidaklah pantas bagi seseorang untuk duduk berceramah di masjid atau memberi fatwa hingga ia bermusyawarah dengan orang-orang sholeh, para pemuka agama dan tokoh setempat. Bila mereka menganggapnya layak untuk melakukan hal itu. maka silahkan ia melakukannya, Dan aku tidaklah duduk di masjid untuk berceramah dan memberi fatwa sampai mendapatkan rekomendasi dari 70 orang syeikh ahli ilmu bahwa aku pantas melakukannya. (Ad Dibaaj Al Muzhab oleh 1/10)
Kini sebaliknya yang terjadi, murid yang merekomendasi guru, bila mereka cocok maka guru diundang, bila tidak cocok maka guru ditendang. Murid mendesak guru agar berfatwa dan bersikap sesuai selera murid, bahkan sering kali murid pesan fatwa kepada gurunya., hasbunallahu wa ni'mal wakiil. Inilah wolak walinya zaman, semoga Allah melimpahkan istiqomah kepada kita dan menjaga kita semua dari fitnahnya zaman, amiin.

Enaknya Minta Maaf! Emang yang kau hina diriku? Yang Kau hina Agamaku.


Islam tuh agama pemaaf, dan menganjurkan ummatnya untuk menjadi pemaaf, namun itu semua bila penghinaan dan gangguan menimpa diri anda. Akan tetapi bila penghinaan itu menipa agama, apalagi Allah Ta'ala dan Nabi-Nya, maka tiada ampun dan maaf bagimu, wahai orang kafir.
Engkau telah menginjak agama Allah Ta'ala, maka ummat Islam tiada kuasa untuk memaafkan, karena memang tiada seorangpun dari ummat manusia yang berhak mewakili Allah dan Rasul-Nya untuk memaafkan penista agama atau penista ALlah Ta'ala atau Rasul-Nya, seperti dirimu wahai orang kafir penebar HOAX
'Aisyah radhiallahu 'anha berkata:
مَا ضَرَبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- شَيْئًا قَطُّ بِيَدِهِ وَلاَ امْرَأَةً وَلاَ خَادِمًا إِلاَّ أَنْ يُجَاهِدَ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا نِيلَ مِنْهُ شَىْءٌ قَطُّ فَيَنْتَقِمَ مِنْ صَاحِبِهِ إِلاَّ أَنْ يُنْتَهَكَ شَىْءٌ مِنْ مَحَارِمِ اللَّهِ فَيَنْتَقِمَ لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tiada pernah memukul sesuatu dengan tangan beliau, tidak pula memukul istri atau pelayan beliau, kecuali bila sedang berjihad di jalan Allah. Dan tiada pernah beliau disakiti pada dirinya kemudian beliau membalas dendam kepada pelakunya, kecuali bila ada salah satu batasan batasan (hukum) Allah yang dilanggar, maka beliau pasti segera bangkit dan menuntutkan balas untuk Allah Azza wa Jalla. (Muslim)
Eyahlah engkau dari bumi Allah, wahai HOAX, dan tinggallah di bumi sesembahanmu bila engkau mampu.
Allahu Akbar. Allahu AKbar.

Mengapa Seakan Anda Ingin Mengaudit Malaikat ?


Sobat! Sadarkah anda bahwa apapaun yang anda ucapkan atau lakukan pasti dicatat oleh Malaikat pencatat amalan? Mungkinkah ada satu ucapan atau amalan anda yang luput dari catatan Malaikat?
وَوُضِعَ الْكِتَابُ فَتَرَى الْمُجْرِمِينَ مُشْفِقِينَ مِمَّا فِيهِ وَيَقُولُونَ يَا وَيْلَتَنَا مَالِ هَذَا الْكِتَابِ لَا يُغَادِرُ َصغِيرَةً وَلَا كَبِيرَةً إِلَّا أَحْصَاهَا وَوَجَدُوا مَا عَمِلُوا حَاضِرًا وَلَا يَظْلِمُ رَبُّكَ أَحَدًا
Dan diletakkanlah kitab (catatan amal), lalu kamu akan melihat orang-orang yang bersalah ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata: Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun" (Al Kahfi 49)

Bila semua sudah dicatat, dan kelak di hari qiyamat anda pasti mempertanggung jawabkannya kepada Allah, lalu mengapa saat ini seakan anda merasa perlu untuk membuat catatan atau mendokumentasikan amalan anda? Mungkinkah anda kawatir ada yang terselip dari catatan malaikat atau luput dari perhitungannya?
Kalau anda berkata: aah, inikan untuk kenang-kenangan, sekedar untuk bercerita kepada karib kerabat dan teman.
Luar biasa, alasan yang terkesan cerdas dan manusiawi, namun coba sesaat anda merenung: sebenarnya anda beribadah untuk bercerita atau menjadi kenangan? bukankah anda beribadah untuk mencari ridha Allah Ta'ala? lalau mengapa tanpa anda sadari ada niat lain, kenangan, atau bahan cerita kepada orang? apakah anda tidak kawatir terperangkap dalam riya' ? ataukah anda telah merasa memiliki proteksi yang ampuh dari penyakit riya'?
Kalau mau menghitung dan mengenang, maka kenanglah dosa anda, agar anda selalu rajin beristighfar dan memohon ampunan, bukan untuk dibanggakan atau diceritakan.
Sahabat Abdullah bin Mas'ud berkata:
عدوا سيئاتكم؛ فأنا ضامن أن لا يضيع من حسناتكم شيء
Hendaknya kalian menghitung dosa dosa kalian, dan aku jamin bahwa tiada satupun kebaikan kalian yang terluputkan. (At Tirmizy, Ad Darimy dll)
Sadar sobat, tata kembali niat anda, jangan sampai budaya selfie merusak ibadah anda tanpa anda sadari, akibatnya hanya selfie yang anda dapatkan dari ibadah anda, sedangkan pahala bisa saja sirna, karena ternyata ada niat lain, yaitu kenangan atau bahan cerita kepada kerabat atau teman.
Ya Allah limpahkan keikhlasan kepada hamba-Mu yang lemah ini.

Muslim Imitasi


Orang Islam tuh harusnya pinter, loyal kepada Islam dan ummatnya, sejelek apapun saudaranya muslim, toh di mata Anda sebagai orang Islam, ia lebih mulia dan lebih baik dibanding kafir sepandai dan sebaik apapun dia.
Seenak apapun daging babi, tetap saja haram , sebagai orang Islam anda pasti lebih memilih makan nasi walau hanya berlaukkan peluh sendiri.
Semakmur apapun menjadi orang kafir, sebagi orang Islam Anda pasti lebih memilih untuk menetapi Islam anda walau harus hidup sebagai gembel di dunia.
Setampan atau secantik apapun orang kafir, maka lisan orang islam tidaklah mungkin memujinya apalagi mencintainya, dan sejelek apapun orang Islam maka Anda pasti mencintainya setengah mati.
Sebagai orang Islam, Anda pantang menjadi begundal orang kafir yang hobinya menjilat, mengabdi dan membela orang kafir. Anda yakin bahwa Anda lebih mulia untuk menjadi begundal sesama orang Islam, walaupun resikonya wajah Anda menjadi menjadi keset baginya (orang Islam).
Karena itu sobat, bila Anda rajin bersosmed misalnya, coba deh Anda baca ulang status status Anda, mungkinkah Anda lebih sering memuji orang kafir, baik wajahnya, negerinya, budayanya, tokohnya dan sebaliknya mu kinkah anda juga sering mennjelek-jelekkan saudara anda sendiri, wajahnya, atau negerinya, atau budayanya atau tokohnya. Jangan sampai tanpa Anda sadari Anda telah menjadi begundal orang kafir.
Jangan sampai ketika orang kafir dikritik Anda langsung kebakaran kumis, dan terpanggil untuk membela dengan dalih obyektivitas, namun ketika orang Islam dipojokkan Anda bisu, kehilangan obyektifitas, ata malah ikut tergugah untuk semakin menyudutkannya.
Bila demikian adanya, sepatutnya Anda mengoreksi kembali Islam Anda, jangan jangan bukan asli namun Imitasi.
Sobat! Ingat kembali firman Allah:
لا تجد قوما يؤمنون بالله واليوم الآخر يوادون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباءهم أو أبناءهم أو إخوانهم أو عشيرتهم
Engkau tiada mungkin mendapatkan orang yang benar benar beriman kepada Allah dan hari akhir berkasih sayang dengan orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, walaupun dia adalah ayahnya, atau anaknya, atau saudaranya atau keluarganya sendiri (Al Mujadilah 22)

Wanita Paling Siip & Lelaki Paling Oye.


Tips jitu untuk para jomblo memilih pasangan paling siip, dan bagi yang telah memiliki pasangan, tips ini juga tokcer menjadikan anda suami atau istri yang heeem gitu .
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu berkata:
(عقل المرأة جمالها، وجمال الرجل عقله)
Kecerdasan wanita terletak pada kepandaiannya mempercantik dirinya sedangkan ketampanan lelaki terletak pada kecerdasan nalarnya.
ً
Kecerdasan wanita tatkala ia mampu menjadikan suaminya selalu klepek klepek, ketagihan sampai KO, sehingga tidak bermata keranjang jelalatan ke wanita lainnya.

Sedangkan ketampanan lelaki bila ia cerdas, tiada pernah kehilangan akal untuk mengantarkan keluarganya menuju kepada setiap kebaikan dunia dan akhirat.
Selamat mencoba, semoga berhasil.

Alaah, jangan bawa bawa agama.


Sobat, betapa sering kita mendengar ucapan semisal di atas, di dunia pendidikan katanya: jangan bawa bawa agama, di urusan politik, katanya: jangan bawa bawa agama, dalam urusan dagang, katanya : jangan bawa bawa agama, dalam urusan sosial, katanya: jangan bawa bawa agama,....... dst.
Sobat! Kalau demimikian, lalu kapan Anda akan membawa agama Anda?
Dan coba Anda jawab: di saat anda tidak membawa agama, apa berarti anda tidak beragama alias Anda sedang KAFIIIIIR? Lalu kalau saat itu Anda lagi tidak beragama, kapan anda kembali beragama?
Sobat! Tahukah Anda bahwa agama Anda ini agama Islam, mengajarkan agar Anda masuk Islam secara kaafah, menyeluruh dalam semua urusan, waktu, dan tempat.
يأيها الذين امنوا ادخلوا في السلم كافة ولا تتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو مبين
Wahai orang orang yang beriman, hendaknya engkau masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh, dan janganlah engkau mengikuti langkah langkah setan sejatinya setan adalah musuh yang nyata bagimu. ( Al Baqarah 208)
Jadi, sudikah Anda menjadi orang kafir di saat berada di sekolah atau kampus? Atau kafir ketika di pasar, atau kita bicara tentang politik?
Sebagai orang Islam, anda pasti bersemboyan, sekali Islam ya selamanya Islam, di manapun, kapanpun dan dalam urusan apapun

Kiat Mudah Menjadi ORANG SAKTI.


Banyak orang terkagum kagum melihat seseorang memiliki "kesaktian" alias mampu melakukan satu hal yang tidak dapat dilakukan orang lain atau orang biasa.
Bagi banyak orang asal mampu membuat kagum, maka serta merta dianggap wali, orang shoooleh, dan segera dieluk-elukkan dan diikuti.
Seakan lupa, bahwa setan bisa saja membantu pemujanya melakukan hal-hal yang di luar kemampuan manusia normal. Bila demikian, akankah anda mengangap para pemuja setan sebagai orang sholeh atau wali Allah Ta'ala?
ٍSobat! ketahuilah bahwa kesaktian yang sejati ialah tatkala anda mampu menundukkan nafsu anda dan sebagaimana anda juga begitu sakti sehingga mampu mengalahkan bisikan setan dan godaannya, bukan tatkala anda menjadi budak atau pemuja setan dengan perantara membakar kemenyan dan menyuguhkan sesajian, hingga akhirnya setan membantu anda.
Imam Syafii berkata:
إذا رأيتم الرجل يمشي على الماء أو يطير في الهواء فلا تصدقوه ولا تغتروا به حتى تعلموا متابعته للرسول صلى الله عليه وسلم
Bila engkau menyaksikan seorang lelaki yang dapat berjalan di atas air, atau terbang di udara, maka janganlah engkau mempercayainya, dan jangan pula engkau terperdaya dengannya, hingga engkau benar-benar mengetehui bahwa ia benar-benar mengitu ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (ِAdabussyafii wa manaqibuhu oleh Ibnu Abi Hatim 141)
Jadi untuk jadi orang sakti tuh bukan dengan menggandakan uang, atau bisa terbang atau berjalan di atas air, atau bisa sholat subuh di jawa dan jum'atan di Makkah, lalu Ashar di jawa kembali, namun bila anda dapat istiqamah di atas agama Allah Ta'ala dan sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, dan selamat dari gadaan syahwat, harta, jabatan dan lainnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنْ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kagum kepada seorang pemuda yang tegar dan tidak tergoda oleh nafsu mudanya. (Ahmad dan lainnya)
Ya Allah, limpahkanlah istiqamah kepada hamba-Mu yang lemah ini.

Resep Manjur Penangkal Penyakit Hasad.


Sobat ! Anda merasa kawatir dijangkiti penyakit hasad? Atau bahkan anda merasa bahwa diri anda benar-benar telah dijangkiti penyakit kronis ini?
Bisa jadi, ketika anda membaca status ini anda merasa tersinggung dan berkata: aaah, sori ya, saya tuh orangnya baik, jadi pantang hasad kepada siapapun.
Ya, saat ini anda berkata demikian, naun benarkan faktanya demikian? Coba diingat-ingat lagi, sikap anda tatkala mengetahui atau melihat saudara anda mendapat nikmat baru. ANda acuh tak acuh atau anda hanyut dalam pembicaran tentang nikmat tersebut, minimal anda kagu dengan nikmat yang dia dapat dan tidak anda miliki tersebut? Ya, sadarilah bahwa sikap anda ini adalah awal dari jalan pintas masuknya hasad atau iri pada hati anda.
Sekarang anda memuji, atau kagum, dan membicarakannya, namun tatkala anda telah menyendiri, anda mulai berpikir, bagaimana caranya anda bisa memiliki kenikmatan serupa, dan bisa jadi di hati anda terbetk ucapan: mengapa dia kok bisa mendapatkannya sedangkan anda tidak atau belum bisa memilikinya? Itulah benih benih hasad mulai tumbuh dan bersemi di hati anda.
Sobat! Jangan kawatir, ada resep manjur penawar dan sekaligus penangkal penyakit hasad. Resep ini murah, mudah dan tentu berkah. Setiap kali anda melihat saudara anda memiliki satu kelebihan atau nikmat, segera angkat kedua tangan anda dan pusatkan hati anda untuk berdoa memohon kepada Allah Ta’ala agar berkenan melimpahkan kepada anda kenikmatan serupa atau bahkan lebih darinya.
Ingat! Allah Ta’ala tiada pernah kehabisan stok kenikmatan serupa bahkan yang lebih baik dari yang dimiliki saudara anda, dan Allah Ta’ala juga kuasa memberikannya kepada anda.
SImak dan camkanlah kisah berikut:
فَتَقَبَّلَهَا رَبُّهَا بِقَبُولٍ حَسَنٍ وَأَنبَتَهَا نَبَاتًا حَسَنًا وَكَفَّلَهَا زَكَرِيَّا كُلَّمَا دَخَلَ عَلَيْهَا زَكَرِيَّا الْمِحْرَابَ وَجَدَ عِندَهَا رِزْقاً قَالَ يَا مَرْيَمُ أَنَّى لَكِ هَـذَا قَالَتْ هُوَ مِنْ عِندِ اللّهِ إنَّ اللّهَ يَرْزُقُ مَن يَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ {37} هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء {38} فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَـى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakaria pemeliharanya. Setiap Zakaria masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakaria berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab. Di sanalah Zakaria mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa". Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria, sedang ia tengah berdiri melakukan salat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang Nabi termasuk keturunan orang-orang saleh." (Ali Imran 37-39)
Cermatilah, bagaimana nabi Zakaria ‘alaihissalam setelah mendapat jawaban bahwa itu adalah karunia Allah, nabi Zakaria alaihissalam, segera berdoa, bukan hanyut dalam kekaguman atau ikut sibuk mencicipi atau mendengarkan cerita kronologi datangnya makanan tersebut.
Sobat! Sejak sekarang, mari kita rubah kebiasaan lama anda, setiap kali anda melihat atau mengetahui saudara anda mendapat nikmat baru, segera sibukkan diri dengan berdoa meminta kepada Allah Ta’ala kenikmatan serupa atau yang lebih baik darinya. Jangan sampai anda hanyut dalam kekaguman apalagi sampai melotot terbelalak karenanya.
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ خَيْرٌ وَأَبْقَى
Dan janganlah kamu pusatkan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami coba mereka dengannya. Dan karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (Thaha 131)
Selamat mencoba resep ini, semoga anda terbebas dari benih-benih hasad dan iri kepada siapapun yang mendapat karunia dan nikmat.

Murid Maksa Gurunya Jadi Orang Bodoh Seperti Dirinya.


Namanya murid, biasanya kurang ilmu, sedangkan guru biasanya lebih banyak ilmu, -biasanya loo, ndak selalu, sehingga wajar bila guru mengetahui banyak hal yang belum dan tidak diketahui atau dipahami oleh murid. Karenanya, satu kepastian bila murid bersikap santun dan sabar dalam menuntut ilmu, dan bersyukur bila gurunya mengajarinya atau mencontohkan kepadanya berbagai hal yang belum ia ketahui atau belum pernah ia dengar sebelumnya. Sebagaimana, guru juga sepatutnya bersabar mengajari muridnya berbagai ilmu yang belum dipahami dan dikuasai oleh muridnya.
Kondisi menjadi berubah seutuhnya, bila murid menjadi berang setiap kali mendengar gurunya menyampaikan hal yang belum ia pahami atau dengar, dengan tanpa santun, sang murid berkata: wahai guru! Sangat aneh apa yang engkau sampaikan ini, karena selama aku belajar, belum pernah mendengar dan belum pernah mengetahui apa engkau sampaikan ini! Seakan murid lupa kalau dia belajar tuh untuk menimba sesuatu yang belum dia pahami atau ketahui.
Sebagaimana kondisi akan kacau balau bila guru selalu berang bila mengetahui muridnya belum paham banyak hal yang telah lama ia pahami, lalu berkata: muridku, masalah begini saja engkau belum paham dan belum tahu, padahal sudah sekian lama saya mengetahui masalah ini.
Murid bengal, guru congkak, tamatlah ilmu, dan berakhir pula kisah panjang menuntut ilmu dan mengajarkannya. Bila sudah demikian, maka kebodohanlah yang tersisa.
Abdullah bin Syaqiq bercerita: Suatu hari selepas shalat Asar, sahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu ‘anhuma berkhutbah, untuk menenangkan masyarakat yang sedang terprovokasi untuk melakukan pemberontakan. Karena begitu gentingnya kondisi saat itu, beliau dengan berapi api terus berkhutbah, hingga matahari terbenam. Sepontan sebagian masyarakat yang hadir kala itu, mulai kasak-kusuk dan berkata: sholat, sholat . Namun sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu terus berkhutbah berusaha meredam gejolak perang saudara. Merasa seruan mereka agar beliau berhenti dari khutbahnya dan segera mendirikan sholat Maghrib, ada seorang lelaki dari Bani Tamim yang bangkit, seakan tidak dapat dikendalikan lagi, berteriak dengan suara lantang: sholat, sholat.
Mendengar teriakan lelaki tersebut, sahabat Ibnu Abbas berkata:
أَتُعَلِّمُنِى بِالسُّنَّةِ لاَ أُمَّ لَكَ. ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- جَمَعَ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ.
Apakah engkau hendak mengajariku tentang sunnah (agama)? Engkau lelaki yang tiada memiliki ibu. Selanjutnya beliau berkaya: Sungguh aku pernah menyaksikan Rasulullah shalalahu ‘alaihi wa sallam menjama’ (menggabungkan) sholat Zuhur dengan Ashar, Maghrib dengan Isya’.
Abdullah bin Syaqiq merasa ragu dengan pernyataan sahabat Ibnu Abbas ini, sehingga ia merasa perlu untuk mencari tahu dengan cara mendatangi sahabat Abu Hurairah radhiallau ‘anhu, untuk menanyakan pernyataan sahabat Ibnu Abbas di atas, dan ternyata sahabat Abu Hurairah membenarkan pernyataan sahabat Ibnu Abbas radhiallau ‘anhuma (Muslim dan lainnya)
Para ulama’ menjelaskan bahwa bila ada kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak bisa ditunda, semisal yang sedang dihadapi oleh sahabat Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, atau semisal dokter yang harus menjalankan oprasi pasiennya, dan tidak bisa dihentikan atau ditunda walau hanya sesaat, semisal petugas pemadam kebakaran yang harus menjalankan tugasnya, maka mereka dibolehkan menjama’ sholat, walau tidak sedang dalam kondisi safar.
Namun lihatlah, perbedaan sikap kedua orang di atas, lelaki dari Bani Tamim bersikap tidak santun, alias bengal, hanya berdasar keterbasan ilmunya ia menentang, akhirnya ia kehilangan ilmu. Sedangkan Abdullah bin Syaqiq, bersikap santun dan menyadari keterbatasannya, sehingga ia mencari tahu dengan mendatangi sahabat Abu Hurairah yang terkenal paling banyak menghafal hadits hadits Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam, dan akhirnya ia mendapatkan kejelasan dan tambahan ilmu.
Ya kisah di atas adalah contoh sederhana sikap murid bengal yang memaksa gurunya menuruti kebodohannya. Ia tidak menyadari bahwa dirinya belum gaduk kuping, alias minim ilmu, namun tanpa ragu ragu menghardik orang yang berilmu.
Kisah di atas juga menyimpan kisah sikap seorng murid bijak dan pandai, semisal Abdullah bin Syaqiq. Contoh sikap penuntut ilmu yang kini mulai luntur, oleh semboyan: ndak kenal basa basi, dan keterbukaan informasi.
Kisah di atas juga merupakan contoh sikap seorang guru yang tegar dengan ilmunya, ia berusaha memadamkan api perang saudara, dengan menggunakan keringanan (rukhshah), yaitu menjama’ sholat. Dengan ilmunya, beliau dapat mengurutkan berbagai masalah sesuai dengan skala prioritasnya, dan dapat menerapkan sunnah secara proporsional.
Sobat! Awas ya, jangan jadi murid bengal dan jangan pula menjadi guru congkak.

Hukum menamai Al Qur'an dengan "Mushaf Silvi" atau yang serupa.


Komersial, ya komersial itulah alasan yang sangat kental dan nampak dengan jelas tersirat bahkan tersurat dari penamaan penaman semacam ini. Demikian pula dengan pemilihan warna, dekorasi, dan lainnya, tujuannya ialah membuka segmen pasar baru dan loyal bagi Al Qur'an yang ia cetak.
Namun sangat dimungkinkan bahwa keputusan memberi nama baru kepada Al Qur'an dengan nama "Mushaf Silvi, atau Susi, atau Suparman atau Sutarmi" atau yang serupa tanpa pertimbangan dari aspek hukum syari'atnya.
Dahulu, para ulama' terutama para pakar penulis Al Qur'an sedari awal sejak zaman para sahabat begitu hati hati dari membubuhkan apapun selain Al Qur'an. Tujuanya demi menjaga keutuhan Al Qur'an dan agar tidak ada celah bagi siapapun untuk menyisipkan tambahan kepada Al Qur'an.
Dari sisi lain, dahulu di kalangan para ahli fiqih juga terjadi kontroversi seru tentang hukum menjual belikan Al Qur'an. Nah kini Al Qur'an benar-benar sedang dikomersialisasikan dengan berbagai metode marketing, semisal pemberian nama nama nyentrik seperti ini. Barang kali para penerbit mengira bahwa hal seperti ini tidak bermasalah, padahal kenyataannya tidaklah demikian.
Penamaan Al Qur'an dengan Mushaf Sutarmi atau yang serupa bisa dikatakan sebagai bentuk inovasi dalam hal agama atau lebih tegasnya bisa disebut sebagai bentuk bid'ah yang tidak pernah dilakukan sepanjang 14 abad.
Apalagi dari sisi lain, bisa jadi ini membuka pintu lebar bagi kaum syi'ah untuk menyusupkan Al Qur'an fiktif mereka yang disebut dengan "Mushaf Fatimah" atau minimal mulai membuka jalan bagi mereka, sehingga suatu saat ketika mereka benar-benar telah mengedarkan mushaf fiktif mereka dengan sebutan "Mushaf Fatimah" dengan mudah diterima oleh masyarakat atau minimal selamat dari kecurigaan masyarakat. Apa anda berharap menjadi pembuka jalan bagi sekte syi'ah untuk menyebarkan mushaf fiktif mereka? Dan bila benar-benar terjadi, apa anda siap menanggung dosa tersebarnya kesesatan dan mushaf fiktif?
Saudaraku! Para penerbit dan juga para ustadz kiyai, juru dakwah, mari kita bentengi agama kita dan agama masyarakat kita dari berbagai hal yang dapat merusak atau menodai kesucian dan kesempurnaan agama kita ini.
Wallahu Ta'ala a'alam bisshowab.

Dari Masjid Kita Lawan HOAK dan balatentaranya.


Sobat, masih hangat dan akan terus terasa panasnya di hati anda sebagai orang yang beriman ucapan dan sikap si hoak yang mendustakan ayat-ayat Allah Ta’ala. Dan saya yakin sebagai orang yang beriman anda geram dan tergugah untuk menyingkirkannya dari bumi Fatahillah, dan kalau bisa membenamkannya ke dalam penjara. Ya itulah pekikan iman setiap muslim, bukan hanya di bumi Fatahillah, namun seluruh Nusantara dan bahkan di seluruh belahan dunia.
Namun, cukupkah rasa geram dan amarah? Tentu saja tidak, harus ada tindakan nyata, bukan dengan sekedar berteriak, dan turun ke jalan, namun lebh jauh dari itu, jauh kita semua bersama sama keluar dari rumah kita dan kemudian menuju ke Masjid meramaikan sholat lima waktu, shalat jum’at, bersimpuh di hadapan para kiyai, ustadz, tuan guru, guna menimba ilmu agama untuk kita amalkan, dan kita dakwahkan.
Sejatinya HOAK dan bala tentaranya tidak menghina anda atau keluarga anda, namun menghina agama anda. Ia menghina ayat Al Qur’an guna menjauhkan anda dari kitab suci anda. Karena itu sebagai pembalasan terberat kepadanya ialah dengan cara anda tekun mempelajari dan mengamalkan agama anda, agar dia dan baatentaranya semakin sakit hati dan akhirnya mati ngenes karena ternyata sikapnya, membangkitkan iman dan mengobarkan iman ummat Islam yang sempat surut akibat tipu muslihat bala tentara HOAK dari bangsa JIN. Berkobarnya iman anda bak badai topan yang dapat menghempaskan dirinya dan ajaran balatentaranya jauh dari bumi yang dimerdekakan dengan tetesan darah para syuhada’.
Saudaraku seiman! Ketahuilah bahwa ulah HOAK dan bala tentaranya yang mencemooh simbol simbol agama bukanlah hal baru, sedari dahulu dilakukan oleh orang-orang kafir, sebagai implementasi dari kekafirannya. Allah Ta’ala mengabarkan hal ini pada firman-Nya berikut:
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُواْ أَذًى كَثِيراً وَإِن تَصْبِرُواْ وَتَتَّقُواْ فَإِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأُمُورِ
Kamu sungguh-sungguh akan diuji pada hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, banyak ucapan yang mengganggu yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang kokoh. (Ali Imran 186)
Ya, inilah solusinya, bersabar, bukan berarti memaafkan namun sabar adalah anda tetap tegar dengan iman dan agama anda, dan terus melangkahkan kaki anda dalam mempelajari agama Islam, mengamalkan dan mendakwahkannya .
Ya, selain bersabar anda diperintahkan untuk menegakkan pilar-pilar ketakwaan, yaitu dengan meninghkatkan amal sholeh dan menjauhi kemaksiatan dan kekufuran. Dengan kedua cara inilah kemenangan dapat diwujudkan bagi ummat Islam. Allah Ta’ala menyebut ketegaran anda dalam menjalankan agama dan menjauhi segala bentuk kemaksiatan dengan sebutan ‘azmil umur, alias keteguhan sikap dan ketegaran dalam segala urusan.
Saudaraku! HOAK berani menghinakan simbol simbol Islam karena dia dan balatentaranya sadar bahwa saat ini kebanyakan ummat Islam sedang menderita penyakit kronis, cinta dunia melebihi cintanya kepada agama dan akhiratnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
يُوشِكُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ الْأُمَمُ مِنْ كُلِّ أُفُقٍ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ عَلَى قَصْعَتِهَا قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا يَوْمَئِذٍ قَالَ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنْ تَكُونُونَ غُثَاءً كَغُثَاءِ السَّيْلِ يَنْتَزِعُ الْمَهَابَةَ مِنْ قُلُوبِ عَدُوِّكُمْ وَيَجْعَلُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ قَالَ قُلْنَا وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الْحَيَاةِ وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
Tidak lama lagi seluruh ummat akan berbondong bondong mencabikcabik kalian bagaikan orang-orang rakus yang melahap hidangannya. Spontan para sahabat bertanya: Wahai Rasulullaj, apakah hal itu terjadi karena kala itu kita berjumlah sedikit? Beliau menjawab: Kala itu kalian berjumlah besar, namun kalian tak ubahnya buih yang dihanyutkan oleh banjir. Rasa gentar telah sirna dari hati musuh-musuh kalian, sedangkan jiwa jiwa kalian dikuasai oleh penyakit al wahanu. Kembali para sahabat bertanya: Apakah al wahanu itu ? beliau menjawab: cinta kepada dunia dan benci kepada kematian. (Ahmad dan lainnya)
Ya, benar, saat ini kita dan mayoritas ummat Islam sedang dimabok kepayang oleh hiruk pikuk dunia, kita lalai akan kehidupan akhirat. Kita lebih senang untuk hidup seribu tahun dan takut untuk hidup di akhirat. Banyak dari ummat Islam saat ini yang tergiur hingga ngiler hanya dengan diiming-imingin jualan tikus got.
Kondisi ini berbeda dengan para sahabat dan para mujahidin zaman dahulu, mereka lebih senang bila gugur di medan perang dibanding selamat dan pulang membawa rampasan perang dan tawanan perang yang cantik jelita, sebagaimana tergambar dengan jelas pada surat yang dikirim sahabat Khalid bin Walid kepada para punggawa negri Persia :
لأقاتلنكم بقوم يحبون الموت كحبكم الحياة
Sungguh, aku akan memerangi kalian dengan balatentara yang mencintai untuk mati syahid sebagaimana cinta kalian untuk bisa bertahan hidup. (Abu Ya’la Al Mushily dan Ibnu Abi Syaibah)
Sahabatku! Mari, melalui kajian kajian ilmu di masjid dan khutbah Jum’at dari atas mimbar masjid kita kobarkan iman dan tebarkan semangat berkorban untuk Islam, dan kita tanggalkan simbol simbol kemaksiatan dan kekufuran. Percayalah, bila dalam diri ummat Islam telah tumbuh iman, sehingga mereka lebih cinta akhirat dibanding dunia yang fana ini, niscaya HOAK dan balatentaranya akan tunggang langgang.
Allahu Akbar. Allahu Akbar.

Benih benih Syirik & kultus mulai bersemi di sebagian majlis taklim.


Dahulu, dan hingga akhir zaman, syirik itu mulai tumbuh berkembang dari sikap ghuluw, kekaguman dan sanjungan yang berlebih atau kelewat batas.
Mau tidur ingat dia, mau makan ingat dia, dan setiap disebut namanya atau mendengar suaranya, jantung berdejak keras, dag dig dug der.
Bahkan di kalangan wanita, melihat foto ustadznya seakan menjadi aktifitas rutin, rasanya rinduuuu gitu untuk bertemu, padahal dia sudah bersuami. Nama ustadznya lebih sering disebut dan menyejukkan hatinya dibanding nama suaminya.
Bisa jadi ada wanita wanita bersuami yang berbisik di hatinya: andai aku tidak menikah dengan dia, niscaya kini aku kan menawarkan diriku kepada sang ustadz pujaan hati. Anehnya, para suami bungkam seribu bahasa seakan tiada rasa cemburu atas sikap istrinya. Hiiih ngeriiii...
Diantara indikator benih benih cinta ekstrim mulai bersemi, adalah adanya sebagian orang yang jungkir balik demi dapat berselfi atau mencium tangan sang ustadz.
Subhanallah tauhid mulai luntur, pintu kultus kepada orang Sholeh dan cinta ekstrim mulai bersemi, sudah waktunya benih kultus semacam ini dikubur dalam dalam.
Ayo, kita ngaji tauhid, bukan hanya teorinya namun ayo berusaha menerapkan tauhid dalam setiap ucapan dan tindakan kita.
Dahulu Nabi shallallahu alaihi wa dalam murka ketika ada yang menyanjung beliau, dan segera tanpa ditunda sedikitpun beliau mengingkari pelakunya:
قولوا بقولكم او ببعض بقولكم ولا يستجرينكم الشيطان
Ucapkanlah u akan kalian ini atau sebagian ucapan kalian ini, dan jangan sampai setan menyeret kalian kepada kesesatan. ( Abu Dawud dan lainnya)
Pada hadits lain beliau bersabda:
لا تطروني كما اطرت النصارى عيسى بن مريم انما انا عبد الله ورسوله
Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku, sebagaimana orang orang Masyarakat berlebih lebihan dalam memuji Isa putra Maryam. Sejatinya aku hanyalah seorang hamba Allah dan utusannya. ( Bukhari)
Beliau dengan tegas menegur para pemuji yang berlebihan di tempat , tanpa menunda, atau dengan kata kata yang melankolis yang malah semakin mengobarkan sanjungan para pemuja "masyaAllah semakin nampak tawadhu' ".
Saudaraku! Mari kita tebarkan tauhid, jaga tauhid ummat, dan berkorban demi murninya tauhid. Kita berjuang untuk mengikis syirik, kultus kepada figur yang berujung pada kesyirikan.
Allahu Akbar, Allahu Akbar

Kapankah dosa kecil menjadi dosa besar?


Dosa kecil menjadi dosa besar pada lima keadaan berikut ini:
1. terus menerus.
melakukan dosa kecil secara terus menerus menjadikannya besar.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka. Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak terus menerus melakukan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 135).
2. meremehkan dosa.
Disebutkan hadits dalam Shahih Bukhari,
عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالاً هِىَ أَدَقُّ فِى أَعْيُنِكُمْ مِنَ الشَّعَرِ ، إِنْ كُنَّا نَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْمُوبِقَاتِ
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya kalian melakukan suatu amalan dan menyangka bahwa itu lebih tipis dari rambut. Namun kami menganggapnya di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai sesuatu yang membinasakan.” (HR. Bukhari no. 6492).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ المُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ
“Sesungguhnya orang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti ketika duduk di bawah gunung, dia takut kalau gunung tersebut jatuh menimpanya. Adapun orang yang fajir melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang lewat (terbang) di depan hidungnya.” (HR. Bukhari no. 6308).
3. Merasa gembira dengan dosa.
Merasa gembira dengan dosa menyebabkan pelakunya tidak bertaubat dan terus menerus melakukannya. bahkan ketika ia terluput dari dosa, ia akan merasa sedih. padahal kata Rasulullah:
Barang siapa yang merasa gembira dengan kebaikannya dan merasa sedih dengan keburukannya maka ia adalah mukmin. HR Ahmad.
4. Terang terangan berbuat dosa.
عن سالم بن عبد اللّه قال: سمعت أبا هريرة يقول سمعت رسول اللّه صلّى اللّه عليه وسلّم- يقول: كلّ أمّتي معافى إلّا المجاهرين، وإنّ من المجاهرة أن يعمل الرّجل باللّيل عملا، ثمّ يصبح وقد ستره اللّه فيقول: يا فلان عملت البارحة كذا وكذا، وقد بات يستره ربّه، ويصبح يكشف ستر اللّه عنه
Dari Salim bin Abdullah, dia berkata, Aku mendengar Abu Hurairah radhiyallahu’ anhu bercerita bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, ‘Setiap umatku akan mendapat ampunan, kecuali mujahirin (orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa). Dan yang termasuk terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang berbuat (dosa) pada malam hari, kemudian pada pagi hari dia menceritakannya, padahal Allah telah menutupi perbuatannya tersebut, yang mana dia berkata, ‘Hai Fulan, tadi malam aku telah berbuat begini dan begitu.’ Sebenarnya pada malam hari Rabb-nya telah menutupi perbuatannya itu, tetapi pada pagi harinya dia menyingkap perbuatannya sendiri yang telah ditutupi oleh Allah tersebut.” HR Bukhari dan Muslim.
5. yang melakukannya adalah seorang pemuka yang diikuti.
مَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أُجُوِْرِهمْ شَيْءٌ. وَمَنْ سَنَّ فِي الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يُنْقَصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ.
“Barangsiapa mencontohkan suatu perbuatan baik di dalam islam, maka ia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang mengamalkannya setelahnya dikurangi sedikitpun dari pahala mereka. Dan barang siapa mencontohkan suatu perbuatan buruk di dalam islam, maka ia akan memperoleh dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkannya setelahnya tanpa dikurangi sedikitpun dari dosa mereka.”
HR Muslim.

Zamannya kartu..


Di zaman ini..
zaman serba kartu..
ada kartu ATM, kartu kredit, kartu identitas, kartu Sim dan sebagainya..
tapi..
ada satu kartu yang paling penting dari semua itu..
tahukah kamu kartu apa itu ?
ia adalah kartu syahadat laa ilaaha illallah..
yang akan diberikan pada hari kiamat bagi orang yang meninggal di atasnya..

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
يُصَاحُ بِرَجُلٍ مِنْ أُمَّتِى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُءُوسِ الْخَلاَئِقِ فَيُنْشَرُ لَهُ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ سِجِلاًّ كُلُّ سِجِلٍّ مَدَّ الْبَصَرِ ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَلْ تُنْكِرُ مِنْ هَذَا شَيْئًا فَيَقُولُ لاَ يَا رَبِّ فَيَقُولُ أَظَلَمَتْكَ كَتَبَتِى الْحَافِظُونَ ثُمَّ يَقُولُ أَلَكَ عُذْرٌ أَلَكَ حَسَنَةٌ فَيُهَابُ الرَّجُلُ فَيَقُولُ لاَ. فَيَقُولُ بَلَى إِنَّ لَكَ عِنْدَنَا حَسَنَاتٍ وَإِنَّهُ لاَ ظُلْمَ عَلَيْكَ الْيَوْمَ فَتُخْرَجُ لَهُ بِطَاقَةٌ فِيهَا أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ قَالَ فَيَقُولُ يَا رَبِّ مَا هَذِهِ الْبِطَاقَةُ مَعَ هَذِهِ السِّجِلاَّتِ فَيَقُولُ إِنَّكَ لاَ تُظْلَمُ. فَتُوضَعُ السِّجِلاَّتُ فِى كِفَّةٍ وَالْبِطَاقَةُ فِى كِفَّةٍ فَطَاشَتِ السِّجِلاَّتُ وَثَقُلَتِ الْبِطَاقَةُ
“Ada seseorang yang terpilih dari umatku pada hari kiamat dari kebanyakan orang ketika itu, lalu dibentangkan kartu catatan amalnya yang berjumlah 99 kartu. Setiap kartu jika dibentangkan sejauh mata memandang. Kemudian Allah menanyakan padanya, “Apakah engkau mengingkari sedikit pun dari catatanmu ini?” Ia menjawab, “Tidak sama sekali wahai Rabbku.” Allah bertanya lagi, “Apakah yang mencatat hal ini berbuat zholim padamu?” Lalu ditanyakan pula, “Apakah engkau punya uzur atau ada kebaikan di sisimu?” Dipanggillah laki-laki tersebut dan ia berkata, “Tidak.” Allah pun berfirman, “Sesungguhnya ada kebaikanmu yang masih kami catat. Sehingga kamu tidak termasuk orang zalim pada hari ini.” Lantas dikeluarkanlah satu bitoqoh (kartu sakti) yang bertuliskan syahadat ‘laa ilaha ilallah wa anna muhammadan ‘abduhu wa rosulullah’. Lalu ia bertanya, “Apa kartu ini yang bersama dengan catatan-catatanku yang penuh dosa tadi?” Allah berkata padanya, “Sesungguhnya engkau tidaklah zalim.” Lantas diletakkanlah kartu-kartu dosa di salah satu daun timbangan dan kartu ampuh ‘laa ilaha illallah’ di daun timbangan lainnya.Ternyata daun timbangan penuh dosa tersebut terkalahkan dengan beratnya kartu ampuh ‘laa ilaha illalah’ tadi. (HR. Ibnu Majah no. 4300, Tirmidzi no. 2639 dan Ahmad 2: 213. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy yaitu kuat dan perowinya tsoiqoh termasuk perowi kitab shahih selain Ibrahim bin Ishaq Ath Thoqoni. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Nah..
kartu ini yang paling penting..
sudahkah anda memilikinya ?
gratis kok gak perlu bayar..
hanya tinggal mempelajarinya, mengamalkannya dan wafat di atasnya..

jangan batasi sifat alloh !!!

Kaidah dalam sifat Allah..
Ada sebuah kaidah yang perlu kita cermati dalam sifat sifat Allah..
yaitu:
Bahwa pembicaraan sebagian sifat adalah cabang dari sifat lainnya..
maksudnya..
tidak ada bedanya antara sifat satu dengan sifat lainnya..
semua wajib diimani sesuai dengan keagungan Allah..
kaum asy'ariyah hanya mengimani 20 sifat saja dan menolak sifat lainnya. dengan alasan bahwa 20 sifat itu yang bisa diterima oleh akal.
mereka menolak sifat marah, benci, karena menurut mereka itu mustahil bagi Allah..
Padahal dalam al quran, Allah menyatakan murka kepada orang orang yang kafir kepadaNya.
Mereka mengatakan bahwa marah itu adalah mendidihnya darah di hati..
ini tidak mungkin bagi Allah, karena itu sifat makhluk.
padahal kaum asy'ariyah meyakini Allah mempunyai sifat irodah.
kita bertanya tanya, bukankah irodah juga sifat makhluk ?
bila mereka berkata, "Kami menetapkan irodah bagi Allah sesuai dengan keagungan Allah dan tidak menyerupai irodah makhluk.
kita berkata, "Demikian pula kami mengimani sifat marah bagi Allah sesuai dengan keagungan Allah dan tidak sama dengan marahnya makhluk.
maka imanilah semua sifat Allah sesuai keagungan Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk..
wallahu a'lam

Dahsyatnya pergi ke masjid..


# 3 Amalan yang Diperbincangkan para Malaikat #
------------------------------------------------------
Al-Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ahuma, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَتَانِي اللَّيْلَةَ رَبِّي تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي أَحْسَنِ صُوْرَةٍ قَالَ: أَحْسَبُهُ، قَالَ: فِي الْمَنَامِ، فَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى؟ قَالَ: قُلْتُ: لاَ، قَالَ: فَوَضَعَ يَدَهُ بَيْنَ كَتِفَيَّ حَتَّى وَجَدْتُ بَرْدَهَا بَيْنَ ثَدْيَيَّ، أَوْ قَالَ: فِي نَحْرِي، فَعَلِمْتُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي اْلأَرْضِ، قَالَ: يَا مُحَمَّدُ، هَلْ تَدْرِي فِيْمَ يَخْتَصِمُ الْمَلأُ اْلأَعْلَى، قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ فِي الْكَفاَّرَاتِ وَالْكَفَّارَاتُ الْمَكْثُ فِي الْمَسَاجِدِ بَعْدَ الصَّلَوَاتِ وَالْمَشْيُ عَلَى اْلأَقْدَامِ إِلَى الْجَمَاعَاتِ وَإِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ فِي الْمَكَارِهِ وَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ عَاشَ بِخَيْرٍ وَمَاتَ بِخَيْرٍ وَكَانَ مِنْ خَطِيْئَتِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ."
‘Malam tadi Rabb-ku datang kepadaku dalam bentuk yang paling indah, aku menyangkan bahwa itu terjadi di dalam mimpi. Kemudian Dia berfirman kepadaku, ‘Wahai Muhammad, apakah engkau tahu apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat ?’
Aku menjawab, ‘Aku tidak tahu.’
Lalu Allah meletakkan tangan-Nya di antara kedua pundakku, sehingga aku merasakan dingin di dada atau di dekat tenggorokan, maka aku tahu apa yang ada di langit dan bumi.
Allah berfirman, ‘Wahai Muhammad, tahukah engkau apa yang menjadi bahan pembicaraan para Malaikat?’
Aku menjawab, ‘Ya, aku tahu. Mereka membicarakan al-kafarat.’
Al-kafarat itu adalah
• berdiam di masjid setelah shalat,
 •melangkahkan kaki menuju shalat berjama’ah, dan
• menyempurnakan wudhu’ dalam keadaan yang sangat dingin.
Barangsiapa yang melakukannya, maka ia akan hidup dengan baik dan wafat dengan baik pula, ia akan keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari di mana ia dilahirkan dari (rahim) ibunya.”
[Jaami’ at-Tirmidzi bab Tafsiir al-Qur-aan ‘an Rasulillah Shallallahu ‘alaihi wa sallam surat Shaad (IV/173-174 no. 3233 dengan diringkas). Syaikh al-Albani berkata: “Hadits ini shahih.” (Shahiih Sunan at-Tirmidzi II/ 98 dan Shahiih at-Targhiib wat Tarhiib I/194)]
subhanallah..
orang selalu pergi ke masjid dijamin hidupnya dalam keadaan baik, wafatnya pun dalam keadaan baik.
siapakah yang tidak ingin wafat dalam keadaan baik ??
Imam bu Dawud rahimahullah meriwayatkan dari Abu Umamah radhiallahu anhu, dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam, beliau bersabda: “Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Ta’ala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud, di shahihkan oleh syaikh al Albani).
dijamin oleh Allah ??
luar biasa..
lebih dari jaminan hari tua..
atau jaminan asuransi kesehatan..
atau jaminan jaminan dunia lainnya..
karena itu tak menjamin surga..
harapan seorang mukmin adalah mendapat jaminan dari Allah..
pencipta alam semesta..

Melihatnya membuat ingat Allah...

Dalam sebuah hadits disebutkan..
عَنْ أَسْمَاءَ بِنْتِ يَزِيدَ ، قَالَتْ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَلا أُخْبِرُكُمْ بِخِيَارِكُمْ ؟ " , قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ! قَالَ : " الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ " . ثُمَّ قَالَ : " أَلا أُخْبِرُكُمْ بِشِرَارِكُمْ ؟ " , قَالُوا : بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ ! قَالَ : " الْمَشَّاؤُونَ بِالنَّمِيمَةِ ، الْمُفَرِّقُونَ بَيْنَ الأَحِبَّةِ ، الْبَاغُونَ الْبُرَءاءَ الْعَنَتَ " .
Dari Asma bintu Yazid ia berkata..
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda..
Maukah aku kabarkan kepada kalian orang yang terbaik ?
Mereka berkata, "Mau wahai Rasulullah..
Beliau bersabda, "Yaitu orang orang yang apabila dilihat, membuat ingat kepada Allah..
Beliau bersabda, "Maukah aku beritahu siapa orang terburuk ?
Mereka berkata, "Mau wahai Rasulullah."
Beliau bersabda, "Yaitu orang yang berjalan mengadu domba..
menceraikan orang orang yang saling mencintai..
dan menyusahkan orang yang tak berdosa..
HR Ahmad..
dihasankan oleh Syaikh Al Albani.

itulah sebaik baiknya manusia..
melihatnya membuat ingat Allah..
karena ketaqwaan dan istiqomahnya..
karena ibadah dan ketaatannya..
dan selalu tunduk kepada perintahNya..
sifat mereka tawadlu dan rendah hati..
baju mereka dihiasi sunnah..
lisan mereka memancarkan hikmah..
bahagialah..
orang yang diberikan teman seperti itu..

Bila ada yang mencacimu..


Sifat manusia bila dicaci atau diburuk burukkan pasti akan murka..
ia ingin membalas dengan cara mencacinya kembali..
siapa hati yang tak panas..
tapi..
membalas dengan yang serupa tak ada gunanya..
karena kebodohan tak baik bila dibalas dengan kebodohan lagi..
lihatlah anjing itu..
gonggongannya tak digubris orang..
tapi lihatlah singa itu..
diamnya membuat ia ditakuti..

oleh karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:
إن امرؤ سبك بما يعلم فيك ، فلا تسبه بما تعلم فيه ، فإن أجره لك و وباله على من قاله " .
Jika ada orang yang mencacimu dengan aib yang ia ketahui ada padamu..
janganlah kamu balas mencacinya dengan aib yang kamu ketahui ada padanya..
karena pahalanya untukmu..
dan dosanya untuk dia..
HR Ahmad.
Namun..
perbuatan ini hanyalah mampu dilakukan oleh orang yang bersabar..
dsn berjiwa besar..

fokus dalam amalmu bukan amal orang lain..

Tidak semua sama dalam amal..
Imam ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata..
Seorang ahli ibadah yang bernama Abdullah Al Umariy pernah menulis surat kepada imam Malik..
menganjurkan beliau agar fokus ibadah..
maka imam Malik menjawab..
Sesungguhnya Allah membagi bagikan amal..
sebagaimana membagi bagikan rezeki..
ada orang yang dibukakan pintu sholat..
yang lain dibuka untuknya pintu puasa..
ada yang dibukakan pintu sedekah..
dan menyebarkan ilmu adalah diantara amalan yang paling utama..
aku ridla dengan pemberian Allah ini kepadaku..
aku merasa yang aku lakukan ini tidak lebih rendah dari apa yang engkau lakukan..
aku berharap kita berdua di atas kebaikan..
siyar a'lam nubala 8/115.

demikian..
kemampuan manusia untuk beramal berbeda beda..
walaupun kita berusaha untuk beramal
semaksimal mungkin..

Urus aja dirimu sendiri..kata-kata yg dibenci


Sebagian pelaku maksiat..
ketika diingatkan dan diberi nasehat..
ia marah dan berkata..
urus aja dirimu sendiri.. ngapain sih ngurusin orang lain..

ucapan yang menunjukkan kesombongan..
lebih rela diatur oleh hawa nafsu dan syahwatnya..
dari pada diatur oleh pemberi rezekinya..
Disebutkan dalam hadits...

إن أبغض الكلام إلى الله أن يقول الرجل
للرجل : اتق الله ، فيقول :
عليك نفسك

 "Sesungguhnya ucapan yang paling dibenci oleh Allah adalah..
orang yang ketika dikatakan kepadanya..
bertaqwalah kamu kepada Allah..
ia menjawab..
urusi saja dirimu sendiri..
HR An Nasai dalam amalul yaum walailah..
hadits ini walaupun mauquf..
namun dihukumi marfu'.
Memang..
jiwa ketika telah asyik dengan maksiat..
ia sulit menerima nasehat..

walau hanya sedikit..


Imam Al Auza'iy rahimahullah berkata..
Atho bin Abi Robah adalah orang yang paling diridlai oleh manusia..
namun yang menghadiri majelis taklimnya hanya tujuh atau delapan orang saja..
(Tarikh Abu Zur'ah Ad Dimasyqi)

itulah salafusshalih..
bukan kwantitas yang mereka pikirkan..
namun kwalitas..
walaupun hanya dihadiri tujuh atau delapan orang..
namun semuanya menjadi ulama besar..
sementara kita..
terkadang hanya melihat banyaknya yang hadir..
ratusan bahkan ribuan..
namun kwalitas terasa masih jauh..

Wali songo fiktif ?

klarifikasi ustadz badrussalam :
Dalam salah satu website disebutkan bahwa saya menganggap wali songo itu fiktif..
Ini sebuah tuduhan bagi saya..
Karena saya hanya mengatakan tidak ada bukti otentik sesuai pengetahuan saya..
Kalau memang ada bukti yang otentik mudah bagi saya untuk menerimanya..
Karena kebenaran bagi saya segala galanya..
Dan yang saya maksud dari kata kata: tidak ada bukti otentik adalah dari sisi bagaimana aqidah dan manhaj mereka..
Sehingga sulit dipastikan bagaimana akidah dan manhaj mereka..
Kalau imam syafii, imam ahmad, imam malik dan imam abu hanifah jelas meninggalkan kitab kitab yang dapat kita baca..
Penukilan dari para ulama pun amat masyhur tentang mereka..
Jadi, mereka yang mengatakan saya menganggap bahwa wali songo adalah fiktif adalah tuduhan..
Capek deh ngurusin kayak gini..
Emang kalau udah gak suka..
Pasti selalu difahami dengan buruk sangka..
Dan mencari celah..
Na'udzu billah min dzalik

Kisah ibnu Taimiyah dan pencaci Nabi


Sebuah pelajaran
Tepatnya dibtahun 693H, waktu itu Syaikhul Islam ibnu Taimiyah berusia 32 tahun. Terjadi kisah Assaf seorang nashrani.
Al Imam ibnu Katsir bercerita:
"Assaf ini seorang penduduk Suwaida. Banyak orang yang menyaksikan ia mencaci Nabi shallalllahu alaihi wasallam.
Lalu si Assaf minta perlindungan kepada ibnu Ahmad bin Haji.
Maka Ibnu Taimiyah bertemu dengan Zainudin Al Fariqi dan keduanya masuk kepada amir (pemimpin) Izzuddin Aibak Al hamawi.
Keduanya berbicara kepadanya mengenai si nashrani yang mencaci Nabi.
Izzuddin pun menyambut baik keduanya dan akan menghadirkan orang nashrani ini.
Keduanya pun keluar bersama jumlah banyak dari manusia.
Lalu orang orang melihat Assaf datang bersama arab badui. Orang orangpun mencaci makinya.
Maka orang arab badui ini berkata: "Si Assaf ini lebih baik dari kalian!"
Maka orang orangpun melemparinya dengan batu dan mengenai si Assaf dan terjadi keributan yang kuat.
Al Barzali bercerita:
Mendengar itu marahlah Naib sultonah (amiir izzuddin). Dan meminta ibnu Taimiyah dan Al Fariqi untuk hadir lalu keduanya dipukuli dan dipenjara di Madrosah Adzrowiyah.
Kemudian menyuruh memukul sekelompok orang dan dipenjara enam orang. Kemudian wali negeri itu mengumpulkan manusia dan memukuli beberapa jamaah.
Naib sultonah (Izzuddin) juga berusaha berusaha mengukuhkan permusuhan antara si Nashrani dan orang orang yang menyaksikan pada waktu itu agar ia bisa menyelamatkannya.
ibnu Katsir bercerita:
Kemudian dipanggillah ibnu Taimiyah dan Al Fariqi dan dimintai keridloannya lalu keduanya dilepaskan.
(Lihat Al Bidayah wannihayah 17/665-666 karya ibnu Katsir, dan kitab Almuqtafa 'alarroudlotain 2/363 karya Al Barzali).
Kisah ini memberikan beberapa pelajaran:
1. Mengingkari penista agama dengan cara melaporkannya kepada penguasa. Bukan dengan main hakim sendiri.
2. Para ulama hendaknya yang langsung berbicara kepada penguasa, karena merekalah yang mampu menyampaikan dengan hujjah dan akhlak. Sebagaimana dilakukan oleh ibnu Taimiyah dan Al Fariqi yang langsung berbicara dengan naaib sultonah izzudin alhamawi. Ini sesuai dengan perintah Nabi untuk menyampaikan nasehat secara rahasia.
3. Dalam kisah tersebut, tidak disebutkan bahwa ibnu Taimiyah dan Al Fariqilah yang mengerahkan masa. Namun keduanya pergi diikuti banyak orang yang juga sama sama ingin mengadukan si pencela Nabi kepada penguasa.
4. Sikap arogan dan kekerasan bukanlah solusi memecahkan permasalahan. Bahkan seringkali menimbulkan mudlarat yang lebih besar, bahkan malah ibnu taimiyah dan al fariqi yang dipukuli bersama jamaah lainnya.
5. Para ulama hendaknya tidak memanas manasi manusia dengan provokasi. Lihatlah bagaimana sikap ibnu Taimiyah dan Al Fariqi dipukuli, mereka sama sekali tidak memprovokasi masa dan memilih bersabar.
Coba renungkan, bagaimana bila para pendemo yang berdalil dengan kisah ibnu taimiyah ini ditangkapi oleh pemerintah dan dipukuli, akankah mereka bersikap seperti ibnu Taimiyah dan alfariqi?
6. Keluarnya orang orang awam untuk berdemo seringkali menimbulkan keributan dan mudah terpancing emosi. Lihatlah ketika orang orang itu dipanas panasi oleh arab badui bahwa si Assaf lebih baik dari kalian. Mereka langsung melempari dengan batu sehingga terjadi keributan.
Ini menunjukkan perbuatan mereka malah menimbulkan kemungkaran yang lebih besar.
7. Kisah para ulama bukanlah dalil, karena dalil adalah alquran, hadits dan ijma. Ulama adalah manusia biasa yang bisa jatuh kepada kesalahan.

kisah palsu seputar keislaman sahabat Umar

Dari ibnu Abbas  tentang keislaman Umar bin Khathab :
قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتْنَا وَإِنْ حَيِينَا؟ قَالَ: بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتُّمْ وَإِنْ حَيِيتُمْ، قَالَ: فَقُلْتُ: فَفِيمَ الِاخْتِفَاءُ؟ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَتَخْرُجَنَّ، فَأَخْرَجْنَاهُ فِي صَفَّيْنِ، حَمْزَةُ فِي أَحَدِهِمَا، وَأَنَا فِي الْآخَرِ، لَهُ كَدِيدٌ كَكَدِيدِ الطَّحِينِ، حَتَّى دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ، قَالَ: فَنَظَرَتْ إِلَيَّ قُرَيْشٌ وَإِلَى حَمْزَةَ، فَأَصَابَتْهُمْ كَآبَةٌ لَمْ يُصِبْهُمْ مِثْلَهَا، فَسَمَّانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ الْفَارُوقَ، وَفَرَّقَ اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ "
*Umar berkata: “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran baik saat kita mati maupun kita hidup?” Beliau menjawab, “Tentu, demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya, kalian berada di atas kebenaran baik saat kalian mati maupun saat kalian hidup.” Umar berkata, “Kalau begitu, untuk apa kita bersembunyi-sembunyi? Demi Allah Yang mengutus Anda dengan kebenaran, Anda harus keluar secara terang-terangan.” Maka kami mengeluarkan Rasulullah  (dan para sahabat) dalam dua barisan. Hamzah memimpin satu barisan, dan aku (Umar) memimpin barisan lainnya. Suara (langkah barisan kami) seperti deru mesin giling, sampai kami memasuki Masjidil Haram. Aku melihat orang-orang Quraisy menatap kepadaku dan kepada Hamzah. Mereka dilanda kesedihan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Sejak hari itu, Rasulullah menjuluki aku Al-Faruq, dan Allah memisahkan (dengan perantaraanku) antara kebenaran dan kebatilan.”
*(HR. Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyatul Awliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’ dan Abu Ja’far bin Abi Syaibah dalam At-Tarikh. Hadits yang semakna diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Aslam maula Umar dari Umar . Lihat Tahdzib Hilyatil Auliya’ wa Thabaqatil Ashfiya’, juz I hlm. 63 dan Fathul Bari bi-Syarh Shahih Al-Bukhari, juz VIII hlm. 383)
Jawab:
Hadits tersebut jalan jalannya berporos pada Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah.
Imam An Nasai dan AdDaroquthni berkata: matruk haditsnya.
Yahya bin Main berkata: tukang dusta.
imam Bukhari berkata: tarokuuh (para ulama meninggalkannya).
Jadi hadits ini sangat lemah.
Yang menguatkan kelemahan kisah tersebut adalah tidak ditemukan kisah tersebut dalam riwayat riwayat yang shahih tentang keislaman Umar. Seperti yang disebutkan oleh ibnu Katsir dalam Al Bidayah dari jalan ibnu Ishaq.
wallahu a'lam

sejarah emas bagi para pendemo

Tahukah anda apakah perang jamal itu?
Ia adalah perang antara pasukan Ali dan pasukan Aisyah radliyallahu anhum..
Padahal Aisyah keluar dari kota Madinah dengan pasukannya bukan untuk berperang..
tetapi untuk mengishlah kaum muslimin yang disaat itu bertikai..
Mendengar Aisyah membawa pasukan menuju Kufah, Ali pun keluar membawa pasukannya untuk menyambut kedatangan ibunda kaum muslimin..
Namun, rupanya musuh musuh islam menyusup dan ingin melakukan kerusuhan. Mereka membagi dua kelompok lalu saling melempar. Sehingga pasukan Ali mengira bahwa pasukan Aisyah yang memulai peperangan...
Pasukan Aisyahpun mengira pasukan Ali yang memulai perang..
Maka berkecamuklah perang dan gugurlah dua shahabat mulia yaitu Thalhaj bin Ubaidillah dan Zubair bin Awwam..
Renungkankanlah ini..
Bila pasukan para shahabat bisa dimasuki provokator untuk berbuat kerusuhan..
Maka aksi demo, unjuk rasa atau semisalnya yang isinya banyak kaum awamers amat lebih mudah lagi dimasuki provokator..
waspadalah saudaraku...