Minggu, 24 Mei 2020

Benarkah makna syawwal bulan peningkatan?


Makna Syawal secara Bahasa

Ibnul ‘Allan asy Syafii mengatakan, “Penamaan bulan Syawal itu diambil dari kalimat Sya-lat al Ibil yang maknanya onta itu mengangkat atau menegakkan ekornya. Syawal dimaknai demikian, karena dulu orang-orang Arab menggantungkan alat-alat perang mereka, disebabkan sudah dekat dengan bulan-bulan haram, yaitu bulan larangan untuk berperang.”(Dalil al Falihin li Syarh Riyadh al Shalihin).

Ada juga yang mengatakan, dinamakan bulan syawal dari kata syalat an-Naqah bi Dzanabiha [arab: شالت الناقةُ بذنَبِها], artinya onta betina menaikkan ekornya. (Lisan Al-Arab, 11/374). Bulan syawal adalah masa di mana onta betina tidak mau dikawini para pejantan. Ketika didekati pejantan, onta betina mengangkat ekornya. Keadaan ini menyebabkan munculnya keyakinan sial di tengah masyarakat jahiliyah terhadap bulan syawal. Sehingga mereka menjadikan bulan syawal sebagai bulan pantangan untuk menikah. Ketika islam datang, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam justru menikahi istri beliau di bulan syawal. Untuk membantah anggapan sial masyarakat jahiliyah.

Memahami hal ini, kurang tepat jika dikatakan bahwa sebab mengapa bulan ini dinamakan syawal adalah karena bulan ini jatuh seusai ramadhan. Dan ketika itu manusia melakukan peningkatan dalam beramal dan berbuat baik. Ini jelas pemahaman yang tidak benar. Karena nama bulan “syawal” sudah ada sejak zaman jahiliyah (sebelum datangnya islam), sementara masyarakat jahiliyah belum mengenal syariat puasa di bulan ramadhan. Dengan demikian, tidak terdapat hubungan  antara makna bahasa tersebut dengan pemahaman bahwa syawal adalah bulan peningkatan dalam beramal. Mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan ibadah dan amal soleh termasuk nasehat baik, hanya saja, tidak perlu kita kaitkan dengan nama bulan syawal, karena dua hal ini tidak saling berhubungan.

Kamis, 21 Mei 2020

Hukum membuat Kue dengan Motif Hewan


Pertanyaan:
Apa hukum membuat permen atau kue dengan bentuk gambar makhluk bernyawa dan apa hukum memperjualbelikannya?

Jawab:
Alhamdulillah,

Tidak diperbolehkan membentuk permen atau kue dan yang lainnya dengan bentuk gambar makhluk bernyawa. Berdasarkan keumuman hadits yang menunjukkan akan haramnya tashwir (menggambar makhluk bernyawa) .

Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

كُلُّ مُصَوِّرٍ فِي النَّارِ ، يَجْعَلُ لَهُ بِكُلِّ صُورَةٍ صَوَّرَهَا نَفْسًا فَتُعَذِّبُهُ فِي جَهَنَّم
“Setiap pembuat gambar tempatnya di neraka. Kelak Allah akan membuatkan untuknya gambar yang pernah ia buat (semasa di dunia) lalu gambar itu menyiksa dirinya di neraka Jahannam.” (HR. Muslim No. 2110)

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu beliau berkata, “Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُون
“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya disisi Allah kelak dihari kiamat adalah pembuat gambar.” (HR. Bukhari 5950 dan Muslim 2109)

Para ulama yang tergabung dalam Lembaga Fatwa Saudi Arabia (Allajnah Ad Daimah Lil Ifta) mengatakan,

“Yang menjadi acuan pengharaman tashwir karena tashwir adalah menggambar makhluk yang memilik nyawa. Bisa berupa patung, gambar yang dipajang di dinding, gambar yang dilukiskan di kain, kertas. Baik (diproduksi) secara massal pada pabrik tekstil atau dilukis dengan kuas, pulpen ataupun dengan bantuan peralatan modern. Termasuk larangan menggambar makhluk bernyawa sesuai dengan bentuk aslinya atau hanya hasil imajinasi semata, kecil ataupun besar, dibuat cantik atau dibuat jelek. Termasuk di dalam larangan, seseorang membuat garis-garis membentuk sebuah kerangka tulang. Kesimpulannya, semua pengharaman ini dikarenakan oleh sebab menggambar makhluk yang memiliki nyawa. Seperti contoh gambar-gambar hasil imajinasi yang dianggap menyerupai orang-orang yang hidup semasa Fir’aun dan para pemimpin pasukan perang salib serta bala tentaranya.” (Fatawa Al Lajnah Ad Daimah 1/696).

Para ulama menegaskan akan haramnya membuat gambar makhluk bernyawa meskipun terbuat dari kue atau sejenisnya.

Ad Dardir berkata, “Diharamkan membuat gambar (3 dimensi) hewan-hewan yang berakal ataupun tidak dengan catatan dilengkapi anggota tubuh yang sempurna dan terbuat dari bahan permanen menurut ijma’ ulama. Adapun gambar yang terbuat dari bahan yang tidak permanen, menurut pendapat yang terkuat juga termasuk dalam larangan seperti gambar 3D yang terbuat dari kue ataupun kulit semangka.” (Asysyarhul Kabiir 2/337-338)

Al Qalyuubi berkata, “Tidak diperbolehkan memperjualbelikan gambar makhluk bernyawa,salib meskipun terbuat dari emas, perak atau terbuat dari kue.” (Khasyiyah Qalyubi 2/198)

Dengan demikian diharamkan membuat kue dengan bentuk menyerupai makhluk bernyawa dan dilarang memperjual belikannya.”

Allahu a’lam



Sumber :http://islamqa.info/ar/131961

Kapan mulai dibolehkan takbir idul fitri?


Takbir dimulai sejak  matahari terbenam pada malam Id, apabila bulan (Syawal) sudah diketahui sebelum magrib, misalnya ketika Ramadan  sempurnakan tiga puluh hari, atau telah ditetapkan rukyah hilal syawal. Takbir diakhiri dengan pelaksanaan shalat id. Yakni ketika orang-orang mulai shalat Id, maka selesailah waktu takbir." (Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, 16/269-272)

Kemudian diriwayatkan dari Said bin Musayyab, Urwah bin Zubair, Abu Salamah, Abu Bakar bin Abdurrahkan radhiallahu’anhum biasanya mereka bertakbir malam Idul Fitri di Masjid dengan mengeraskan suara takbir. Dan dari Urwah bin Zubair dan Abu Salamah bin Abdurrahman bahwa keduanya biasanya mengeraskan takbir ketika berangkat ke tempat shalat.

Minggu, 17 Mei 2020

Adakah khotbah id jika di rumah?

Tidak perlu khutbah. Sebagaimana yang dilakukan sahabat Anas bin Malik radhiyallahu’anhu saat beliau melaksanakan sholat id di rumah bersama keluarga dan budak-budak beliau. Beliau melaksanakan sholat id dua raka’at dengan tanpa khutbah setelahnya. Ini juga difatwakan oleh Al-Lajnah Ad-Da-iman, Saudi Arabia, dan dipilih oleh Dewan Fatwa Al-Irsyad, Indonesia.
(Lihat : Majmu’ Fatawa Al-Lajnah Ad-Da-iman jilid 8, hal.306 dan Fatwa Dewan Fatwa Perhimpunan Al-Irsyad No 029/DFPA/IX/1441)

Kamis, 14 Mei 2020

alloh kok turun terus 1/3 malam terakhir?


sunni : emang kenapa masalah buat kamu ???

mbah idrus :'arsy kosong dong,he ?

sunni : emang 'arsy hotel atau kos-kosan,he ?

mbah idrus : logikanya kan begitu?
sunni : iya kalau tuhannya itu ente?kalau tuhannya ente,gue ogaah,he
mbah idrus: dasar wahabi ente ?

sunni : eits..salah seharusnya dasar syafi'i githu,he ?

mbah idrus : kok bisa ?

sunni : lihat ni yang bener !
Imam Asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Aqidah yang aku yakini dan diyakini oleh orang-orang yang pernah aku temui seperti Sufyan, Malik dan selainnya adalah menetapkan syahadat bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah Rasulullah dan bahwasanya Allah berada di atas ‘Arsy-Nya di langit-Nya, lalu mendekat kepada makhluk-Nya sesuai dengan apa yang Dia kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia sebagaimana yang Dia kehendaki.” [Lihat Ijtima’ul Juyusy Al-Islamiyyah (hal. 94 dan 122), Mukhtashar Al-‘Uluw (hal. 176), Majmu’ Fatawa (IV/181), dan ‘Aunul Ma’bud (XIII/41 dan 47)]

Rabu, 13 Mei 2020

Kisah dusta hindun pemakan hati hamzah


*Syaikh ‘Utsman bin Muhammad bin al-Khumais –hafizhahullah– berkata ketika ditanya mengenai kisah bahwa Hindun binti ‘Utbah –radhiyallahu ‘anha– mengunyah hati Hamzah:

لم يثبت هذا أبدا وهند بنت عتبة لا شأن لها بحمزة … وإنما الذي أرسله هو جبير بن مطعم لأنه حمزة رضي الله عنه قتل طعيمة بن عدي في بدر، فجبير بن مطعم هو سيد وحشي أي هو الذي يملكه وكان وحشي عبدا عند جبير بن مطعم … فوحشي أرسله جبير ولم ترسله هند وبالتالي لم تأكل هند بنت عتبة كبد حمزة رضي الله عنه



“Itu sama sekali tidak benar. Hindun binti ‘Utbah tidak mempunyai urusan dengan Hamzah … yang mengutus Wahsyi (untuk membunuh Hamzah) adalah Jubair bin Muth’im karena Hamzah telah membunuh Thu’aimah bin ‘Adi (paman dari Jubair bin Muth’im) dalam perang Badr. Maka Jubair bin Muth’im adalah tuan bagi Wahsyi, yaitu orang yang berkuasa atas Wahsyi dan Wahsyi adalah budak bagi Jubair bin Muth’im … maka Wahsyi diutus (untuk membunuh Hamzah) oleh Jubair bin Muth’im. Bukan Hindun yang menyuruhnya, dan tidak pula Hindun binti ‘Utbah itu memakan hati Hamzah –radhiyallahu ‘anhu.”

https://islamqa.info/ar/answers/202360/%D9%84%D9%85-%D9%8A%D8%AB%D8%A8%D8%AA-%D8%A7%D9%86-%D9%87%D9%86%D8%AF-%D8%A8%D9%86%D8%AA-%D8%B9%D8%AA%D8%A8%D8%A9-%D8%B1%D8%B6%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%86%D9%87%D8%A7-%D9%84%D8%A7%D9%83%D8%AA-%D9%83%D8%A8%D8%AF-%D8%AD%D9%85%D8%B2%D8%A9-%D8%B1%D8%B6%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%86%D9%87

HUKUM MEMAJANG JAM ATAU KALENDER YANG BERISI IKLAN KE DALAM MASJID


Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah

Pertanyaan :

Sebahagian kalender dan jam dinding itu berisi promosi perusahaan yang mengeluarkannya. Apakah memasukkan itu semua ke dalam masjid termasuk promosi?

Jawaban :

Iklan urusan dunia tidak diperbolehkan dimasukkan ke dalam masjid. Apabila padanya ada promosi urusan dunia, maka tidak boleh dimasukkan ke dalam masjid.

حكم الإعلانات الدعائية في المسجد

فضيلة الشيخ العلامة
صالح بن فوزان الفوزان حفظه الله تعالى :

السُّـــــؤَال ُ:
 
بعض التقاويم وبعض الساعات يكون فيها إعلان للشركات المصدرة لها، فهل إدخاله للمسجد يعتبر من باب الدعاية؟

 الجَـــــوَاب ُ:
 
الدعاية للدنيا لا تجوز إدخالها في المسجد، إذا كان فيها دعاية للدنيا فلا يجوز إدخالها في المسجد.

Hukum tadarusan lewat speaker menurut madzhab syafi'i


#Ibnul Ammad Asy-Syafii rahimahullah berkata :

Dibenci membaca Al-Quran dengan mengeraskan suara di masjid karena memgganggu orang sholat...

"Dalam kitab qurratul ain dan syarahnya fathul muin oleh Al-Allamah zainuddin Asy-Syafii beliau mengatakan : Dibenci mengeraskan suara dalam membaca surat Al-Kahfi atau selainnya jika mengganggu orang sholat atau tidur, sebagaimana yang dibenarkan oleh An-Nawawi dalam kitab kitabnya beliau. Berkata : Syaikh kami berkata dalam dalam syarhul abab, haram membaca Al-Quran dengan suara keras dimasjid dengan mengambil perkataan An-Nawawi ketika dikhawatirkan menganggu dan menyakiti ini berlaku juga membaca Al-Quran selain di masjid.. "

Kisah dusta antara aisyah dan thalhah


Satu hari ia berbincang dengan ‘Aisyah, isteri sang Nabi, yang masih terhitung sepupunya. Rasulullah datang, dan wajah beliau pias tak suka. Dengan isyarat, beliau Shallallaahu ‘Alaihi wa Sallam meminta ‘Aisyah masuk ke dalam bilik. Wajah Thalhah memerah. Ia undur diri bersama gumam dalam hati, “Beliau melarangku berbincang dengan ‘Aisyah. Tunggu saja, jika beliau telah diwafatkan Allah, takkan kubiarkan orang lain mendahuluiku melamar ‘Aisyah.”

Satu saat dibisikannya maksud itu pada seorang kawan, “Ya, akan kunikahi ‘Aisyah jika Nabi telah wafat.”

Gumam hati dan ucapan Thalhah disambut wahyu. Allah menurunkan firmanNya kepada Sang Nabi dalam ayat kelimapuluhtiga surat Al Ahzab, “Dan apabila kalian meminta suatu hajat kepada isteri Nabi itu, maka mintalah pada mereka dari balik hijab. Demikian itu lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. Kalian tiada boleh menyakiti Rasulullah dan tidak boleh menikahi isteri-isterinya sesudah wafatnya selama-lamanya.”

Ketika ayat itu dibacakan padanya, Thalhah menangis. Ia lalu memerdekakan budaknya, menyumbangkan kesepuluh untanya untuk jalan Allah, dan menunaikan umrah dengan berjalan kaki sebagai taubat dari ucapannya. Kelak, tetap dengan penuh cinta dinamainya putri kecil yang disayanginya dengan asma ‘Aisyah. ‘Aisyah binti Thalhah. Wanita jelita yang kelak menjadi permata zamannya dengan kecantikan, kecerdasan, dan kecemerlangannya. Persis seperti ‘Aisyah binti Abi Bakr yang pernah dicintai Thalhah.

Ini semua kisah dusta dari riwayat yg lemah, tidak pantas percaya dg cerita ini.
https://islamqa.info/ar/answers/258063/%D9%84%D9%85-%D9%8A%D8%B5%D8%AD-%D8%AD%D8%AF%D9%8A%D8%AB-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%86-%D8%B7%D9%84%D8%AD%D8%A9-%D8%B1%D8%B6%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%86%D9%87-%D8%A7%D8%B1%D8%A7%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D8%B2%D9%88%D8%A7%D8%AC-%D9%85%D9%86-%D8%B9%D8%A7%D9%89%D8%B4%D8%A9-%D8%B1%D8%B6%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87-%D8%B9%D9%86%D9%87%D8%A7

Umar dan ibnu umar mengangkat tangan saat takbir shalat id???

Atsar dari ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, bahwa beliau mengangkat kedua tangannya ketika takbir-takbir shalat jenazah dan shalat id. [HR. Al-Baihaqi dalam Al-Kubra(III/293)]. Atsar dari ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu ‘anhuma, bahwa beliau dahulu juga mengangkat kedua tangannya ketika takbir-takbir shalat jenazah.

Jawab : Asy-Syaikh Al-Albani mendha’ifkan atsar yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau dahulu juga mengangkat kedua tangannya ketika takbir-takbir shalat jenazah. Beliau berkata ketika menyanggah pendapat yang menshahihkan atsar tersebut: “Adapun penshahihan sebagian ulama yang mulia terhadap atsar yang menyebutkan diyari’atkannya mengangkat kedua tangan sebagaimana dalam ta’liq beliau terhadap Fathul Bari [III/190] adalah merupakan kesalahan yang nyata sebagaimana hal ini tidak tersamarkan lagi di kalangan orang yang mengetahui bidang ini (ilmu hadits).” Beliau juga berkata: “Tidak disunnahkan mengangkat kedua tangan karena yang demikian tidak pernah disebutkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dan apa yang diriwayatkan dari ‘Umar dan anaknya (Ibnu ‘Umar) tidak menjadaikan amalan ini sebagai amalana yang sunnah.” Beliau juga berkata: “Kami tidak mendapatkan dalam sunnah satu dalil pun yang menunjukkan disyari’atkannya mengangkat kedua tangan selain dari takbir pertama (takbiratul ihram), dan ini adalah madzhab Al-Hanifiyyah, dan pendapat yang dipilih oleh Asy-Syaukani, dan Ibnu Hazm juga memilih madzhab ini.” Asy-Syaikh ‘Abdul Muhsin Al-‘Abbad berkata: “Aku tidak mendapati satu dalil pun yang menunjukkan disyari’atkan mengangkat kedua tangan pada takbir-takbir shalat id.”

Jika Luput dari Shalat ‘Ied, Shalat Empat Raka’at???



Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,

مَنْ فَاتَهُ الْعِيدُ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا ، وَمَنْ فَاتَتْهُ الْجُمُعَةُ فَلْيُصَلِّ أَرْبَعًا

“Barangsiapa yang luput shalat ‘ied, maka hendaklah ia menggantinya dengan shalat empat raka’at. Barangsiapa yang luput shalat Jum’at, maka hendaklah ia menggantinya dengan shalat empat raka’at.”

Riwayat ini munqoti' alias sanadnya terputus sebagaimana dikatakan syeikh albani dalam irwa' al gholil 3/121

Jumat, 08 Mei 2020

3 QIRAAH AYAT KE-4 SURAT AL-IKHLAS


Firman Allah Ta'aalaa "كُفُوًا أَحَد", tidaklah dibaca kecuali dengan tiga qiraat mutawatir :
1. Dibaca "كُفُؤًا" (kufu`an) menurut mayoritas Imam qiraat.
2. Dibaca "كُفْؤًا" (kuf`an) menurut Hamzah, Ya'quub dan Kholaf dalam qiraah asyarah.
3. Dibaca "كُفُوًا" (kufuwan) menurut Hafsh dari Aashim sendirian saja dan ini yang kita baca.

Barangsiapa yang membacanya dengan "كُفْوًا" (kufwan), dan ini banyak yang membacanya seperti itu, maka ini adalah bacaan yang keliru yang tidak terdapat dalam qiraah yang shahihah.
Wallahu A'lam.

Sabtu, 02 Mei 2020

Puasa paling afdhol

▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬
PUASA YANG PALING AFDHOL
▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬

👤Ibnul Qoyyim mengatakan :

فَأَفْضَلُ الصَّوَّامِ أَكْثَرُهُمْ ذِكْرًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ فِيْ صَوْمِهِمْ

"Yang paling afdhol atau mulia diantara orang-orang yang berpuasa adalah yang paling banyak mengingat Allah ketika kondisi berpuasa".

📚(Al-Wabil ash-Shayyib hlm 104, Dar al-Kitab al-Arabi).

Milikilah amalan sunnah andalan

*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*
*🔅AMALAN SUNNAH ANDALAN 🔅*
*▬▬▬▬▬▬•◇✿◇•▬▬▬▬▬▬*

*👤Ibnu Mas'ud itu jarang-jarang puasa sunnah. Beliau mengatakan

إِذَا صُمْتُ ضَعُفْتُ عَنِ الصَّلَاةِ وَأَنَا أَخْتَارُ الصَّلَاةَ عَنِ الصَّوْمِ

_"Jika aku berpuasa sunnah aku tidak bisa memperbanyak sholat sunnah. Padahal aku lebih memilih memperbanyak sholat sunnah dibandingkan puasa sunnah "_
📚(Mukhtasar Minhaj Al-Qashidin hlm 57, al-Maktab al-Islamy).