Jumat, 31 Januari 2020

Larangan menyalakan lampu di kuburan itu dari wahabi?

Masak sih, nyalakan lampu saja tidak boleh, "wahabi kali nih".

Imam Ibnu Hajar Al Haitamy As Syafii berkata: Dosa besar ke-93, 94, 95, 96, 97 dan 98 adalah : menjadikan kuburan sebagai masjid (tempat sholat),  MENYALAKAN LAMPU DI ATASNYA,  menjadikannya sebagai berhala, berthawaf mengelilinginya, MENGUSAP-USAPNYA,  mendirikan shalat menghadap kepadannya." (Az Zawajir 'an Iqtiraf Al Kaba'ir )

Pernyatataan Imam Ibnu Hajar Al Haitamy di atas tentu bukan abal abal atau hasil comot dari kaum wahabi, namun dilandasi oleh dalil yang valid dan benar, diantaranya ialah hadits berikut:

عَن ِابْن ِعَباس قالَ:«لعَنَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زُوّارَاتِ القبوْرِ، وَالمتَّخِذِينَ عَليْهَا المسَاجِدَ وَالسُّرُج»

Sahabat Ibnu Abbas berkata : “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melaknat para wanita yang banyak meziarahi kuburan dan orang-orang yang menjadikan tanah di atas kuburan-kuburan sebagai masjid-masjid (tempat sujud) dan menyalakan lampu-lampu di atasnya” ( Ahmad , Abu dawud , At-Thirmidzi , An-Nasaai, Ibnu Maajah , dan lainnya.

Ini menurut mazhab syafii lo ya, bukan wahabi, kecuali bila menurut anda Imam Ibnu Hajar Al haitamy yang wafat pada tahun 974 H, juga sudah terkontaminasi oleh "wahaby" yang menyebar pada abad ke 11 H, gara gara beliau tinggal di kota Makkah.

Selamat merenung kalau perlu sampai bingung, atau semoga anda benar benar tercerahkan.
Copas dari ust arifin badri

Rabu, 29 Januari 2020

4 TIPS LANCAR REJEKI


👤 Ibnul Qayyim rahimahullah berkata :
.
وأربعة تجلب الرزق:  قيام الليل ,وكثرة الإستغفار بالأسحار , وتعاهد الصدقة , والذكر أول النهار وآخره.
.
Ada 4 hal yang bisa mendatangkan rejeki :.
1⃣ Qiyamullail (shalat malam)
2⃣ Memperbanyak istighfar di waktu sahur.
3⃣ Membiasakan sedekah.
4⃣ Berdzikir di awal pagi dan sore hari.
.
__________________
.
📚 Zaadul Maad 4/378

Hukum sholawat Badar


Lafadz shalawat ini sebagai berikut:

shalatullah salamullah ‘ala thoha rosulillah
 shalatullah salamullah ‘ala yaasiin habibillah
 tawasalnaa bibismillah wa bil hadi rosulillah
 wa kulli majahid fillah
 bi ahlil badri ya Allah

Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Thaha Rasulullah
 Shalawat Allah dan salam-Nya semoga tercurah kepada Yasin Habibillah
 Kami bertawassul dengan nama Allah dan dengan pemberi petunjuk, Rasulullah
 Dan dengan seluruh orang yang berjihad di jalan Allah, serta dengan ahli Badr, ya Allah

Dalam ucapan shalawat ini terkandung beberapa hal:
 1. Penyebutan Nabi dengan habibillah
 2. Bertawassul dengan Nabi
 3. Bertawassul dengan para mujahidin dan ahli Badr

Point pertama telah diterangkan kesalahannya secara jelas pada rubrik Tafsir.

Pada point kedua,
 tidak terdapat satu dalilpun yang shahih yang membolehkannya. Allah dan Rasul-Nya tidak pernah mensyariatkan. Demikian pula para shahabat (tidak pernah mengerjakan). Seandainya disyariatkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkannya dan para shahabat melakukannya. Adapun hadits: “BERTAWASSULLAH KALIAN DENGAN KEDUDUKANKU karena sesungguhnya kedudukan ini besar di hadapan Allah”, maka HADITS INI TERMASUK HADITS MAUDHU’ (PALSU) SEBAGAIMANA DIJELASKAN OLEH IBNU TAIMIYYAH DAN ASY-SYAIKH AL-ALBANI.

Adapun point ketiga,
 tentunya lebih tidak boleh lagi karena bertawassul dengan Nabi shallallhu ‘alaihi wa sallam saja tidak diperbolehkan. Yang DIBOLEHKAN ADALAH BERTAWASSUL DENGAN NAMA ALLAH di mana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَ للهِ الأَسْمآءُ الْحُسْنَ فَادْعُوْهُ بِهاَ

“Dan hanya milik Allah-lah asmaul husna, MAKA BERMOHONLAH KEPADA-NYA DENGAN MENYEBUT ASMAUL HUSNA ITU.” (Al-A’raf: 180)

Demikian pula di antara do’a Nabi:
“YA ALLAH, AKU MOHON KEPADA-MU DENGAN SEGALA NAMA YANG ENGKAU MILIKI yang Engkau namai diri-Mu dengannya. Atau Engkau ajarkan kepada salah seorang hamba-Mu, atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau Engkau simpan di sisi-Mu dalam ilmu yang ghaib.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan lainnya, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahihah no. 199)

Bertawassul dengan nama Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti ini merupakan salah satu dari bentuk tawassul yang diperbolehkan. Tawassul lain yang juga DIPERBOLEHKAN ADALAH DENGAN AMAL SHALIH DAN DENGAN DOA ORANG SHALIH YANG MASIH HIDUP (yakni meminta orang shalih agar mendoakannya). Selain itu yang tidak berdasarkan dalil, termasuk tawassul terlarang.

JENIS-JENIS SHALAWAT DI ATAS BANYAK DIJUMPAI DI KALANGAN SUFIYAH. Bahkan dijadikan sebagai materi yang dilombakan di antara para tarekat sufi.

BERAPA BANYAK ORANG YANG BERPALING DARI AL QUR’AN dan mentadabburinya disebabkan tenggelam dan ‘asyik’ dengan wirid bid’ah ini? Dan BERAPA BANYAK DARI MEREKA YANG SUDAH TIDAK PEDULI LAGI UNTUK MENGHIDUPKAN SUNNAH-SUNNAH RASULULLAH SHALLALLAHU ALAIHI WASALLAM karena tergiur dengan pahala ‘instant’ yang berlipat ganda.

Wallahu A'lam....

MADZHAB SYAFII MENGHARAMKAN KENDURI SETELAH KEMATIAN

MADZHAB SYAFII MENGHARAMKAN KENDURI SETELAH KEMATIAN

Ibnu Shobagh : Adapun keluarga mayyit membuatkan makanan dan menghidangkannya, hal tersebut tidak pernah dinukil satu dalilpun, ia termasuk bid'ah dan tidak disunnahkan"

[Al-Bayan Fi Madzhabil Imam Syafii hal. 126]

Debat atheis vs aswaja(sufi)

Afwan, ana tidak bermaksud menghina, tetapi ana sangat tertarik dengan cara pandang orang Atheis ini.

Kalau Aswaja biasanya MENDAHULUKAN AKAL DALAM MEMAHAMI AGAMA, maka orang Atheislah yang paling terdepan MEMATAHKAN AKAL ORANG-ORANG ASWAJA !!!

Ana hanya mengCopy, bukan buatan sendiri, 😂😂

Dialog Atheis vs Aswaja

Aswaja: Apa alasanmu bilang Allah tidak wujud ??

Atheis: Pokoknya kagak wujud, titik !!!!
Jika Allah itu memang ADA, Dimana  Dia ??!!

Aswaja: Dia tidak bertempat dimanapun jua !!!

Athes: 😂😂😂😂😂 (tertawa). Apa bedanya aqidah kami dengan anda ??!!

Aswaja: La... ya bedalah !!!
Allah itu Wujud cuman tidak ADA dimanapun jua !!!

Atheis: 😂😂😂😂😂 (tertawa lepas). Kalau Aqidah kami Atheis langsung ke POIN yaitu, Tidak Ada Allah !!!
Aqidah anda aswaja sebenarnya sama saja, tapi muter-muter dulu baru ke POIN, yaitu :

1- Allah tidak wujud di Arsy
2- Allah tidak wujud di langit
3- Allah tidak wujud di bumi
4- Tidak dekat dan tidak jauh
5- Allah tidak wujud di atas dan di bawah
6- Allah tidak wujud di depan dan di belakang
7- Allah tidak wujud di kanan dan di kiri
8- Allah tidak wujud di dalam dan di luar
9- Allah tidak wujud di tengah dan di tepi
10- Allah tidak wujud di dunia dan di akhirat
11- Allah tidak wujud di neraka dan di surga.

Bukankah Arsy, langit bumi, jauh dekat, atas bawah, depan belakang, kanan kiri, dalam luar, tengah tepi, dunia akhirat, surga neraka itu TEMPAT ??!!
Berarti 11 poin diatas semuanya #TEMPAT !!!!

Gimana ???? (ejek Atheis)

Aswaja: @#¥÷%&%€|~$? ..... Hmmm... aaaa... itu anuuu... apaaan aaaaak (garuk-garuk kepada)

Udah !!!! (sanggah Atheis). Gini aja sodara-sodara aswaja, bagaimana kalau kita bergabung saja dalam satu agama yaitu agama tanpa Allah ????

Aswaja: ..........???????? (saling pandang antara satu lain sabil mengemas kitab yg bertimbun didepannya yang di ajinya selama 30 tahun)

Atheis: Oya..... (sambung Atheis) anda suka banget nyembah kubur mengapa ???

Aswaja: anda salah faham !!!!
Sama sekali kami tidak menyembah kuburan !!!!
Lihat Al-Quran ini !!!!

" مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى"

"kami tdk menyembah kuburan, cuman prantara saja ke Allah".

Atheis: 😂😂😂😂😂 (tertawa lagi) itu kan ayat yang oleh Allah ditujukan ke orang kafir, apa anda kafir seperti musyrikin jahiliyah ??!!

Aswaja: ..........?????? (lagi-lagi bingung saling, berpandangan antara satu sama lain nya)

Atheis:  Lagian !!! (sambung Atheis), kalau begitu Allah itu bertempat dong, cuma orang mati yang tau tempat-Nya ??!!

Aswaja: kok bisa.....???!!

Atheis: ya bisalah !!!!
Bukankah PERANTARA itu orang tengah untuk sampai kepada orang yg ketiga ???
Orang mati perantara ke Allah untuk mengantarkan segala hajat Aswaja ???

Aswaja: berbisik-bisik antara satu sama lain.

Atheis:  Lagian kemana Wali anda mengantar HAJAT anda kalau Allah kagak punya tempat/alamat...??!! ntar sesak nafas muter nyari alamat Allah di ALAM kubur ??!!

Aswaja: ........???????? (pada mengerut dahi dan wajah kecewa sambil bingkas keluar dewan diskusi tampa pamet. Mereka tersengeh-sengah pamer gigi sampai putih berkilau) kasian aswaja... 😁😁

#hanya_simulasi sembari tersenyum dan mengajak mereka berpikir.

Wassalam...

Sabtu, 25 Januari 2020

membenci satu perintah nabi saja dia murtad


Ibnu Baththah Al-‘Ukbariy rahimahullah berkata:
وكذلك وجوب الإيمان والتصديق بجميع ما جاءت به الرسل من عند الله، وبجميع ما قاله الله عز وجل فهو حقٌّ لازمٌ، فلو أن رجلاً آمن بجميع ما جاءت به الرسل إلا شيئاً واحداً، كان بردّ ذلك الشيء كافراً عند جميع العلماء
“Dan begitu pula kewajiban beriman dan membenarkan seluruh apa yang dibawa Rasul ﷺ dari sisi Allah ﷻ, dan beriman dengan seluruh yang Alah ﷻ firmankan; maka ini adalah kewajiban yang tetap. Seandainya ada seseorang yang beriman dengan seluruh syari’at yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, kecuali satu perkara (yang ia tolak), maka dengan penolakannya terhadap satu perkara tersebut menyebabkan dirinya kafir menurut (kesepakatan) seluruh ulama” [Asy-Syarh wal-Ibaanah ‘alaa Ushuulis-Sunnah wal-Diyaanah hal. 232-233].

Perkataan jilbab tidak wajib pernyataan jahil, ajakan menuju budaya jahiliyyah


Sebelum era Islam, masyarakat Arab jahiliyyah tidak mempunyai budaya menutup aurat. Bahkan, mereka thawaf mengelilingi Ka’bah dengan telanjang.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ. ح وحَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ نَافِعٍ وَاللَّفْظُ لَهُ، حَدَّثَنَا غُنْدَرٌ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنْ سَلَمَةَ بْنِ كُهَيْلٍ، عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: " كَانَتِ الْمَرْأَةُ تَطُوفُ بِالْبَيْتِ وَهِيَ عُرْيَانَةٌ، فَتَقُولُ: مَنْ يُعِيرُنِي تِطْوَافًا تَجْعَلُهُ عَلَى فَرْجِهَا، وَتَقُولُ:.
الْيَوْمَ يَبْدُو بَعْضُهُ أَوْ كُلُّهُ         فَمَا بَدَا مِنْهُ فَلَا أُحِلُّهُ "
" فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyaar : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far (ح). Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakr bin Naafi’ - dan lafadh hadits ini adalah miliknya - : Telah menceritakan kepada kami Ghundar : Telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Salamah bin Kuhail, dari Muslim Al-Bathiin, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : “Dulu para wanita melakukan thawaf di Baitullah dengan telanjang seraya berkata : ‘Siapakah yang mau meminjamiku baju untuk thawaf yang digunakan menutupi kemaluan?’. Dan wanita itu berkata : ‘‘Pada hari nampak sebagian atau seluruhnya…. Dan apa yang telah nampak darinya, aku tidak menghalalkannya’. Maka turunlah ayat ini : ‘Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid’ (QS. Al-A’raaf : 31)” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 3028].
وحَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا أَبُو أُسَامَةَ، حَدَّثَنَا هِشَامٌ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: " كَانَتِ الْعَرَبُ تَطُوفُ بِالْبَيْتِ عُرَاةً إِلَّا الْحُمْسَ وَالْحُمْسُ قُرَيْشٌ، وَمَا وَلَدَتْ كَانُوا يَطُوفُونَ عُرَاةً إِلَّا أَنْ تُعْطِيَهُمُ الْحُمْسُ ثِيَابًا، فَيُعْطِي الرِّجَالُ الرِّجَالَ وَالنِّسَاءُ النِّسَاءَ
Dan telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib : Telah menceritakan kepada kami Abu Usaamah : Telah menceritakan kepada kami Hisyaah, dari ayahnya (‘Urwah bin Jubair), ia berkata : “Dulu orang Arab melakukan thawaf di Baitullah dengan telanjang, kecuali humus, dan humus adalah orang Quraisy dan keturunannya. Mereka (orang-orang Arab jahiliyyah) melakukan thawaf sambil telanjang, kecuali apabila diberi pakaian oleh humus. Laki-laki memberi pakaian kepada laki-laki, dan wanita memberi pakaian kepada wanita….” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 1219. Diriwayatkan juga oleh Al-Bukhaariy no. 1665].
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ، حَدَّثَنَا أَيُّوبُ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ قَالَ: كَانَ أَهْلُ الْجَاهِلِيَّةِ يَطُوفُونَ بِالْبَيْتِ عُرَاةً، يَقُولُونَ: نَطُوفُ فِي ثِيَابِنَا الَّتِي نُصَلِّي فِيهَا فَكَانَتِ الْمَرْأَةُ تَطُوفُ عُرْيَانَةً وَتَقُولُ:
الْيَوْمُ يَبْدُو بَعْضُهُ أَوْ كُلُّهُ         وَمَا بَدَا مِنْهُ فَلا أُحِلُّهُ
Telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid : Telah menceritakan kepada kami Ayyuub, dari Sa’iid bin Jubair, ia berkata : “Dulu orang-orang Jahiliyyah melakukan thawaf di Baitullah dengan telanjang. Mereka berkata : ‘Kami thawaf dengan pakaian-pakaian kami yang kami shalat dengannya. Wanita melakukan thawaf dengan telanjang seraya berkata : ‘Pada hari nampak sebagian atau seluruhnya…. Dan apa yang telah nampak darinya, aku tidak menghalalkannya’ [Diriwayatkan oleh ‘Affaan bin Muslim dalam Ahaadiits-nya no. 83; shahih].

Membatasi hijab hanya papan kayu adalah pemahaman sempit liberal


Kata hijab sebagai penutup aurat wanita sudah biasa di lisan ulama ahlussunnah
Ibnu ‘Abdil-Barr rahimahullah menjelaskan ayat ini dengan perkataannya:
فأمر النساء بالحجاب، ثُمَّ أمرن عند الخروج أن يدنين عليهن من جلابيبهن، وهو القناع، وهو عِنْدَ جماعة العلماء في الحرائر دون الإماء، وفيه أيضا أن ذوي المحارم من النسب والرضاع لا يحتجب منهم، ولا يستتر عنهم إلا العورات، والمرأة في ما عدا وجهها وكفيها عورة بدليل أنها لا يجوز لها كشفه في الصلاة
“Nabi ﷺ memerintahkan para wanita untuk berhijab, lalu memerintahkan mereka ketika keluar rumah untuk mengulurkan jilbab-jilbab mereka, yaitu qinaa’ (kerudung yang menutupi kepala, termasuk wajah). Perintah tersebut menurut sekelompok ulama berlaku untuk wanita merdeka saja, tidak termasuk budak. Pada perintah itu, bagi orang yang mempunyai hubungan mahram dengan sebab nasab dan persusuan, tidak wajib berhijab dan menutup dari mereka kecuali yang termasuk aurat. Bagi wanita, selain wajah dan kedua telapak tangannya adalah aurat dengan dalil ia tidak boleh menyingkapnya ketika shalat” [At-Tamhiid, 9/236].