Kamis, 30 November 2017

Abu Lahab pro Perayaan Maulid ?


Di antara dalil yang digunakan oleh orang-orang yang membolehkan perayaan maulid Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah kisah salah seorang tokoh dalam kesyirikan yakni Abu Lahab. Berikut uraiannya:

As-Suyuthi berkata dalam Al-Hawy (1/196-197), “Lalu saya melihat Imamul Qurro`, Al-Hafizh Syamsuddin Ibnul Jauzi berkata dalam kitab beliau yang berjudul ‘Urfut Ta’rif bil Maulid Asy-Syarif’ dengan nash sebagai berikut, “Telah diperlihatkan Abu Lahab setelah meningalnya di dalam mimpi. Dikatakan kepadanya, “Bagaimana keadaanmu?”, dia menjawab, “Di dalam Neraka, hanya saja diringankan bagiku (siksaan) setiap malam Senin dan dituangkan di antara dua jariku air sebesar ini -dia berisyarat dengan ujung jarinya- karena saya memerdekakan Tsuwaibah ketika dia memberitahu kabar gembira kepadaku tentang kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam dan karena dia telah menyusuinya.”
As-Suyuthi berkata, “Jika Abu Lahab yang kafir ini, yang Al-Qur`an telah turun mencelanya, diringankan (siksaannya) di neraka dengan sebab kegembiraan dia dengan malam kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam, maka bagaimana lagi keadaan seorang muslim yang bertauhid dari kalangan ummat Nabi shallallahu alaihi wasallam yang gembira dengan kelahiran beliau dan mengerahkan seluruh kemampuannya dalam mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam?!, saya bersumpah bahwa tidak ada balasannya dari Allah Yang Maha Pemurah, kecuali Dia akan memasukkannya berkat keutamaan dari-Nya ke dalam surga-surga yang penuh kenikmatan.”

Kisah ini juga dipakai berdalil oleh Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam risalahnya Haulal Ihtifal bil Maulid, hal. 8 tatkala dia berkata, “Telah datang dalam Shahih Al-Bukhari bahwa diringankan siksaan Abu lahab setiap hari Senin dengan sebab dia memerdekakan Tsuwaibah ….”.

Bantahan:
Penyandaran kisah di atas kepada Imam Al-Bukhari adalah suatu kedustaan yang nyata sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh At-Tuwaijiri dalam Ar-Raddul Qawi  hal. 56. Karena tidak ada dalam riwayat Al-Bukhari sedikitpun yang disebutkan dalam kisah di atas.
Berikut konteks hadits ini dalam riwayat Imam Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 4711 secara mursal dari Urwah bin Az-Zubair -rahimahullah- dia berkata:

وثُوَيْبَةُ مَوْلَاةٌ لِأَبِي لَهَبٍ كَانَ أَبُو لَهَبٍ أَعْتَقَهَا فَأَرْضَعَتْ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا مَاتَ أَبُو لَهَبٍ أُرِيَهُ بَعْضُ أَهْلِهِ بِشَرِّ حِيبَةٍ قَالَ لَهُ مَاذَا لَقِيتَ قَالَ أَبُو لَهَبٍ لَمْ أَلْقَ بَعْدَكُمْ غَيْرَ أَنِّي سُقِيتُ فِي هَذِهِ بِعَتَاقَتِي ثُوَيْبَةَ

“Tsuwaibah, dulunya adalah budak perempuan Abu Lahab. Abu Lahab membebaskannya, lalu dia menyusui Nabi shallallahu alaihi wasallam. Tatkala Abu Lahab mati, dia diperlihatkan kepada sebagian keluarganya (dalam mimpi) tentang jeleknya keadaan dia. Dia (keluarganya ini) berkata kepadanya, “Apa yang engkau dapatkan?”, Abu Lahab menjawab, “Saya tidak mendapati setelah kalian kecuali saya diberi minum sebanyak ini (sedikit) karena saya memerdekakan Tsuwaibah”.

Syubhat ini dibantah dari beberapa sisi:

1.    Hadits tentang diringankannya siksa Abu Lahab ini telah dikaji oleh para ulama dari zaman ke zaman. Akan tetapi tidak ada seorang pun di antara mereka yang menjadikannya sebagai dalil disyari’atkannya perayaan maulid.

2.    Ini adalah hadits mursal sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafizh dalam Al-Fath (9/49) karena Urwah adalah seorang tabi’i dan beliau tidak menyebutkan dari siapa dia mendengar kisah ini. Sedangkan hadits mursal adalah termasuk golongan hadits-hadits dhaif (lemah) yang tidak bisa dipakai berdalil.

3.    Apa yang dinukil oleh As-Suyuthi dari Ibnul Jauzi di atas bahwa Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah karena memberitakan kelahiran Nabi shallallahu alaihi wasallam dan karena dia menyusui Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah menyelisihi apa yang telah tetap di kalangan para ulama siroh (sejarah). Karena dalam buku-buku siroh ditegaskan bahwa Abu Lahab memerdekakan Tsuwaibah jauh setelah Tsuwaibah menyusui Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Al-Hafizh Ibnu Abdul Barr -rahimahullah- berkata dalam Al-Isti’ab (1/12) ketika beliau menyebutkan kisah menyusuinya Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Tsuwaibah, “Dan Abu Lahab memerdekakannya setelah Nabi shallallahu alaihi wasallam berhijrah ke Madinah”.

4.    Kegembiraan yang dirasakan oleh Abu Lahab hanyalah kegembiraan yang sifatnya tabi’at manusia biasa karena Nabi shallallahu alaihi wasallam adalah keponakannya. Sedangkan kegembiraan manusia tidaklah diberikan pahala kecuali bila kegembiraan tersebut muncul karena Allah Ta’ala. Buktinya, setelah Abu Lahab mengetahui kenabian keponakannya, diapun memusuhinya dan melakukan tindakan-tindakan yang kasar padanya. Ini bukti yang kuat menunjukkan bahwa Abu Lahab bukan gembira karena Allah, tapi gembira karena lahirnya seorang keponakan. Gembira seperti ini ada pada setiap orang.

(Rujukan: Al-Bida’ Al-Hauliyah hal. 165-170, Ar-Raddu ‘ala Syubuhati man Ajazal Ihtifal bil Maulid syubhat keenam dan Al-Hiwar ma’al Maliki Syubhat pertama)

Rabu, 29 November 2017

Fiqih Madzhab Syafi'i = Aqidah Madzhab Asy'ari ?


Siapa yang tidak mengenal Al Imam Ibnu Khuzaimah, shahib kitab Shahih Ibnu Khuzaimah, Muhammad bin Ishaq bin khuzaimah bin Al Mughirah yang berkunyah dengan Abu Bakr. Tajuddin As Subki memulai biografi beliau, kalimat pertama yang beliau lontarkan ialah "Seorang Mujtahid Muthlaq".

Beliau adalah salah satu ulama besar bermadzhab Syafi'i pada thabaqat ketiga (yang wafat antara tahun 300-400 H) pengarang banyak kitab, dan sangat panjang pujian ulama terhadap beliau (Thabaqat Asy-Syafi'iyyah al-Kubra hal. 84 jilid 3 terbitan DKi)

Aqidah beliau ? Beliau mengabarkan sendiri bagaimana aqidah beliau di kitab beliau : Kitab At-Tauhid wa Istbat Shifaat Ar-Rabb 'Azza wa Jalla. Di Kitab tersebut beliau menetapkan sejumlah sifat-sifat yang tinggi bagi Allah, yang tidak ditetapkan oleh madzhab Asy'ariyyah. Beliau menetapkan bagi Allah sifat wajah, sifat mata, sifat kedua tangan, sifat nuzul, sifat beristiwa diatas Al 'Arsy, sifat kalam, dan juga beliau menetapkan bahwa Al Qur'an kalamullah (bukan kalam nafsi, ibaroh, atau hikayah 'anillah seperti versi Asy'ariyyah dan Kullabiyyah), sifat tertawa dll.

Demikian pula dengan Al-Muzanni, Abu Ibrahim Isma'il bin Yahya bin Yahya Al-Muzanni, murid Al-Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i di Mesir, beliau pun tidak beraqidah dengan aqidah Asy'ariyyah, bahkan beliau berakidah sebagaimana para ulama sebelum beliau termasuk gurunya, beliau berkata tentang Allah di kitab beliau Syarhus Sunnah :

عال على عرشه

"Allah tinggi diatas 'arsy-Nya" (Syarhus Sunnah hal. 81terbitan Dar Al Minhaj)

Bahkan Adz-Dzahabi mengutip dari Al-Muzani yang menuturkan :

لا يصح لأحد توحيد حتى يعلم أن الله على العرش بصفاته

"Tidak sah tauhid siapapun hingga ia mengetahui bahwa Allah diatas 'arsy dengan sifat-sifatNya"

Maka jelaslah perbedaan yang tajam antara aqidah beliau dengan aqidah Asy'ariyyah. Al-Imam Asy-Syafi'i sendiri pun tidak beraqidah dengan aqidah Asy'ari. Beliau beraqidah sebagaimana para ulama tiga generasi awal. Dan ini juga sebagai peringatan bagi mereka yang masih terus membuat kedustaan atas nama Al-Imam Muhammad bin Idris asy-Syafi'i, bagaimana mungkin beliau beraqidah dengan aqidah seseorang yang baru lahir 56 tahun setelah beliau wafat ?! Asy Syafi'i wafat tahun 204 H, sedangkan Abul Hasan Al Asy'ari lahir tahun 260 H

Para ulama yang belajar langsung kepada Al-Imam Asy-Syafi'i pun tidak ada yang beraqidah dengan aqidah Asy'ariyyah. Sebut saja semisal : Ahmad bin Sinan, Al Muzanni, Ahmad bin Hanbal, Ahmad bin Khalid Al Baghdadi, Abu Ja'far Ath Thabari, Ahmad bin 'Amr bin Abdillah Al Mishri Al Faqih dll dari seluruh murid Asy Syafi'i, TIDAK ADA SATUPUN DARI MEREKA YANG BERAQIDAH ASY'ARI.

Begitu juga dengan para ulama Syafi'iyyah lainnya semisal Khathib Al Bahgdadi, Al Isma'iliy, Ibnu 'Adi dll dari kibar Syafi'iyyah yang tidak beraqidah dengan aqidah Asy'ariyyah. Bahkan Al-Khatib Al-Baghdadi memiliki sebuah kitab yaitu Al Kalam Fis Sifat, dimana dalam kitab ini beliau membantah kaum mu'atthilah dengan memberikan faidah aqidah yang sangat penting yang beliau tuangkan dalam kitab tersebut :

القول في الذات كالقول في الصفات والقول في بعض الصفات كالقول في البعض الاخر

Demikian pula dengan Al-Imam Asy-syirazi asy-Syafi'i, beliau bahkan membantah aqidah Asy'ariyyah di kitab beliau Al-Luma' dalam bahasan : "Al Kalam Fil Al Amri wa Nahyi", dimana beliau menetapkan sebagaimana penetapan para ulama ushul fiqih dari kalangan Ahlus Sunnah bahwa Al-Amr memiliki shighah yang maudhu'ah dalam bahasa, sesuatu hal yang diingkari oleh Asy'ariyah karena penetapan mereka bahwa kalamullah adalah kalam nafsi. (Al Luma' fi Ushul Al Fiqhi hal. 13 terbitan DKi)

Dalam bidang hadits pun para ulama Syafi'iyyah seperti ingin membedakan antara Asya'iroh dan Syafi'iyyah sebagaimana. Al Imam Al Bilqini. Beliau berkata : "Sebagian para hafizh muta-akkhirin mengutip pendapat semisal pendapat Ibnu Shalah dari sekelompok ulama madzhab Syafi'i seperti Abu Ishaq Asy Syirozi ....... dan mayoritas Ahli kalam dari Asy'ariyyah. (Tadribur Rawi hal. 188 jilid 2 terbitan Dar Al 'Ishmah)

Dan lain lain yang sangat kentara perbedaan antara madzhab Syafi'i dan Asy'ari. Benar saya tidak menafikan banyak ulama syafi'iyyah yang beraqidah dengan aqidah Asy'ari, akan tetapi menggeneralisirkan hal tersebut adalah sebuah kekeliruan besar.

Ingin bersama alloh?bacalah kitabnya


Abdullah bin Mubarak pernah mengatakan,

إني أذهب فأجلس مع الصحابة والتابعين ، أنظر وأقرأ في كتبهم وآثارهم

Saya sedang duduk bersama para sahabat dan tabi’in, dengan melihat dan membaca karya mereka dan kitab mereka. (Washaya wa Nashaih li Thalib al-Ilm, 55).

Beda MUslimin vs MUkminin......


Seorang orientalis bertanya pada syaikh as sya'rawi  : " apakah al qur'an kalian itu benar ?" ... " tentu saja " jawab beliau .. ia bertanya : " jadi mengapa kaum kafir bisa unggul atas kalian .. bukankah didalam al qur'an ada ayat " ولن يجعل الله للكافرين على المؤمنين سبيلا " ... beliau menjawab : " karena kami saat ini hanya muslimin ... bukan mukminin " ... " apa bedanya muslimin dengan mukminin itu ?" tanya si orientalis lagi ... beliau menerangkan : "  kaum muslimin hari ini mengerjakan syariat islam seperti shalat, puasa, zakat dan haji dan ibadah2 lainnya ... namun mereka tetap dalam kesusahan ... susah secara ekonomi, politik , militer dll " ... " Ya mengapa begitu" potong si orientalis penasaran ... syeikh melanjutkan : " ya karena mereka baru muslim saja ... belum mukmin ... al quran menyebut pertolongan/ kemenangan untuk mukminin ... perhatikan ayat : ' وكان حقاً علينا نصر المؤمنين 'الروم ٤٧ ... untuk menang dari kaum/bangsa / ummat lain juga harus mukminin .. perhatikan ayat : ' ولا تهنوا ولا تحزنوا وأنتم الأعلون إن كنتم مؤمنين ' آل عمران ١٣ ... kami sekarang masih muslimin saja belum sampai ke derajat mukminin .. perhatikan ayat : ' وما كان أكثرهم مؤمنين ' ... jadi bagaimana mukminin itu .. jawabannya juga ada di al qur'an .. perhatikan ayat : ' التائبون العابدون الحامدون السائحون الراكعون الساجدون الآمرون بالمعروف والناهون عن المنكر والحافظون لحدود الله
وبشّّر المؤمنين ' التوبه ١١٢
ALLAH selalu mengaitkan kemenangan .. kemakmuran .. kesejahteraan dengan mukminin bukan muslimin ... Syaikh menutup penjelasannya .... rahimahullah syaikh as sya'rawai ...
On This List (1,931) ...
منقول
نقلته لكم ناهد فخرى

Malulah punya pacar


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ أَصَابَ مِنْ هَذِهِ الْقَاذُورَاتِ شَيْئًا فَلْيَسْتَتِرْ بِسِتْرِ اللَّهِ

“Siapa yang tertimpa musibah maksiat dengan melakukan perbuatan semacam ini (perbuatan zina), hendaknya dia menyembunyikannya, dengan kerahasiaan yang Allah berikan.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’, no. 1508)

Syarat boleh mengemis ada 3 saksi


Dalam tiga keadaan ini seseorang diperbolehkan untuk meminta-minta sumbangan atau mengemis, berdasarkan hadits riwayat Qabishah bin Mukhariq al-Hilali Radhiyalalahu anhu , ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

يَا قَبِيْصَةُ، إِنَّ الْـمَسْأَلَةَ لَا تَحِلُّ إِلَّا لِأَحَدِ ثَلَاثَةٍ : رَجُلٍ تَحَمَّلَ حَمَالَةً فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَهَا ثُمَّ يُمْسِكُ، وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ جَائِحَةٌ اجْتَاحَتْ مَالَهُ فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْشٍ –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- وَرَجُلٍ أَصَابَتْهُ فَاقَةٌ حَتَّى يَقُوْمَ ثَلَاثَةٌ مِنْ ذَوِي الْحِجَا مِنْ قَوْمِهِ : لَقَدْ أَصَابَتْ فُلَانًا فَاقَةٌ ، فَحَلَّتْ لَهُ الْـمَسْأَلَةُ حَتَّى يُصِيْبَ قِوَامًا مِنْ عَيْش ٍ، –أَوْ قَالَ : سِدَادً مِنْ عَيْشٍ- فَمَا سِوَاهُنَّ مِنَ الْـمَسْأَلَةِ يَا قَبِيْصَةُ ، سُحْتًا يَأْكُلُهَا صَاحِبُهَا سُحْتًا.

“Wahai Qabishah! Sesungguhnya meminta-minta itu tidak halal, kecuali bagi salah satu dari tiga orang: Seseorang yang menanggung beban (hutang orang lain, diyat/denda), ia boleh meminta-minta sampai ia bisa melunasinya, kemudian berhenti. Dan seseorang yang ditimpa musibah yang menghabiskan hartanya, ia boleh meminta-minta sampai ia mendapatkan sandaran hidup. Dan seseorang yang ditimpa kesengsaraan hidup sehingga ada tiga orang yang berakal dari kaumnya mengatakan, ‘Si fulan telah ditimpa kesengsaraan hidup,’ ia boleh meminta-minta sampai mendapatkan sandaran hidup. Wahai Qabishah ! Meminta-minta selain untuk ketiga hal itu adalah haram, dan orang yang memakannya adalah memakan yang haram”.[Shahîh. HR Muslim II/722 no.1044), Abu Dâwud I/515 no.1640, Ahmad III/477 no.15957, V/60 no.20620, dan an-Nasâ`i V/89 no.2580. ]

Hukum memberi nama muhaimin


An-Nawawi mengatakan,

وَاَعْلَمُ أَنَّ التَّسَمِّيَ بِهَذَا الاسم – يعني ملك الأملاك – حرام، وَكَذَلِكَ التَّسَمِّي بِأَسْمَاءِ اللَّهِ تَعَالَى الْمُخْتَصَّةِ بِهِ كَالرَّحْمَنِ وَالْقُدُّوسِ وَالْمُهَيْمِنِ وَخَالِقِ الْخَلْقِ وَنَحْوِهَا

Ketahuilah bahwa menggunakan nama Allah yang ini – yaitu Malik a-Amlak (Raja Diraja) – hukumnya haram. Demikian pula nama-nama Allah yang khusus untuk Allah, seperti ar-Rahman, atau al-Quddus, al-Muhaimin, Khaliqul al-Khalq dan semacamnya. (Syarh Shahih Muslim, 14/122).

Moderat bukan wasatiyyah


Tidak ada islam moderat.
Akhir-akhir ini istilah moderat atau Islam moderat sering didengar di media. Jika dicermati, istilah moderat sesungguhnya tidak persis identik dengan istilah wasatiyah. Wasatiyah itu identik dengan keadilan, menunjukkan kemulyaan, kebaikan, keseimbangan duni-akhirat, tidak berlebihan tidak juga meremehkan ibadah atau perintah agama. Sehingga wasatiyah merupakan sifat dari Islam itu.

Demikian dikatakan oleh Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, Direktur Pascasarjana Unida Gontor, dalam Rakerda MUI Provinsi Jawa Timur, pada Kamis 23 November 2017 di Aula Asrama Haji Surabaya.

Menurut Hamid Fahmy, lawan istilah wasatiyah adalah ghuluw (berlebih-lebihan atau ekstrim). Contoh praktik keagamaan yang ekstrim dicontohkan dalam al-Qur’an adalah apa yang telah dilakukan kaum Yahudi dan Nasrani.

“Contoh, dalam tradisi agama Nasrani, kesucian itu dengan menghindari seks. Artinya, orang yang suci itu tidak menikah. Tetapi di dalam Islam, tidak ada batasan kalau paling suci paling alim itu yang tidak menikah. Ternyata Rasulullah Saw menyatakan sendiri, saya Nabi tapi saya menikah, makan, pergi ke pasar”, jelasnya.

Hamid juga menambahkan bahwa ghuluw itu adalah melampaui atau melewati batas yang ditentukan. Yang diharamkan dihalalkan. Yang dihalalkan agama diharamkan.

“Contoh ghuluw dalam akidah misalahnya berlebihan dalam masalah imamah. Seperti berlaku dalam Syiah. Sikap yang tidak wasatiyah. Jadi para imam itu maksum seperti nabi”, tambahnya.

Dalam diri umat Islam saat ini muncul tantangan, yaitu populernya istilah islam moderat. Ternyata istilah moderat ini muncul dari Barat, dengan definisi sendiri, arti sendiri dan pemahaman sendiri.

“Muslim moderat menurut Barat, adalah dengan ciri-ciri muslim yang tidak anti semith (tidak anti Yahudi), kritis terhadap Islam dan menganggap Nabi Muhammad tidak mulya dan tidak perlu diikuti, pro kesetaraan gender, menentang jihad, menentang kekuasaan Islam, pro pemerintahan sekuler, pro Israel, pro kesamaan agama-agama, tidak merespon terhadap kritik-kritik kepada Islam dan Nabi Muhammad, anti pakaian Muslim, tidak suka jilbab, anti syariah dan anti terorisme.  Inilah arti moderat menurut Barat”, tegas Hamid.

Jadi, syariah itu tidak moderat bagi Barat. Tapi moderat perspektif Barat itu adalah yang percaya pada demokrasi, toleransi, pendekatan politik tanpa kekerasan, perlakuan yang sama terhadap wanita dalam hukum.

Kesimpulannya, moderat dalam pikiran Barat itu identik dengan liberal. Sehingga tidak sama dengan wasatiyah.

Hadits palsu keutamaan maulid


Terdapat hadits yang tersebar yang dianggap sebagai dalil untuk merayakan maulid (hari kelahiran) Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yaitu hadits,

من عظم مولدى كنت شفيعاله يوم القيامة. ومن انفق درحمـا فى مولدى فكانما انفق جبلا من ذهب فى سبيل الله

“Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafaat kepadanya kelak pada hari kiamat, dan barang siapa mendermakan satu dirham di dalam menghormati kelahiranku, maka seakan-akan dia telah mendermakan satu gunung emas di dalam perjuangan fi sabilillah”

Mengenai hadits ini, sebuah pertanyaan diajukan kepada Syaikh Prof. Abdullah bin Jibrin rahimahullah. Beliau ditanya, “diantara para mubalig dan khatib ada yang mengatakan di atas mimbar mengenai perayaan maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Barang siapa mengagungkan hari kelahiranku, niscaya aku akan memberi syafaat kepadanya kelak pada hari kiamat”. Mereka menganggap ini termasuk hadits dan tidak mengingkari riwayatnya. Apakah hadits ini termasuk hadits Nabi yang shahih? Apakah terdapat di Shahihain (Bukhari-Muslim), kitab sunan atau kitab hadits lainnya?

Dijawab oleh Syaikh Ibnu Jibrin menjawab:

“Hadits ini tidak shahih, tidak ada dalam riwayat kitab shahih (Shahih Bukhari atau Muslim) atau kitab sunan. Ini adalah hadits dusta (palsu). Perayaan maulid adalah bid’ah yang diingkari. Tidak pernah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun sahabat beliau”.
(Sumber: http://www.ibn-jebreen.com/fatwa/vmasal-6019-.html)

Orang tua nabi ahlul fatroh ???


Bukankah Mereka Hidup di Zaman Fatrah?
Saat ini kita hidup 14 abad setelah wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Untuk bisa mengikuti ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, sangatlah mudah. Islam murni masih sangat bisa dipelajari oleh siapapun yang ada di muka bumi ini. Sekalipun dia jauh dari pusat dakwah islam, yaitu mekah dan madinah.

Ajaran Nabi Isa pusatnya di Syam. Tidak jauh dari Mekah dan jazirah arab. Bahkan mereka biasa melakukan perdagangan sampai di Syam.

Mungkinkah orang mengikuti ajaran Nabi Isa ‘alaihis salam?

Sangat mungkin. Jarak mereka kurang lebh 500an tahun. Ini jika kita sepakat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan tahun 571 M. jarak waktu mereka tidak lebih jauh dari pada kita.

Karena itulah, an-Nawawi menegaskan bahwa orang tua Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih menjumpai ajaran Isa, dan bukan hidup di zaman fatrah. Karena dakwah ajaran nabi sebelumnya telah sampai kepada mereka.

An-Nawawi mengatakan,

وفيه أن من مات في الفترة على ما كانت عليه العرب من عبادة الأوثان فهو في النار ، وليس هذا مؤاخذة قبل بلوغ الدعوة ؛ فإن الدعوة كانت قد بلغتهم دعوة إبراهيم وغيره من الأنبياء صلوات الله تعالى وسلامه عليهم

Hadis ini dalil bahwa orang arab penyembah berhala yang mati di masa sebelum diutus Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka di neraka. Dan ini bukan berarti mereka disiksa sebelum dakwah sampai. Karena dakwah telah sampai kepada mereka, dakwahnya Ibrahim dan para nabi yang lainnya shalawatullah wa salamuhu ‘alaihim. (Syarh Sahih Muslim, 3/79).

Qonaah dalam beragama


Yang Sempurna Jangan Ditambahi

Semua kaum muslimin mengakui bahwa syariat islam itu sudah sempurna. Allah tegaskan hal ini dalam firman-Nya,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al-Maidah: 3).

Dan kita memahami, sesuatu yang sempurna jika ditambahi bukan semakin menyempurnakan. Namun justru akan semakin merusak. Manusia sempurna dengan 2 matanya. Jika ditambahi satu mata, bukan membuatnya semakin indah, namun semakin merusak.

Kedua tangan sempurna dengan 10 jari. Jika ditambahi satu jari, tidak semakin menyempurnakan, tapi itu kelainan.

Syariat itu sempurna… dan kita layak bersyukur dengan syariat yang sempurna ini. Jangan sampai kita memberikan tambahan, yang justru akan semakin merusak.

SUMPAH POCONG


Pertanyaan.

Sumpah pocong di Banten, korban dibungkus dengan kafan dan di hadapkan kiblat. Sebelum disumpah, pemuka agama membacakan al-Qur`ân. Setelah disumpah, korban harus minum air dengan campuran darah ayam hitam dan tombak keramat; setelah itu korban harus melangkahi bangkai ayam hitam tersebut 7 kali dan thawâf di pohon  keramat dekat masjid. (sumber: Redaksi pagi Trans 7, 20 Juni 2009). Yang ana tanyakan, bagaimana hal tersebut jika ditinjau dari hukum Islam?

Jawaban.

Sumpah pocong yang anda sampaikan, jika benar terjadi seperti itu, maka hukumnya haram karena mengandung banyak kemungkaran, bahkan merupakan kemusyrikan. Kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya adalah:

Dibungkus kain kafan dan dihadapkan ke arah kiblat. Cara sumpah seperti ini tidak dituntunkan oleh Islam. Mengafani dan menghadapkan ke kiblat adalah ditujukan kepada mayit.
Sebelum disumpah pemuka agama membaca al-Qur’ân. Ini juga tidak dituntunkan. Membaca al-Qur’ân merupakan ibadah, namun tidak boleh mengkhususkan membacanya sebagai ritual sebelum dilakukan sumpah pocong, karena merupakan tambahan di dalam agama yang telah sempurna.
Setelah disumpah korban harus minum air dengan dicampur darah ayam hitam. Di sini terdapat dua kesalahan besar, pertama: minum darah ayam yang merupakan benda najis dan Allah Azza wa Jalla telah mengharamkannya, Dia Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ وَمَآأُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللهِ

Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. [al-Baqarah/2:173]

Kesalahan kedua: untuk mendapatkan darah ayam hitam tersebut tentu dengan menyembelih ayam hitam itu, sedangkan menyembelih binatang untuk pengagungan selain Allah Azza wa Jalla seperti ini merupakan kemusyrikan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿١٦٢﴾ لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadat (qurban) ku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”. [al-An`âm/6:162-163]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ اْلأَرْضِ

Allah melaknat orang yang melaknat (mencaci) bapaknya; Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah; Allah melaknat orang yang melindungi muhdits (pelaku kejahatan; pembuat perkara baru dalam agama); Allah melaknat orang yang merubah tanda (batas) tanah”. [HR Muslim, no: 1978; dari Ali bin Abi Thâlib]

Korban harus melangkahi bangkai ayam tersebut 7 kali. Seorang Muslim tidak boleh mengharuskan sesuatu yang tidak diharuskan oleh Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, karena hal ini termasuk perbuatan mendahului Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya yang dilarang di dalam agama. Allah Azza wa Jalla berfirman:
يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا لاَ تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاتَّقُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمُُ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [al-Hujurât/49:1]

Kemudian dia thawâf (mengelilingi) di pohon keramat dekat masjid. Perbuatan ini juga syirik. Thawâf terhadap sesuatu yang diagungkan merupakan ibadah, harus dengan tuntunan, sedangkan yang dituntunkan hanyalah berthawâf pada Ka’bah. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ثُمَّ لْيَقْضُوا تَفَثَهُمْ وَلْيُوفُوا نُذُورَهُمْ وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ الْعَتِيقِ

Kemudian, hendaklah mereka (orang-orang yang selesai menunaikan ibadah haji-red) menghilangkan kotoran yang ada pada badan mereka dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka dan hendaklah mereka melakukan melakukan thawâf sekeliling rumah yang tua itu (Baitullah). [al-Hajj/22:29]

Anggapan adanya pohon keramat adalah kepercayaan jahiliyah. Anggapan bahwa thawâf pada pohon bisa mendatangkan kebaikan atau keburukan merupakan kepercayaan yang syirik. Anggapan bahwa sebuah pohon bisa mendatangkan manfaat dan madharat tanpa idzin Allah merupakan keyakinan syirik, sebagaimana disebutkan di dalam hadits di bawah ini:
عَنْ أَبِيْ وَاقِدٍ اللَّيْثِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا خَرَجَ إِلَى حُنَيْنٍ مَرَّ بِشَجَرَةٍ لِلْمُشْرِكِيْنَ يُقَالُ لَهَا ذَاتُ أَنْوَاطٍ يُعَلِّقُوْنَ عَلَيْهَا أَسْلِحَتَهُمْ فَقَالُوْا يَا رَسُولَ اللَّهِ اجْعَلْ لَنَا ذَاتَ أَنْوَاطٍ كَمَا لَهُمْ ذَاتُ أَنْوَاطٍ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُبْحَانَ اللَّهِ هَذَا كَمَا قَالَ قَوْمُ مُوسَى اجْعَلْ لَنَا إِلَهًا كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَتَرْكَبُنَّ سُنَّةَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

Dari Abu Wâqid al-Laitsi, bahwa ketika Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar menuju Hunain, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, pohon itu dinamakan Dzâtu Anwâth. Mereka biasa menggatungkan  senjata-senjata mereka di atas pohon itu. Kemudian sebagian orang-orang Islam (yang baru masuk Islam-pen) mengatakan; “Wahai Rasulullâh, buatkanlah  Dzâtu Anwâth untuk kami, sebagaimana mereka memiliki Dzâtu Anwâth”. Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Subhânallâh, ini seperti yang telah dikatakan oleh kaum Mûsa: “Buatkanlah  sesembahan untuk kami, sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan. Demi (Allah) yang jiwaku ditangan-Nya, kamu benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu”. [HR Tirmidzi, no:2180]

Dengan penjelasan singkat ini, jelaslah bahwa sumpah pocong sebagaimana disebutkan di atas haram hukumnya dan termasuk perbuatan syirik. Oleh karena itu, pelakunya perlu diberitahu agar bertaubat dengan sebenar-benarnya kepada Allah Azza wa Jalla.

Imam assyafi'i vs hadits lemah


Bagaimana Sikap Imam Syafi’i rahimahullah terhadap HADITS LEMAH ??

وَجِمَاعُ هَذَا أَنَّهُ لَا يُقْبَلُ إِلَّا حَدِيثٌ ثَابِتٌ كَمَا لَا يُقْبَلُ مِنَ الشُّهُودِ إِلَّا مَنْ عُرِفَ عَدْلُهُ، فَإِذَا كَانَ الْحَدِيثُ مَجْهُولًا أَوْ مَرْغُوبًا عَمَّنْ حَمَلَهُ كَانَ كَمَا لَمْ يَأْتِ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ
“Kesimpulan dari semua ini, bahwa TIDAKLAH (sebuah hadits) DITERIMA kecuali HADITS YANG VALID, sebagaimana tidaklah para saksi diterima (pesaksiannya) kecuali orang yg dikenal adilnya. Sehingga apabila hadits itu tidak diketahui atau dibenci perowinya, maka SEAKAN HADITS ITU TIDAK ADA, karena ketidak-validannya.” (Kitab Ma’rifat Sunan Wal Atsa

Syubhat pertama penggagas maulid


Syubhat:
Menurut Wahabi, orang yang pertamakali merayakan Maulid adalah Syiah Fathimiyah di Mesir, sebagaimana diceritakan oleh al-Muqrizi yang wafat pada tahun 845 H.

*SIAPAKAH ORANG YANG PERTAMA KALI MERAYAKAN MAULID ?*

Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani rohimahullah berkata :

*إن أول المحتفلين بالمولد هو صاحب المولد وهو النبي صلى الله عليه وسلم كما جاء فى الحديث الصحيح الذي رواه مسلم لما سئل عن صيام يوم الإثنين ، قال صلى الله عليه وسلم :  «ذاك يوم ولدت فيه»*

*فهذا أصح وأصرح نص فى مشروعية الإحتفال بالمولد النبوي الشريف*

*ولا يلتفت لقول من قال : إن أول من إحتفل به الفاطميون لأن هذا إما جهل او تعام عن الحق*

_Sesungguhnya orang yang pertama kali merayakan Maulid adalah pemilik Maulid, yaitu Baginda Rasulillah ﷺ. Dijelaskan dalam Shahih Muslim ketika Beliau ditanya tentang alasan Beliau berpuasa pada hari Senin, Beliau menjawab : "Pada hari itu aku dilahirkan"._

_Pernyataan ini adalah nash yang paling shahih dan paling jelas (sebagai hujjah) didalam disyariatkannya merayakan maulid Nabi ﷺ._

_Jangan pedulikan pendapat siapapun yang mengatakan bahwa yang pertama kali merayakan Maulid adalah orang-orang dari Dinasti Fathimiyah, karena alasannya cuma satu di antara dua hal, bisa karena tidak tahu atau sengaja menutup mata dari kebenaran yang nyata._ [Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki, Al-I'lam Bi Fatawa Aimmatil Islam Haula Maulidihi Alaihi As-Shalatu Wassalam, hal. 11].

Jawab : betapa lucunya, sejak kapan sahabat,tabiin memahami kelahiran nabi hari senin sebagai perayaan maulid??? Itu dari kantong ente sendiri

Syubhat:
Menurut al-Imam Abu Syamah al-Maqdisi, wafat tahun 665 Hijriah, orang yang pertamakali merayakan Maulid adalah Syaikh Umar bin Muhammad al-Mulla, seorang ulama yang sholeh dan populer di Mousul Iraq. Kemudian hal tersebut diteladani oleh Raja Irbil di Iraq pada masa tersebut.

Jawab: itu kesimpulan dari kantong ente sendiri.beliau tidak pernah mengatakan syaikh umar yg pertama,tapi tiap tahun.
Syaikh Umar al-Mulla seorang syaikh yang shalih yang wafat pada tahun 570 H, dan shulthan Nuruddin Zanki seorang pentakluk pasukan salib. Kita simak penuturan syaikh Abu Syamah (guru imam Nawawi) tentang dua tokoh besar di atas :

قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.كان العلماء والفقهاء، والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره

“ al-‘Ammad mengatakan , “ Di Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla, disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya, dan semua apa yang ia miliki berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, sudah dimiliki dan dipinjam oleh orang lain, maka beliau sama sekali tidak pakaian dan sarungnya. Jika beliau memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya, dan beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid itulah yang menjamunya. Beliau seorang yang memiliki pengetahuan tentang hokum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya “.[Ar-Roudhatain fii Akhbar ad-Daulatain, Abu Syamah, pada fashal (bab) : Hawadits (peristiwa) tahun 566 H.]

Syubhat :
Informasi dari Abu Syamah lebih kuat daripada informasi dari al-Muqrizi karena beberapa hal:

Pertama, Abu Syamah hidup pada masa lebih awal dari pada al-Muqrizi. Dan mengikuti awal mula pelaksanaan maulid. Sedangkan al-Muqrizi hidup pada masa yang jauh setelah runtuhnya Dinasti Fathimiyah ratusan tahun berikutnya.
Jawab:  hidup lebih awal bukan berarti membantah pernyataan al maqrizi.

Syubhat:
Abu Syamah menyampaikan informasi berdasarkan pengalamannya sendiri. Sedangkan al-Muqrizi tidak menjelaskan sanadnya. Padahal telah berlalu lebih dua ratus tahun apa yang beliau ceritakan.

Jawab:  he..bukan hanya beliau yg meriwayatkan demikian,banyak pakar lain menyatakan seperti itu

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
"Bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al ‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi- mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H hingga 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah." [Al Bidayah Wan Nihayah 11/172]
tidak bisa menggugurkan argumen bahwa peringatan Maulid awal adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah dengan menyebutkan bukti peringatan Maulid di atas tahun 500-an Hijriyah. Karena hal itu berarti peringatan awal Maulid adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah kemudian di tahun-tahun berikutnya ada lagi peringatan Maulid lainnya di atas tahun 500 Hijriyah.
Berikut ini kesimpulan yang dipaparkan oleh Syaikh Bakhit al-Muthi’iy seorang mufti Mesir :
من ذلك تعلم أن مظفر الدين إنما أحدث المولد النبوي في مدينة إربل على الوجه الذي وصف فلا ينافي ما ذكرناه من أن أول من أحدثه بالقاهرة الخلفاء الفاطميون من قبل ذلك فإن دولة الفاطميين انقرضت بموت العاضد بالله أبي محمد عبد الله بن الحافظ بن المستنصر في يوم الإثنين عاشر المحرم سنة سبع وستين وخمسمائة هجرية. وما كانت الموالد تعرف في دولة الإسلام من قبل الفاطميين
Dari hal itulah anda mengetahui bahwa Mudzhaffarud Dien mengadakan (peringatan) Maulid Nabi di kota Irbil dalam bentuk seperti yang sudah disebutkan. Ini tidaklah meniadakan apa yang telah kami sebutkan sebelumnya bahwa yang pertama kali mengadakannya di Kairo (Mesir) adalah para Khalifah al-Fathimiyyun sebelum itu. Karena Daulah al-Fathimiyyun baru berakhir dengan kematian al-Adhid billaahi Abu Muhammad Abdullah bin al-Hafidz bin al-Mustanshir dari hari Senin tanggal 10 Muharram di tahun 567 Hijriyah. Sebelum dinasti Fathimiyyun, tidaklah dikenal peringatan Maulid-maulid pada negara Islam (Ahsanul Kalaam fiimaa yata’allaqu bissunnah wal bid’ah minal ahkaam karya Syaikh Muhammad Bakhit al-Muthi’iy hal 70)

Syubhat:  al-Muqrizi masih termasuk keluarga Dinasti Syiah Fathimiyah di Mesir dan senang membesar-besarkan mereka karena faktor keluarga. Beliau juga senang menshahihkan nasab Dinasti Fathimiyah  kepada Imam Ja'far al-Shadiq. Padahal menurut para ulama sejarawan terkemuka dan ahli nasab, nasab mereka tidak bersambung kepada Ahlul-Bait, melainkan kepada imigran Yahudi dari Maroko.

Jawab: janganlah karena kebencian kita tidak adil .Nama lengkap Al-Maqrizi adalah Taqiyuddin Abu Al-Abbas Ahmad bin Ali bin Abdul Qadir Al-Husaini. Ia lahir di desa Barjuwan, Kairo, pada tahun 766 H (1364-1365 M). Sejak kecil ia gemar melakukan rihlah ilmiah seperti fiqh, hadits, dan sejarah dari para ulama besar yang hidup pada massanya. Tokoh terkenal yang sangat mempengaruhi pemikirannya adalah Ibnu Khaldun (seorang ulama besar, penggagas ilmu sosial dan ekonomi).ibnu khaldun termasuk juga gurunya ibnu hajar.
Jadi tuduhan murahan sama sekali tidak pengaruh keilmuan beliau.

maulid natal ala islam


Dari sinilah asal mula maulid Nabi sebagaimana yang dikatakan oleh as-Sakhawi : “Apabila orang-orang salib/kristen menjadikan hari kelahiran Nabi mereka sebagai hari raya maka orang Islam pun lebih dari itu” (at-Tibr al-Masbuuk Fii Dzaiissuluuk oleh as-Sakhawi)

Orang tua nabi menurut ulama' syafi'iyyah


Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu

أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِى؟ قَالَ: “فِى النَّارِ.” فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ: إِنَّ أَبِى وَأَبَاكَ فِى النَّارِ

Ada seseorang yang bertanya, “Ya Rasulullah, dimana ayahku?”

Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Di neraka.”

Ketika orang ini pergi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memangilnya, dan bersabda,

إِنَّ أَبِى وَأَبَاكَ فِى النَّارِ

“Sesungguhnya ayahku dan ayahmu di neraka.” (HR. Muslim 521, Ahmad 12192, dan Abu Daud 4720)

Pernyataan Para Ulama Syafiiyah

Pertama, keterangan Imam an-Nawawi

Setelah beliau membawakan hadis di atas, an-Nawawi mengatakan dalam kitabnya Syarh Shahih Muslim,

بيان أن من مات على الكفر فهو في النار ، ولا تناله شفاعته ، ولا تنفعه قرابة المقربين

Penjelasan tentang bahwa orang yang mati di atas kekufuran maka dia di neraka, tidak bisa mendapat syafaat dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan hubungan kekerabatan tidak bermanfaat baginya. (Syarh Sahih Muslim, 3/79)

Beliau juga mengatakan,

فيه جواز زيارة المشركين في الحياة وقبورهم بعد الوفاة

Dalam hadis ini terdapat dalil bolehnya mengunjungi orang kafir ketika masih hidup, dan boleh berziarah ke makamnya ketika sudah meninggal. (Syarh Sahih Muslim, 7/45).

Kedua, keterangan al-Baihaqi

Dalam kitab Dalail Nubuwah, ketika beliau membahas hadis “ayah dan ibuku di neraka”,

Al-Baihaqi mengatakan,

وكيف لا يكون أبواه وجدُّه بهذه الصفة في الآخرة ، وكانوا يعبدون الوثن حتى ماتوا ، ولم يدينوا دين عيسى ابن مريم عليه السلام

Bagaimana ayah, ibu, serta kakek beliau tidak seperti ini keadaannya ketika di akhirat. Sementara mereka menyembah berhala sampai mati. Dan mereka tidak mengikuti agama nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam. (Dalail Nubuwah, 1/192).

Ketiga, al-Hafidz Ibnu Katsir

Dalam kitabnya Sirah Rasul, beliau mengatakan,

وإخباره صلى الله عليه وسلم عن أبويه وجده عبد المطلب بأنهم من أهل النار لا ينافي الحديث الوارد من طرق متعددة أن أهل الفترة والأطفال والمجانين والصم يمتحنون في العرصات يوم القيامة

Berita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kedua orang tuanya dan kakeknya Abdul Muthalib,  bahwa mereka termasuk ahli neraka, tidak bertentangan dengan hadis yang jalurnya banyak, bahwa ahlul fatrah, anak-anak, orang gila, orang budeg, akan diuji di padang mahsyar di hari kiamat. (as-Sirah an-Nabawiyah, 1/239).

BANTAHAN ATSAR IBNU UMAR YA MUHAMAD


Imam al bukhari rahimahullah berkata dalam adaabul mufrad:


حدثنا أبو نعيم،قال:حدثنا سفيان عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال:
خدرت رجل إبن عمر فقال له رجل:أذكر أحب الناس فقال:يا محمد.

Menceritakan pada kami abu nu'aim
berkata: menceritakan pada kami sufyaan
dari abu ishaaq dari abdurahman bin
sa'ad berkata:kaki ibnu umar pernah
mengalami kesemutan(kebas), berkata
Seseorang kepadanya: sebutkanlah nama
orang yang engkau cintai, dia berkata:
wahai muhamad.
(ADAABUL MUFRAD,no.964).

Keterangan rawi:

1.Abu nu'aim al fadhl bin dukain dan
sufyan bin sa'id ats tsaury tidak perlu
dipertanyakan lagi ketsiqahannya.

2.Abu ishaaq as sabi'iy,'amru bin abdullah
al kufiy adalah tsiqoh lagi mukatsir A'bid,
dari thobaqah ke3, ikhtilath diakhir
umurnya.(TAQRIBUT TAHDZIB,no:5100).

akan tetapi ia seorang mudalis dan
sering melakukan tadlis Al hafidh
ibnu hajar rahimahullah berkata:

عمرو بن عبدالله السبيعي الكوفي،مشهور بالتدليس،وهو تابعي ثقة وصفه النسائيو غيره بذلك

Amru bin abdullah as sabi'iy al kuufy
masyhur dengan tadlisnya dia adalah
seorang tabi'in tsiqoh dan disifati oleh
an nasaaiy dan yang lainnya seperti itu.
(THOBAQOT,AL MUDALISIN:ibnu hajar,hal.42)

Al hafidh memasukkannya dalam mudalis
tingkat ketiga seperti: ibnu juraij,qotadah
makhul dan yang lainnya.dan mudalis
martabat ketiga ini tidak diterima
Riwayat darinya kecuali dengan
menjelaskan penyimakan yang jelas
seperti: sami'tu atau hadatsani/na
dan lainnya.

3.Abdurrahman bin sa'ad al qurasyi
Al adawiy al kuufy Dari thobaqah
ke3,ibnu hibban memasukkannya dalam
ats tsiqot. berkata an nasaa'iy:
tsiqoh.(TAHDZIBUT TAHDZIB:6/186).

Atsar ini DHOIF dikarenakan 'An'anahnya
abu ishaq as sabi'iy.ia seorang mudalis
yang sering melakukan tadlis dengan
menggugurkan perawi dhoif antara dia
Dan gurunya. maka hukum periwayatan
mudalis seperti ini tertolak menurut
pendapat yang paling kuat dari pendapat
jumhur muhaditsin sebelum ia
menjelaskan penyimakan dari gurunya.
Adapun sufyan ats tsauri riwayatnya
dari abu ishaq maqbul karena beliau
mendengarnya sebelum hafalan abu
ishaq berubah.


Ada orang yang mengatakan bahwa
abdurrahman bin sa'ad Merupakan
guru dari abu ishaaq,sehingga
dipastikan bahwa an'anahnya tidak
mengapa dan dihukum shahih karena
Al hafidh berkata :

عبدالرحمن بن سعد القرشي الكوفي روى عن مولاه عبدالله بن عمر،
وعنه أبو اسحاق السبيعي ومنصور بن المعتمر وابن شيبة عبدالرحمن ابو اسحاق الكوفي وحماد بن سليمان.

Abdurrahman bin sa'ad al qurosyi al kuufy
meriwayatkan Dari mawlanya abdullah bin
umar, meriwayatkan darinya abu ishaq
As sabi'iy, manshur bin al mu'tamar, abu
syaibah, Abdurrahman abu ishaq al kuufy,
dan hamaad bin sulaimaan.
(TAHDZIBUT TAHDZIB:6/186)

Ini adalah adalah suatu qa'idah yang
aneh lagi asing,Yang dibangun oleh
luapan hawa nafsu, apalagi untuk Seorang
mudalis seperti abu ishaq as,sabi'iy
Yang masyhur dengan tadlisnya.

Mari kita perhatikan periwayatan abu
ishaq as sabi'iy dari al bara' bin 'Aazib.
Al hafidh berkata:

عمرو بن عبدالله بن عبيد، ابو اسحاق السبيعي...
روى عن ..والبراء بن عازب وجابر بن سمرة...

Amru bin abdullah bin ubaid abu ishaq
as sabi'iy meriwayatkan dari Al baraa'
bin Aazib, jaabir bin samurah
(TAHDZIBUT TAHDZIB:8/63).

Apakah perkataan al hafid di atas dan
yang lainnya, yang Semisal telah
membuktikan serta menunjukkan bahwa
abu ishaq tidak melakukan tadlis dalam
periwayatannya dari Al Baraa'?tentu saja
ini bukanlah indikasi bahwa abu ishaq
tidak melakukan tadlis didalamnya,karena
perkataan al hafidh diatas serta yang
lainnya,sama sekali bukan bukti dan
petunjuk bahwa abu ishaq tidak
melakukan Tadlis, bahkan tidak dapat
menghilangkan tadlisnya sama sekali.

BERIKUT INI BUKTI TADLISNYA ABU
ISAHAAQ:

حدثنا ابو بكر بن أبي شيبة، حدثنا أبو خالد الأحمر
وعبدالله ابن نمير، عن الأجلح عن أبي اسحاق السبيعي
عن البراء بن عازب، قال: قال رسول الله.......

Mencritakan pada kami abu bakar bin abi
syaibah, mencritakan pada kami abu
khalid Al ahmar dan abdullah ibnu
numair dari al ajlah dari abu ishaq
dari Al bara' bin Aazib berkata:
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
tidaklah dua orang bertemu kemudian
keduanya berjabat tangan melainkan
akan diampuni keduanya sebelum
berpisah. (HR.IBNU MAJAH:4/654.no.3703,
tirmidzi:no.2727,abu daud:no.5212).

Dalam hadist ini abu ishaaq telah
melakukan Tadlis dengan membuang
seorang perawi matruk yaitu: abu daud.
Ibnu Abid dunya telah meriwayatkan hadis yang sama:

حدثنا أحمد بن محمد بن أيوب، حدثنا أبو بكر
بن عياش عن أبي اسحاق عن أبي داود قال:
دخلت على البراء بن عازب فأخذت بيدهبيده فقال:...

Menceritakan pada kami ahmad bin
muhamad bin ayub menceritakan
pada kami abu bakar bin iyaasy
dari abu ishaaq DARI:ABU DAWUD
berkata: aku masuk menemui Al baraa'
bin Adzib kemudian mengambil tangannya dia berkata:(dst.seperti hadist diatas).
(RIWAYAT IBNU ABIDDUNYA:2/78).

ABU DAWUD :dia adalah nafi' bin Al harist
Al 'amaa Seorang perawi matruk.(lihat: tahdzibul kamalkamal:30/9).

Oleh karena itu, penukilan Al hafidh, serta
Al mizziy Dan yang lainnya,bahwa abu
ishaq meriwayatkan dari abdurrahman bin sa'ad, tidak menghilangkan tadlis abu ishaq,hingga ia menjelaskan sima' dari
gurunya Atau ada jalur lain yang dapat
mengangkat tadlisnya.

Adapun perkataan ya'qub bin sufyan al
fasawi yang menyamakan tadlisnya
sufyan ats tsauri dengan tadlisnya
abu ishaq as sabi'i dan al'amasy patut
dipertanyakan lagi karena imam sufyan
rahimahullah Tidak mentadlis kecuali dari
perawi yang tsiqoh.berbeda dengan abu
ishaq dan Al'masy, mereka berdua
melakukan tadlis dari para perawi dhoif
serta majhul. hal ini sudah ma'lum di
ketahui oleh para ulama, apalagi
dikatakan berposisi sebagai hujah jika
tidak diketahui tadlisnya tanpa ada
perincian sama sekali. maka perkataan
al Fasawi tidak bisa dijadikan
pegangan dalam hujah.


ATSAR IBNU UMAR ini juga diriwayatkan
Ibnu suniy dalam amalu yauma walailah.

1.Atsar pertama.

حدثنا محمد بن إبرهيم الأنماطي وعمرو بن الجنيد بن عيسى
قالا :ثنا محمود بن خداش،ثنا أبو بكر بن عياش،ثنا  أبو اسحاق السبيعي عن أبي سعيد قال :
كنت أمشى مع ابن عمر رضي الله عنهما فخدرت رجله فجلسى فقال له رجل : أذكر أحب الناسى إليك فقال :يا محمداه فقام فمشى.(IBNU SUNNY:  no.168)

riwayat ibnu sunny ini Lemah karena
MUBHAMnya abu sa'id ini. sebagian
kitab ada yang tercetak dengan abu
syu'bah dan muhamad bin khidasy ini
dengan mahmud bin khidasy,2 kitab
yang ada pada saya tertulis mahmud
bin khidasy dengan tahqiq yang ber
beda,saya belum menemukan kitab
yang tertulis muhamad bin khidasy.
akan tetapi atsar ini tetaplah DHOIF.


2.Atsar kedua.


حدثنا جعفر بن عيسى أبو أحمد،ثنا أحمد بن عبدالله بن روح،ثنا سلام بن سليمان، ثنا غياث بن إبرهيم عن عبدالله بن عثمان بن خشيم عن مجاهد عن ابن عابس رضي الله عنهما قال: خدرت رجل رجل عند ابن عباس فقال ابن عابس: أذكرأحب الناس إليك :فقال :يامحمد صل الله عليه وسلم
(RIWAYAT IBNU SUNNY:no.169)

Dari jalur ibnu abbas ini adalah MAUDHU'.
ghiyats bin ibrahim an nakho'iy: al hafidh berkata:

Berkata al ajriy :aku bertanya pada abu
dawud, dia berkata: kadzab.
ditempat lain dia berkata: tidak kuat
tidak ma'mun.abbas dari ibnu ma'in: tidak kuat.
ditempat lain ibnu main berkata:kadzab.
(LISANUL MIZAN,ibnu hajar: 6/311)

berkata imam ahmad: ditinggalkan
orang hadistnya.
bukhari berkata: matruk al hadist.
(Al MIZAN:adz dzahaby: 3/no.6307)

Ibnu syaahin berkata:pendusta,tidak
tsiqoh dan tidak ma'mun.(ASMAA' ADH DHU'AFA:no.501)

Al uqoiliy berkata dalam ad dhu'afanya:
dari abi syaibah berkata: aku mendengar
yahya bin ma'in berkata: dia dhoif.
dari abbas berkata: aku mendengar ibnu
ma'in berkata:
ghiyats bin ibrahim pendusta.
hadistnya tidak tsiqoh dan tidak ma'mun.
(ADH DHUAFA: 3/441.no.1488)

3.Atsar ketiga.


حدثنا محمد بن خالد بن محمد البردعي،ثنا حاجب بن سليمان،
ثنا محمد بن مصعب،ثنا إسرائيل،عن أبي إسحاق عن الهيثم بن
خنش، قال: كنا عند عبدالله بن عمر، رضس الله عنهما فخدرت
رجله، فقتل له رجل :أذكر أحب الناس إليك ،يامحمد صلال
الله عليه وسلم،قال :فقتم فكأنما نشط من عقال
( RIWAYAT IBNU SUNNY: no.170)


Riwayat ini DHOIF karena :MUHAMAD
bin MUSH'AB bin shadaqah Alqorqasani
yang didhoifkan Sebagian besar
Ahli hadist.

Ada yang mengatakan bahwa muhamad
bin mush'ab ini sedikit yang menJARH
beliau, dan itupun Jarhnya Ringan.
perkataan orang ini hanya omong
kosong belaka hanya untuk
mengelabui umat.

Berikut saya bawakan penilaian para
muhaditsin tentangnya:

Al hafidh ibnu hajar berkata:SHADUQ
sering keliru.(TAQRIB:no.6342)

Imam adz dzahabi dalam almizan:
Berkata abu haatim:TIDAK KUAT.
Berkata an nasaaiy :DHOIF.
Berkata Al khatib banyak keliru
hadist dari hafalannya.
Berkata ibnu adiy riwayatnya tidak mengapa.
(MIZAN AL I'TIDAL:4/no.7704.)

Al hafidh al mizzy berkata dalam kitabnya:

imam ahmad berkata:
tidak mengapa dengannya.
yahya bin ma'in berkata:
tidak ada apa-apanya.
Abdurrahman bin yusuf al khirasy berkata:
Munkarul hadist.
Dari abdurrahman bin abi hatim,aku
bertanya pada Abu zur'ah tentang mus'ab,
dia berkata: shoduq didalam hadist,
akan tetapi mencritakan hadist
yang munkar.
ditempat lain ia berkata: hadistnya dhoif,
tidak kuat.
(TAHDZIBUL KAMAL :26/460,no.5612)

Ibnu syaahin dan Al uqoili memasuk
kannya dalam Kitab dhu'fa mereka. Ibnu
syahin berkata: tidak kuat.
(asma'adh dhu'afa.no568,dan Adh dhu'afa al kabiir:no.1704)

Ibnul jauziy memasukkannya dalam
adh dhu'afa wal matrukin;
Yahya bin ma'in berkata: hadisnya
tidak ada apa-apanya.
Ibnu hibban berkata: hafalannya jelek.
(Adh-dhu'afa wal matrukin:no.3202)

Imam ad daruquthni berkata:
Tidak hafidz.(AL ILAL:3/234)
imam adz dzahabiy berkata:DHOIF.

Adapun perkataan imam ahmad dan ibnu adiy tidak mengapa dengannya.
maka, ini bukanlah TAUTSIQ terhadap
ibnu mush'ab, sebagaimana
yang dipahami Oleh para ulama.
kecuali perkataan ibnu ma'in.

Ada orang yang membawakan Perkataan abu zur'ah bahwa muhamad bin mush'ab
lebih ia cintai dari pada aliy bin Ashim.
Tentu saja abu zur'ah benar dalam hal ini.

Mari kita lihat bersama jarh terhadap
aliy bin ashim ini.

Ibnu hajar rahimahullah berkata:

Shoduq sering keliru, merubah
hadist, seorang syi'ah.
DI DHOIFKAN oleh: al bukhari,
abu zur'ah, ibnu ma'in, an nasa'iy, Al uqoili ibnu Adiy dan ibnu hibban.
(TAHRIRUT TAQRIB: no.4758)

Ibnu syahin memasukkannya dalam asma dhu'afa:
Ibnu al madiniy berkata;banyak kelirunya
(ASMA DHU'AFA:no.382)

dan masih banyak lagi muhaditsin yang
mengatakan Perkataan semisal terhadap
Ashim Jadi wajar saja jika abu zur'ah
lebih memilih ibnu mush'ab ketimbang
Aliy bin ashim.

Tentang al haitsam bin khunasy,
tampaknya al khatib keliru dalam hal ini,
beliau mengatakan bahwa tidak meriwayatkan dari al hitsam kecuali abu ishaq.(al kifayah:88)
begitu juga al hafidh mengutip perkataan
Al khathib dalam lisanul mizan:8/355,


Ad daruquthni mengatakan dalam
Al mu'talaf, diikuti oleh abdul ghaniy
dalam al mu'talafnya. Dan yang lainnya.
beliau berkata: meriwayatkan
Dari al haitsam bin khinasy
salamah bin kuhail.

Akan tetapi, apakah dengan adanya dua
orang Perawi tsiqoh yang meriwayatkan
dari Al haitsam telah terangkat jahalah
Al haitsam ini?sehingga otomatis adanya
Pent'dilannya,tentu saja tidak . Ia hanya
mengangkat majhul ainnya menjadi
majhul hal,tidak untuk 'adalahnya.
kecuali jika ada tautsiq dari imam yang
Mu'tabar ahli naqd,maka ia diterima.
ini adalah madzhab jumhur muhadsin
seperti : at tirmidzi,ad daruqutniy,al bazar
al khatib dan lainnya.wallahu a'lam.

Untuk abu ishaq tentunya berbeda, beliau
memang perawi tsiqoh, akan tetapi
seorang mudalis masyhur.
Imam ibnu rajab rahimahullah berkata:

وقال:&nbsp:يعقوب بن شيبة: قلت ليحيى بن معين
متى يكون الرجل معروفا؟ إذا روى عنه كم؟
قال: إذا روى عن الرجل مثل إبن سيرين
و الشعبي، وهؤلا أهل العلم فهو غير مجهول
قلت: فإذا روى عن الرجل مثل سماك بن
حرب و أبي إسحاق&nbsp? هؤلا يروون عن
مجهولين.

Telah berkata ya'qub bin syaibah: aku
bertanya pada yahya bin ma'in: kapan
seseorang menjadi dikenal? berapa orang
rawi yang meriwayatkan darinya? Dia
berkata: apabila yang meriwayatkan
semisal ibnu sirin dan asy sya'biy mereka
semua adalaha ahli ilmi, maka orang
tersebut tidak majhul. aku bertanya:
jika yang meriwayatkan dari seseorang
tersebut semisal simaak bin harb dan abu ishaaq(as sabi'iy)? mereka itu meriwayatkan dari orang-orang majhul.
(SYARH AL ILAL;TIRMIDZI: 1/377-378)

penjelasan ibnu mai'in sangat jelas bahwa
perawi semisal abu ishaq tidak
dapat mengangkat jahalahnya alhaitsam
bin khinasy ini menjadi tsiqoh.
yang jelas dan pasti atsar ini DHOIF.

4.Atsar keempat:


أخبرني أحمد بن الحسين الصوفي،حدثنا علي بن الجعد،ثنا زهير
عن أبي إسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال: كنت عند ابن عمر
فخدرت رجله فقلت: ياأب عبدالرحمن ما الرجاك؟ قال: إجتمع عصبها
من ههنا، قلت أدع مم أحب الناس إليك فقال: يامحمد فنبطت.


Menceritakan pada kami zuhair dari abu
ishaq dari abdurrahman bin sa'ad. dst...dan ia bisa menggerakkan kakinya.
(RIWAYAT IBNU SUNNY:no.172)


5.Atsar kelima:


حدثنا أحمد بن يونس، حدثنا زهير عن أبي اسحاق عن عبدالرحمن بن
سعد، جئت ابن عمر فخدرت رجله، فقلت: ما لرجلك ؟ قال: إجتمع
عصبها، قلت: أحب الناس إليك، قال: يا محمد فبسطها.

Menceritakan pada kami ahmad bin
yunus Menceritakan pada kami
zuhair dari abu ishaq Dari abdurahman bin sa'ad....dst.
(GHARIBIL HADIST AL HARBIY: no.674)


6.Atsar keenam:


عن زهير ابن معاوية عن أبي اسحاق عن عبد الرحمن بن سعد قال:
كنت عبدالله بن عمر فخدرت رجله، فقلت له، ياأبا عبد الرحمن،
مارجلك ؟ قال: إجتمع عصبها من هاهنا، قلت: أدع أحب الناس
إليك، قال: يا محمد فنبسطت.


Dari zuhair bin mu'awiyah dari abu
ishaq dari abdurrahman bin sa'ad
berkata :.....dst.

(RIWAYAT ALIY BIN JA'AD: no.2633)

7.Atsar ketujuh :


أخبرنا أبو عبد الله محمد بن طلحة بن علي الرزي، وأبو إسماعيل
بن أحمد، قال: أنا أبو محمد الصربفيني، أنا أبو القاسم بن حبابة
، نا أبو القاسم البغوي، نا علي بن الجعد، أنا زهير عن أابو اسحتق عن عبد الرحمن بن سعد قال: كنت عند عبد الله بن عمر فخدرت رجله، فقلت له: يا أبا عبد الرحمن ما رجلك ؟ قال: إجتمععصبها من هاهنا، قال: قلت: أدع أحب الناس إليك فقال; يا محمد فنبسطت.

Mengabarkan pada kami abu abdullah
muhamad bin Tholhah bin ali ar radziy
dan abu ismail bin ahmad Berkata:
mencritakan pada kami abu muhamad
ash sharfiyniy, mencritakan pada kami
abu al qaasim bin hababah,mencritakan
pada kami abu al qaasim al baghaawiy
mencritakan pada kami ali bin al ja'ad
mencritakan pada kami zuhair dari abu
ishaaq dari abdurahman bin sa'ad....dst.
(TARIKH DIMSYIQ: 31/177)


8.Atsar kedelapan :


أخبرنا به أبو الحسن بن البخاري و زينب بنت مكي، قالا: أخبرنا أبو حفص بنطبرزن قال: أخبرنا الحفيظ أبو البركات الأنماطئي قال: أخبرنا أبو محمد الصريفيني قال: أخبرنا ابو القاسم بن حبابة قال: أخبرنا عبد الله بن محمد
البغوي قال: حدثنا علي بن الحعد قال: زهير عن ي إسحاق عن عبدالرحمن بن سعد قال: ...dst. يا محمد فنبسطت.

Mengabarkan pada kami abu al hasan bin
al bukhari dan zainab binti makiy
betkata mengabarkan pada kami abu hafs
bin thabrazan berkata: mengabarkan pada
kami al hafidh abu al barkat al anmaatho'i
Berkata: mengabarkan pada kami abu
muhamad ash sharifaini berkata:
mengabarkan pada kami abu al qaasim
bin hubabah berkata: mengabarkan pada
kami abdullah bin muhamad al baghawi
berkata: mencritakan pada kami ali bin
al ja'ad berkata: zuhair dari abu ishaaq
dari abdurahman bin sa'ad berkata:.....dst.

(TAHDZIBUL KAMAL: 17/142 no.3832)


9.Atsar kesembilan :


أخبرنا الفضل بن دكين قال: حدثنا سفيان و زهير بن معاوية عن أبي اسحاق
عن عبد الرحمن بن سعد قال: كنت عند ابن عمر فخدرت رحله فقلت:
ياابا عبدالرحمن ما رجلك قال: إجتمع عصبها من هاهن.(هذا في حديث
زهير وحده).قال: قلت أدع أحب الناس اليك قال: يا محمد فبسطها.

Mengabarkan pada kami al fadhl bin
dukain berkata: Mencritakan pada kami
sufyan dan zuhair bin mu'awiyah dari
abu ishaq dari abdurahman bin sa'ad
......dst...


Periwayatan dari zuhair bin mu'wiyah
dari abu ishaq ini LEMAH karena 'an'anah
abu ishaq yang seorang mudalis masyhur
tidak diterima riwayatnya sebelum ia

menjelaskan lafadz tashrih dari gurunya
seperti yang sudah diterangkan diatas.

CATATAN :

قال أبو عيسى : وزهير في أبو إسحاق ليس بذاك لأن سمعه منه بآخره.

Berkata abu 'isa(tirmidzi): dan zuhair
dalam periwayatan abu ishaq laisa
bidzaka, bahwasanya zuhair mendengar
darinya(abu ishaq) di akhir umurnya.
(AL ILAL TIRMIDZI no.29, jami'ut tirmidzi 4/27)


قال أبو داوود: سمعت أحمد يقول: زهير سمع بآخره من أبي إسحاق

Abu daud berkata: aku mendengar ahmad
mengatakan zuhair mendengar riwayat
dari abu ishaq diakhir umurnya.
(SUILAT ABU DAWUD: hal.309-310, TARIKH AL BUKHARI:7/242)


إن زهيرا سمع من أبي إسحاق بآخره واسرائل سمعه أبي اسحاق قديم...

Sesungguhnya zuhair mendengar dari
abu ishaaq diakhir(umurnya), dan israil
mendengar lebih dahulu dari abu ishaaq.
(AL ILAL IBNU ABI HATIM: 2/103)


10.Atsar kesepuluh :


حدثنا عفان، حدثنا شعبة عن أبي إسحاق عمن سمع ابن
عمر قال: خدرت رجله فقيل: أذكر أحب الناس
إليك قال: يا محمد.


Menceritakan pada kami 'affan
,menceritakan pada kami syu'bah,
dari abu ishaaq dari orang yang
mendengar dari ibnu
umar berkata:..dst..Ya muhamad.
(gharibil hadist: Al harbiy:no.673)


Satu satunya riwayat yang selamat dari
tadlisnya abu ishaq adalah riwayat syubah
 karena syu'bah tidak meriwayatkan riwayt
tadlis dari Abu ishaaq, sehingga hilanglah tadlisnya. akan Tetapi riwayat Ini
DHOIF karena MUBHAMnya orang
yang mendengar dari ibnu umar.

Apakah riwayat sufyan diatas menjadi
shahih Karena adanya riwayat syu'bah ini?
sehingga Perawi mubham ini sudah
dipastikan dia Adalah adalah abdurahman
bin sa'ad?

Jawabannya tentu saja tidak! sama sekali.
Riwayat sufyan diatas lemah karena
'an'anahnya abu ishaq.bahkan saling

berselisihnya periwayatan dari sufyan
ats tsauri dari abu ishaaq.dalam
Al ilal dikatakan bahwa dia adalah
abdurahman maula umar bin khathab.



Imam ad daruquthniy meriwayatkan
dalam Al ilal:

حدثن أحمد بن عيسى بن السكينالسكين قال: حدثنا
إسحاق بن زريق قال: حدثنا إبراهيم بن خالد
قال: حدثنا رباح بن زيد قال: حدثنا حدثنا أبو
عبدالرحمن الخراساني يعني إبن المبارك عن الثوري عن
أبي إسحاق عبدالرحمن مولى ابن الخطاب قال:
خدرت رجل إبن عمرعمر، فقال له إنسانإنسان: أذكر
أحب الناس فقال: يا محمد.

Mencritakan pada kami ahmad bin 'isaa
bin As sukain berkata: mencritakan pada
kami ishaq bin zariq berkata: mencritakan
pada kami Ibrahim bin khalid berkata:
mencritakan pada kami rabaah bin
zaid berkata: menceritakan pada Kami
abu abdurahman al khurasaniy yakni
ibnu al mubaarak dari atsauriy(sufyan)
dari dari abu ishaq dari abdurahman
MAULA IBNU AL KHATHAB berkata: kaki
ibnu umar kesemutan seseorang berkata
kepadanya sebutlah orang yang engkau
cintai, dia berkata: ya muhamad.
(AL ILAL:13/hal.242)


Dari uraian diatas tidaklah dapat
dipastikan siapa sebenarnya perawi
Mubham dalam riwayat tsb apakah
abdurahman bin sa'ad al qurasyi
ataukah abdurahman maula umar bin
khatab bahkan mungkin bukan keduanya.
jadi bagaimana bisa disimpulkan
bahwa perawi mubham tersebut adalah abdurahman bin sa'ad al qurasyi. ini
adalah kesimpulan yang lemah dan terlalu dini serta memaksakan diri.

Hasil akhir pembahasan ini adalah ATSAR
IBNU UMAR INI DHOIF DAN indikasi
adanya IDHTIRAB didalam sanadnya.