Kamis, 21 Januari 2016

SYUBHAT PENCETUS MAULID





SYUBHAT : Para pengingkar maulid Nabi yakni wahabi-salafi di bulan mulia ini yakni Rabiul Awwal, mereka seperti cacing kepanasan yang ditaburi garam. Mereka teriak susah karenanya banyaknya kaum muslimin yang melakukan perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
JAWAB : bukannya kalian yg terlalu phobia kalau kebid’ahan kalian terbongkar.saking mudahnya dideteksi bahwa maulid bukan sunnah
SYUBHAT :  Saya jadi teringat ucapan Ibn Mukhlid dalam tafsirnya berikut ini :

أن إبليس رن أربع رنات: رنة حين لعن، ورنة حين أهبط الى الأرض، ورنة حين ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم، ورنة حين أنزلت فاتحة الكتاب
Sesungguhnya Iblis berteriak sambil menangis pada empat kejadian : pertama ketika ia dilaknat oleh Allah, Kedua ketika ia diusir ke bumi, ketiga ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan dan keempat ketika surat al-Fatehah diturunkan “.[1]



Dan wahabi-salafi, tanpa sadar mereka telah mengikuti sunnah Iblis dengan teriak susah ketika tiba hari kelahiran Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam ini.
JAWAB : he..iblis teriak ketika pembawa sunnah datang bukan penjaja alias sales bid’ah .hanya iblis yg sulit taubat bahkan tertutup. sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat di bawah :
حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْفَرْغَانِيُّ، قَالَ: نا هَارُونُ بْنُ مُوسَى الْفَرْوِيُّ، قَالَ: نا أَبُو ضَمْرَةَ أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ بِدْعَةٍ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillah Al-Farghaaniy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Haaruun bin Muusaa Al-Farwiy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Dlamrah Anas bin ‘Iyaadl, dari Humaid Ath-Thawiil, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Allah menghalangi taubat semua pelaku bid’ah” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 4202].
نا أَسَدٌ، نا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: " صَاحِبُ الْبِدْعَةِ لا يَزْدَادُ اجْتِهَادًا، صِيَامًا وَصَلاةً، إِلا ازْدَادَ مِنَ اللَّهِ بُعْدًا "
Telah mengkhabarkan kepada kami Asad : Telah mengkhabarkan kepada kami Mahdiy bin Maimuun, dari Al-Hasan (Al-Bashriy) : “Tidaklah bertambah kesungguhan pelaku bid’ah (ahlul-bid’ah) dalam perkara puasa dan shalat, kecuali akan bertambah jauh dari Allah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida’ no. 70; shahih].
نا أَسَدٌ، نا رُدَيْحُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ يَحْيَى، بْن أَبِي عَمْرٍو الشَّيْبَانِيِّ قَالَ: كَانَ يُقَالُ: " يَأْبَى اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ تَوْبَةً، وَمَا انْتَقَلَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ إِلا إِلَى شَرٍّ مِنْهَا "
Telah mengkhabarkan kepada kami Asad : Telah mengkhabarkan kepada kami Rudaih bin ‘Athiyyah, dari Yahyaa bin Abi ‘Amru Asy-Syaibaaniy, ia berkata : “Dulu dikatakan bahwa Allah menolak taubat bagi pelaku bid’ah. Tidaklah pelaku bid’ah berpindah (dari bid’ahnya) kecuali menuju sesuatu yang lebih jelek dari bid’ahnya yang semula” [Diriwayatkan oleh Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida’ no. 145; shahih].
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ النَّضْرِ الأَزْدِيُّ، ثنا عَبْدُ الصَّمَدِ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ: سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ، يَقُولُ: " مَنْ أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ أَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلُهُ، وَأَخْرَجَ نُورَ الإِسْلامِ مِنْ قَلْبِهِ "
Telah menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Ahmad : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin An-Nadlr Al-Azdiy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdush-Shamad bin Yaziid, ia berkata : Aku mendengar Al-Fudlail (bin ‘Iyaadl) berkata : “Barangsiapa mencintai pelaku bid’ah (ahlul-bid’ah), niscaya Allah akan menghapuskan amalnya dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya” [Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyaa’, 8/102; shahih].
SYUBHAT : Kali ini kami akan menulis bantahan ilmiyyah atas dusta wahabi-salafi yang menuduh bahwa Maulid pertama kali diadakan oleh Syi’ah Fathimiyyun. Kami juga akan membongkar kecurangan mereka dengan menggunting ucapan syaikh al-Maqrizi terhadap teks yang menampilkan keagungan perayaan Maulid Nabi yang diselerenggarakan para raja yang adil dan para ulama besar dari kalangan empat madzhab. Tidak sedikit artikel wahabi yang mengcopy paste dusta tersebut termasuk syaikh al-Fauzan dalam fatwanya. Berikut salah satu artikel dusta wahabi di : http://artikelassunnah.blogspot.com/2012/01/ternyata-maulid-nabi-berasal-dari-syiah.html
 JAWAB : hehe..menuduh dusta padahal datanya valid tak terbantahkan.sedang data ente 500 H kesonooo..

SYUBHAT : Pernyataan di atas tidak benar sama sekali. Dan jauh dari fakta kebenarannya…

Pertama : Memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi sudah ada sejak masa Nabi shallahhu ‘alaihi wa sallam sendiri. Yakni dari segi mengagungkan hari di mana Nabi dilahirkan dengan melakukan suatu ibadah yaitu berpuasa.

Ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab :

ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت اوانزل علي فيه
Hari itu hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku “ (HR. Muslim)

Ini merupakan dalil nyata bolehnya memperingati hari kelahiran (maulid) beliau yang saat itu dirayakan oleh Nabi dengan salah satu macam ibadah yaitu berpuasa. Dan ini merupakan fakta bahwa beliaulah pertama kali yang mengangungkan hari kelahirannya sendiri dengan berpuasa.  Maka mengagungkan hari di mana beliau dilahirkan merupakan sebuah sunnah yang telah Nabi contohkan sendiri. Ini asal dan esensi dari acara maulid Nabi.
JAWAB : he..pertanyaannya: kenapa puasa SUNNAH hari senin..bukanya kenapa engkau mengagungkan hari senin lahirmu??? Alasan yang lebih kuat dalam disunnahkannya puasa Senin adalah karena pada hari Senin dan Kamis amal seseorang diangkat (ditunjukkan) kepada Allah, dan Nabi suka jika saat amalan beliau diangkat menuju Allah, beliau dalam keadaan berpuasa.
تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ
Ditunjukkan amalan-amalan pada hari Senin dan Kamis, dan aku suka amalanku ditunjukkan dalam keadaaan aku berpuasa (H.R atTirmidzi)
Alasan itu pulalah yang menyebabkan Nabi senang memperbanyak puasa di bulan Sya’ban:
أُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Usamah bin Zaid –semoga Allah meridhainya- berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat anda berpuasa pada bulan-bulan lain seperti puasa anda di bulan Sya’ban. Nabi menyatakan: Itu adalah bulan saat manusia lalai. Bulan yang berada di antara Rajab dengan Ramadhan. Pada bulan itu amalan-amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Maka aku suka saat amalanku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa (H.R anNasaai)
Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam hadits itu ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau mensyariatkan disunnahkannya puasa hari Senin, itu berlangsung tiap pekan. Berbeda dengan pelaksanaan Maulid Nabi yang dilaksanakan tiap tahun.
SYUBHAT : Kedua : Merayakan, mengagungkan dan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi dengan berbagai cara dan program sudah sejak lama diikuti oleh para ulama dan raja-raja yang shalih. Kita kupas sejarahnya di sini :
1. Ibnu Jubair seorang Rohalah[2]  (lahir pada tahun 540 H) mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Rihal :

يفتح هذا المكان المبارك أي منزل النبي صلى الله عليه وسلم ويدخله جميع الرجال للتبرّك به في كل يوم اثنين من شهر ربيع الأول ففي هذا اليوم وذاك الشهر ولد النبي صلى الله عليه وسلم
“ Tempat yang penuh berkah ini dibuka yakni rumah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, dan semua laki-laki memasukinya untuk mengambil berkah dengannya di setiap hari senin dari bulan Rabi’ul Awwal. Di hari dan bulan inilah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan “[3]

Dari sini sudah jelas bahwa saat itu perayaan maulid Nabi merupakan sudah menjadi tradisi kaum muslimin di Makkah sebelum kedatangan Ibnu Jubair di Makkah dan Madinah dengan acara yang berbeda yaitu membuka rumah Nabi untuk umum agar mendapat berkah dengannya. Ibnu Jubair masuk ke kota Makkah tanggal 16 Syawwal tahun 579 Hijriyyah.  Menetap di sana selama delapan bulan dan meninggalkan kota Makkah hari Kamis tanggal 22 bulan Dzul Hijjah tahun 579 H, dengan menuju ke kota Madinah al-Munawwarah dan menetap selama 5 hari saja.

2. Syaikh Umar al-Mulla seorang syaikh yang shalih yang wafat pada tahun 570 H, dan shulthan Nuruddin Zanki seorang pentakluk pasukan salib. Kita simak penuturan syaikh Abu Syamah (guru imam Nawawi) tentang dua tokoh besar di atas :

قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.كان العلماء والفقهاء، والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره
al-‘Ammad mengatakan , “ Di Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla, disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya, dan semua apa yang ia miliki berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, sudah dimiliki dan dipinjam oleh orang lain, maka beliau sama sekali tidak pakaian dan sarungnya. Jika beliau memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya, dan beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid itulah yang menjamunya. Beliau seorang yang memiliki pengetahuan tentang hokum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah dengan sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya “.[4]

Ini juga disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Tarikh pada bab Hawadits 566 H. al-Hafidz adz-Dzahabi mengatakan tentang syaikh Umar ash-Shalih ini : “

وقد كتب الشيخ الزاهد عمر الملاّ الموصلي كتاباً إلى ابن الصابوني هذا يطلب منه الدعاء
“ Dan sungguh telah menulis syaikh yang zuhud yaitu Umar al-Mulla al-Mushili sebuah tulisan kepada Ibnu ash-Shabuni, “ Ini orang meminta ddoa darinya “.[5]

Adz-Dzahabi dalam kitab lainnya juga mengatakan :

وكان ذلك تحت إمرة الملك العادل السُّنِّيِّ نور الدين محمود زنْكِي الذي أجمع المؤرخون على ديانته وحسن سيرته، وهو الذي أباد الفاطميين بمصر واستأصلهم وقهر الدولة الرافضية بها وأظهر السنة وبني المدارس بحلب وحمص ودمشق وبعلبك وبنى المساجد والجوامع ودار الحديث
Beliau (syaikh Umar) di bawah kekuasaan raja yang adil yang sunni yaitu Nuruddin Mahmud Zanki, yang para sejarawan telah ijma’ (konsesus/sepakat) atas kebaikan agama dan kehidupannya. Beliaulah yang telah memusnahkan dinasti Fathimiyyun di Mesir sampai ke akar-akarnya, menghancurkan kekuasaan Rafidhah. Menampakkan (menzahirkan) sunnah, membangun madrasah-madrasah di Halb, Hamsh, Damasqus dan Ba’labak, juga membangun masjid-masjid Jami’ dan pesantren hadits “[6]

Al-Hafidz Ibnu Katsir menceritakan sosok raja Nuruddin Zanki sebagai berikut :

أنّه كان يقوم في أحكامه بالمَعدلَةِ الحسنة وإتّباع الشرع المطهّر وأنّه أظهر ببلاده السنّة وأمات البدعة وأنّه كان كثير المطالعة للكتب الدينية متّبعًا للآثار النبوية صحيح الاعتقاد قمع المناكير وأهلها ورفع العلم والشرع

Beliau adalah seorang raja yang menegakkan hokum-hukumnya dengan keadilan yang baik dan mengikuti syare’at yang suci. Beliau menampakkan sunnah dan mematikan bid’ah di negerinya. Beliau seorang yang banyak belajar kitab-kitab agama, pengikut sunnah-sunnah Nabi, akidahnya sahih, pemusnah kemungkaran dan pelakuknya, pengangkat ilmu dan syare’at “.[7]

Ibnu Atsir juga mengatakan :

طالعت سِيَرَ الملوك المتقدمين فلم أر فيها بعد الخلفاء الراشدين وعمر بن عبد العزيز أحسن من سيرته, قال: وكان يعظم الشريعة ويقف عند أحكامها
Aku telah mengkaji sejarah-sejarah kehidupan para raja terdahulu, maka aku tidak melihat setelah khalifah rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz yang lebih baik dari sejarah kehidupannya (Nurruddin Zanki). Beliau pengangung syare’at dan tegak di dalam hokum-hukumnya “.[8]
 JAWAB : he..asal bantah..kebingungan kalee..Mestinya, kalau ingin membantah argumen tersebut, penulis bisa menempuh beberapa cara:
Pertama, menyebutkan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan pemaparan fakta itu. Misalkan dengan menyatakan: Tidak benar Dinasti Fathimiyyun memerintah di tahun itu. Semestinya di tahun itu yang memerintah adalah raja ini dan ini.
Kedua, jika tidak dengan cara pertama, harusnya penulis menunjukkan bukti adanya pihak yang memperingati Maulid Nabi sebelum tahun 362 Hijriyah.
Jika dua hal ini tercapai, maka gugurlah argumen yang menyatakan bahwa pihak pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah Dinasti Fathimiyyun di tahun sekitar 362 Hijriyah.
Tapi ternyata penulis artikel itu salah sasaran. Ia justru mengemukakan bukti-bukti peringatan Maulid yang semuanya di atas tahun 500 Hijriyah kesonoo !
SYUBHAT : Pertanyaan buat para pengingkar Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Jika seandainya Maulid Nabi itu bid’ah dholalah yang sesat dan pelakunya disebut mubtadi’ (pelaku bid’ah) dan terancam masuk neraka, apakah anda akan mengatakan bahwa syaikh Umar al-Mulla dan raja yang adil Nuruddin Zanki adalah orang-orang pelaku bid’ah dan terancam masuk neraka ?? padahal para ulama sejarawan sepakat (ijma’) bahwa syaikh Umar adalah orang shalih dan zuhud, raja Nuruddin adalah raja yang adil, berakidah sahih, pecinta sunnah bahkan menampakkanya dan juga pemusnah bid’ah di negerinnya, sebagaimana telah saya buktikan faktanya di atas…
Bagaimana mungkin para ulama sejarawan di atas, mengatakan penzahir (penampak) sunnah Nabi dan pemusnah bid’ah jika ternyata pengamal Maulid Nabi yang kalian anggap bid’ah sesat ?? ini bukti bahwa Maulid Nabi bukanlah bid’ah. Renungkanlah hal ini wahai para pengingkar Maulid Nabi…
 JAWAB : hehehe..ini lebih lucu..apakah mereka maksum???kayak syiah aja imamnya gak mungkin salah..hadeuh..
SYUBHAT : 3. Kemudian berlanjut perayaan tersebut yang dilakukan oleh seorang raja shaleh yaitu raja al-Mudzaffar penguasa Irbil, seorang raja orang yang pertama kali merayakan peringatan maulid Nabi dengan program yang teratur dan tertib dan meriah. Beliau seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah wal jama’ah.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan :

ابن زين الدين علي بن تبكتكين أحد الاجواد والسادات الكبراء والملوك الامجاد له آثار حسنة…. وكان يعمل المولد الشريف في ربيع الاول ويحتفل به احتفالا هائلا وكان مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم مثواه وقد صنف الشيخ أبو الخطاب ابن دحية له مجلدا في المولد النبوي سماه التنوير في مولد البشير النذير فأجازه على ذلك بألف دينار وقد طالت مدته في الملك في زمان الدولة الصلاحية وقد كان محاصر عكا وإلى هذه السنة محمود السيرة والسريرة قال السبط حكى بعض من حضر سماط المظفر في بعض الموالد كان يمد في ذلك السماط خمسة آلاف راس مشوى وعشرة آلاف دجاجة ومائة ألف زبدية وثلاثين ألف صحن حلوى

Beliau adalah putra Zainuddin Ali bin Tabkitkabin salah seorang tokoh besar dan pemimpin yang agung. Beliau memiliki sejarah hidup yang baik. Beliau yang memakmurkan masjid al-Mudzhaffari….dan beliau konon mengadakan acara Maulid Nabi yang mulia di bulan Rabiul Awwal, dan merayakannya dengan perayaan yang meriah, dan beliau adalah seorang raja yang cerdas, pemberani, perkasa, berakal, alim dan adil –semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat kembalinya- syaikh Abul Khaththab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab berjilid-jilid tentang Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dinamakannya “ At-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir “, lalu diberikan balasan atas usaha itu oleh raja sebesar seribu dinar. Masa kerajaannya begitu panjang di zaman Daulah shalahiyyah. Beliau pernah mengepung negeri ‘Ukaa. Di tahun ini beliau baik kehidupannya lahir dan bathin. As-Sibth mengatakan, “ Seorang yang menghadiri kegiatan raja al-Mudzaffar pada beberapa acara maulidnya mengatakan, “ Beliau pada perayaan maulidnya itu menyediakan 5000 kepala kambing yang dipanggang, 10.000 ayam panggang, 100.000 mangkok besar (yang berisi buah-buahan), dam 30.000 piring berisi manisan “.[9]
Adz-Dzahabi juga mengatakan tentang sifat-sifat beliau :
وَكَانَ مُتَوَاضِعاً، خَيِّراً، سُنِّيّاً، يُحبّ الفُقَهَاء وَالمُحَدِّثِيْنَ، وَرُبَّمَا أَعْطَى الشُّعَرَاء، وَمَا نُقِلَ أَنَّهُ انْهَزَم فِي حرب
“ Beliau adalah orang yang rendah hati, sangat baik, seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah, pecinta para ahli fiqih dan hadits, terkadang suka memberi hadiah kepada para penyair, dan tidak dinukilkan bahwa beliau kalah dalam pertempuran[10]
 JAWAB : mana kata-kata bahwa beliau yg paling awwal???atau ente pengen bilang dia gak mungkin salah lagiii???


Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
"Bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al ‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi- mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H hingga 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah." [Al Bidayah Wan Nihayah 11/172]
tidak bisa menggugurkan argumen bahwa peringatan Maulid awal adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah dengan menyebutkan bukti peringatan Maulid di atas tahun 500-an Hijriyah. Karena hal itu berarti peringatan awal Maulid adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah kemudian di tahun-tahun berikutnya ada lagi peringatan Maulid lainnya di atas tahun 500 Hijriyah.
Berikut ini kesimpulan yang dipaparkan oleh Syaikh Bakhit al-Muthi’iy seorang mufti Mesir :
من ذلك تعلم أن مظفر الدين إنما أحدث المولد النبوي في مدينة إربل على الوجه الذي وصف فلا ينافي ما ذكرناه من أن أول من أحدثه بالقاهرة الخلفاء الفاطميون من قبل ذلك فإن دولة الفاطميين انقرضت بموت العاضد بالله أبي محمد عبد الله بن الحافظ بن المستنصر في يوم الإثنين عاشر المحرم سنة سبع وستين وخمسمائة هجرية. وما كانت الموالد تعرف في دولة الإسلام من قبل الفاطميين
Dari hal itulah anda mengetahui bahwa Mudzhaffarud Dien mengadakan (peringatan) Maulid Nabi di kota Irbil dalam bentuk seperti yang sudah disebutkan. Ini tidaklah meniadakan apa yang telah kami sebutkan sebelumnya bahwa yang pertama kali mengadakannya di Kairo (Mesir) adalah para Khalifah al-Fathimiyyun sebelum itu. Karena Daulah al-Fathimiyyun baru berakhir dengan kematian al-Adhid billaahi Abu Muhammad Abdullah bin al-Hafidz bin al-Mustanshir dari hari Senin tanggal 10 Muharram di tahun 567 Hijriyah. Sebelum dinasti Fathimiyyun, tidaklah dikenal peringatan Maulid-maulid pada negara Islam (Ahsanul Kalaam fiimaa yata’allaqu bissunnah wal bid’ah minal ahkaam karya Syaikh Muhammad Bakhit al-Muthi’iy hal 70)
SYUBHAT : Pertanyaan buat para pengingkar Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Adakah para ulama sejarawan di atas menyebutkan raja Mudzaffar adalah seorang pelaku bid’ah dholalah karena melakukan perayaan Maulid Nabi ?? justru mereka menyebutkan bahwa beliau adalah seorang raja adil, rendah hati, pemberani dan berakidahkan Ahlus sunnah. Renungkanlah hal ini wahai wahabi…
 JAWAB : apakah itu jaminan bebas bid’ah???
SYUBHAT : Ketiga : Seandainya Fathimiiyun juga membuat perayaan Maulid Nabi sebagaimana para pendahulu kami, maka hal ini bukanlah suatu keburukan karena kami hanya menolak kebathilan para pelaku bid’ah dholalah, bukan menolak kebenaran mereka yang sesuai dengan Ahlus sunnah.
 JAWAB : emang satu spesies he..syiah minus imamah
SYUBHAT : Keempat : Wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan mengunting teks (nash) dari al-Maqrizi. Mereka tidak menampilkan redaksi atau teks berikutnya yang dinyatakan oleh al-Maqrizi dalam kitabnya tersebut. Lebih lanjutnya beliau menceritkan bahwasanya para khalifah muslimin, mengadakan perayaan maulid yang dihadiri oleh para qadhi dari kalangan empat madzhab dan para ulama yang masyhur, berikut redaksinya yang disembunyikan dan tidak berani ditampilkan wahabi :


فلما كانت أيام الظاهر برقوق عمل المولد النبويّ بهذا الحوض في أوّل ليلة جمعة من شهر ربيع الأول في كلّ عام فإذا كان وقت ذلك ضربت خيمة عظيمة بهذا الحوض وجلس السلطان وعن يمينه شيخ الإسلام سراج الدين عمر بن رسلان بن نصر البلقيني ويليه الشيخ المعتقد إبراهيم برهان الدين بن محمد بن بهادر بن أحمد بن رفاعة المغربيّ ويليه ولد شيخ الإسلام ومن دونه وعن يسار السلطان الشيخ أبو عبد الله محمد بن سلامة التوزريّ المغربيّ ويليه قضاة القضاة الأربعة وشيوخ العلم ويجلس الأمراء على بعد من السلطان فإذا فرغ القراء من قراءة القرآن الكريم قام المنشدون واحدًا بعد واحد وهم يزيدون على عشرين منشدًا فيدفع لكل واحد منهم صرّة فيها أربعمائة درهم فضة ومن كلّ أمير من أمراء الدولة شقة حرير فإذا انقضت صلاة المغرب مدّت أسمطة الأطعمة الفائقة فأكلت وحمل ما فيها ثم مدّت أسمطة الحلوى السكرية من الجواراشات والعقائد ونحوها فتُؤكل وتخطفها الفقهاء ثم يكون تكميل إنشاد المنشدين ووعظهم إلى نحو ثلث الليل فإذا فرغ المنشدون قام القضاة وانصرفوا وأقيم السماع بقية الليل واستمرّ ذلك مدّة أيامه ثم أيام ابنه الملك الناصر فرج

Maka ketika sudah pada hari-hari yang tampak dengan ruquq, diadakanlah perayaan Maulid Nabi di telaga ini pada setiap malam Jum’at bulan Rabiul Awwal di setiap tahunnya. Kemduian Shulthan duduk, dan di sebelah kanannya duduklah syaikh Islam Sirajuddin Umar bin Ruslan bin Nashr al-Balqini, di dekat beliau ada syaikh al-Mu’taqad Ibrahim Burhanuddin bin Muhammad bin Bahadir bin Ahmad bin Rifa’ah al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada putra syaikh Islam dan orang-orang selainnya, dan di sebelah kirinya ada syaikh Abu Abdillah bin Muhammad bin Sallamah at-Tuzari al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada para qadhi dari kalangan empat madzhab, dan para syaikh ilmu, juga para penguasa yang duduk sedikit jauh dari shulthan. Jika telah selesai membaca al-Quran, maka beridrilah para nasyid satu persatu membawakan sebuah nasyidah, mereka lebih dari 20 orang nasyid, masing-masing diberikan sekantong uang yang di dalamnya berisi 4000 ribu dirham perak. Dan bagi setiap amir daulah diberikan kaen sutra. Dan jika telah selesai sholat maghrib, maka dihidangkanlah hidangan makanan yang mewah yang dimakan oleh semuanya dan dibawa pulang. Kemduian dibeberkan juga hidangan manisan yang juga dimakan semuanya dan para ulama ahli fiqih. Kemduian disempurnakan dengan nasyid pada munsyid dan nasehat mereka sampai sepertiga malam. Dan jika para munsyid selasai, maka berdirilah para qadhi dan mereka kembali pulang. Dan diperdengarkan sebuah senandung pujian di sisa malam tersebut. Hal ini terus berlangsung di masanya dan masa-masa anaknya yaitu an-Nahsir Faraj “.[11]

Kisah yang sama ini juga diceritakan oleh seorang ulama pakar sejarah yaitu syaikh Jamaluddin Abul Mahasin bin Yusufi bin Taghribardi dalam kitab Tarikhnya “ an-Nujum az-Zahirah fii Muluk Mesir wal Qahirah “ pada juz 12 halaman 72.

Hal yang serupa juga disebutkan oleh al-Hafidz Ibnu Hajar secara ringkas dalam kitabnya Anba al-Ghumar sebagai berikut :

وعمل المولد السلطاني المولد النبوي الشريف على العادة في اليوم الخامس عشر، فحضره البلقيني والتفهني وهما معزولان، وجلس القضاة المسفزون على اليمين وجلسنا على اليسار والمشايخ دونهم، واتفق أن السلطان كان صائما، فلما مد السماط جلس على العادة مع الناس إلى إن فرغوا، فلما دخل وقت المغرب صلوا ثم أحضرت سفرة لطيفة، فاكل هو ومن كان صائما من القضاة وغيرهم
Dan perayaan maulid shulthan yaitu Maulid Nabi yang Mulia seprti biasanya (tradisi) pada hari kelima belas, dihadiri oleh syaikh al-Balqini dan at-Tifhani, keduanya mantan qadhi. Para qadhi lainnya duduk di sebalah kanan beliau, dan kami serta para masyaikh duduk di sebelah kiri. Disepakati bahwa shulthan saat itu dalam keadaan puasa, maka ketika dibentangkanlah seprei makanan, beliau duduk seperti biasanya bersama prang-orang sampai selesai. Maka ketika masuk waktu maghrib, mereka sholat kemudian dihidangkanlah  hidangan makanan yang lembut, maka beliau makan bersama orang-orang yang berpuasa dari para qadhi dan lainnya “[12]

Dengan ini jelas lah sudah bahwa wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan tidak menampilkan redaksi (teks) selanjutnya yang membicarakan perhatian para raja dan ulama besar terhadap perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam saat itu. Ini merupakan tadlis, talbis dan penipuan besar di hadapan public…naudzu billah min dzaalik.
 JAWAB : Sesungguhnya itu hanyalah tuduhan dusta yang tidak berdasar. Berikut penjelasannya:
Pertama, nukilan ucapan al-Maqrizy adalah untuk membuktikan bahwa beliau menyetujui pernyataan bahwa Dinasti Fathimiyyun adalah yang membuat-buat beberapa acara Maulid. Maka nukilan itu sekedar untuk menunjukkan hal itu. Hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan tujuan tersebut, tidak perlu dikutip.
Kedua, sangat jauhnya jarak halaman antara kutipan yang dinukil dengan potongan kalimat yang dituduhkan. Selain itu, pembahasannya sudah berbeda jauh. Ucapan al-Maqriziy yang dinukil dalam sebagian situs Ahlussunnah adalah ada di halaman 118. Sedangkan yang dituduhkan telah digunting pernyataannya ada di halaman 416. Penomoran halaman ini berdasarkan yang terdapat dalam Maktabah Syamilah. Kalimat yang dinukil menceritakan tentang yang terjadi di Mesir, sedangkan kalimat yang dituduhkan adalah membahas tentang yang terjadi di Turki. Sungguh jauh hal tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa anggapan pengguntingan ucapan al-Maqriziy itu hanyalah tuduhan dusta yang dibuat-buat.
SYUBHAT : Kesimpulannya :

1. Perayaan Maulid Nabi, esensinya telah dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yaitu saat beliau mengangungkan dan memperingati hari kelahiran beliau dengan melakukan satu ibadah sunnah yaitu puasa. Maka pada hakekatnya perayaan Maulid Nabi adalah sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
 JAWAB : hee..selanjutnya terserah anda gituuu..haha..agama bebas haluan
SYUBHAT : 2. Perayaan Maulid Nabi yang dilanjutkan dengan para raja yang adil dan para ulama yang terkenal adalah dalam rangka menghidupkan sunnah Nabi yaitu memperingati hari kelahiran Nabi, namun dengan metode dan cara yang berbeda yang berlandaskan syare’at seperti membaca al-Quran, bersholawat dan bersedekah. Metode ini sama sekali tidak bertentangan dengan syare’at Nabi.
 JAWAB : hehe..bid’ah itu sendiri bertentangan syariat..metode itu nabi yang atur bukan yg laen
SYUBHAT : 3. Tuduhan wahabi bahwa yang melakukan Maulid pertama kali adalah dari Syi’ah Fathimiyyun adalah dusta belaka dan bertentangan dengan fakta kebenarannya.
 JAWAB : mana yg dusta lhawong itu fakta valid tak terbantahkan..hehe
SYUBHAT : 4. Wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan menggunting dan tidak menampilkan teks al-Maqrizi yang menceritakan perhatian para raja adil dan ulama terkenal dari kalangan empat madzhab terhadap Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
JAWAB :  apakah harus dikutip seluruh isi kitab ..hehee