Jumat, 20 Mei 2016

Puasa nishfu sya'ban bukan ajaran nabi


Terdapat satu hadis khusus yang menganjurkan untuk berpuasa ketika nisfu syaban, hanya saja pakar hadis menilai hadis ini sebagai hadis lemah. Hadis itu menyatakan,

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا، فَإِنَّ اللَّهَ يَنْزِلُ فِيهَا لِغُرُوبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا، فَيَقُولُ: أَلَا مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِي فَأَغْفِرَ لَهُ أَلَا مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلَا مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلَا كَذَا أَلَا كَذَا، حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

“Jika masuk malam pertengahan bulan Sya’ban maka shalat-lah di malam harinya dan berpuasalah di siang harinya. Karena Allah turun ke langit dunia ketika matahari terbenam. Dia berfirman: Mana orang yang meminta ampunan, pasti Aku ampuni, siapa yang minta rizki, pasti Aku beri rizki, siapa…. sampai terbit fajar.”

Status Hadis:

Hadis ini diriwayatkan Ibn Majah dalam Sunannya no 1388. Dari jalur Ibnu Abi Sabrah dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far.

Para pakar hadis mempermasalahkan Ibnu Abi Sabrah.

Kata al-Haitami:

أبو بكر ابن أبي سبرة وهو متروك

Abu Bakr Ibnu Abi Sabrah, perawi yang ditinggalkan. (Majma’ Zawaid, 1/213).

Fuad Abdul Baqi menukil keterangan Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in tentang Ibnu Abi Sabrah,

قال فيه أحمد بن حنبل وابن معين يضع الحديث

Imam Ahmad dan Ibnu Ma’in menilai Ibnu Abi Sabrah: Dia telah memalsu hadis. (Ta’liq ‘ala Sunan Ibnu Majah, 1/444).

Dari keterangan di atas, para ulama menilai hadis di atas sebagai hadis palsu atau lemah sekali, sehingga tidak bisa dijadikan dalil.

Oleh karena itu, tidak ada puasa khusus untuk pertengahan sya’ban.

Tidak ada komentar: