Jumat, 06 Mei 2016

Menjalankan sunnah nabi adalah tameng bencana

Menghidupkan sunah Rasulullah r dan Senantiasa Beristigfar
Menjadikan sunah Rasulullah sebagai praktik hidup yang mendarahdaging di tengah masyarakat kita adalah salah satu tameng paling ampuh untuk menolak adzab dan bencana. Allah berfirman,
وَما كانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَما كانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan tidaklah Allah akan mengadzab mereka (orang-orang kafir di Mekah) sementara engkau (Wahai Muhammad) masih berada di tengah-tengah mereka, dan tidaklah Allah akan mengadzab mereka selama mereka senantiasa ber-istigfar.” (QS. Al-Anfal: 33)
Dalam ayat sebelumnya (QS. al-Anfal: 32), Allah mengabarkan perihal kafir Mekah yang menantang turunnya adzab dari langit, jika memang risalah yang dibawa Muhammad r adalah benar. Namun Allah tidak mengadzab mereka, karena keberadaan Nabi dan kaum mukminin yang masih tinggal di tengah-tengah mereka.
Kemudian Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari ayat tersebut dengan ucapannya yang indah:
إذَا كَانَ وُجُودُ بَدَنِهِ وَذَاتِهِ فِيهِمْ دَفَعَ عَنْهُمْ الْعَذَابَ وَهُمْ أَعْدَاؤُهُ، فَكَيْفَ وُجُودُ سِرِّهِ وَالْإِيمَانِ بِهِ وَمَحَبَّتِهِ وَوُجُودُ مَا جَاءَ بِهِ إذَا كَانَ فِي قَوْمٍ أَوْ كَانَ فِي شَخْصٍ؟، أَفَلَيْسَ دَفْعُهُ الْعَذَابَ عَنْهُمْ بِطَرِيقِ الْأَوْلَى وَالْأَحْرَى؟
“Jika keberadaan Rasulullah r secara fisik di tengah-tengah mereka (kafir Mekah) mampu mencegah turunnya adzab atas mereka, padahal mereka adalah musuh-musuh beliau r, maka bagaimana kiranya jika keberadaan beliau pada diri seseorang atau pada suatu kaum, terwujud dalam bentuk cinta dan iman kepada beliau, serta dalam bentuk tegaknya apa yang beliau bawa (berupa sunah)? Bukankah yang demikian ini lebih utama dan lebih pantas untuk terhindar dari adzab?” (I’lamul Muwaqqi’in, 1:173, tahqiq: Muhammad Abdissalam Ibrahim)

Tidak ada komentar: