Seorang muslim yang berada diatas Al-haq tentunya sebagaimana ia bersedih ketika mendengar kabar wafatnya para Ulama Ahlus Sunnah dan para Da’i di jalan Allah, maka hendaknya ia senang ketika mendengar kabar meninggalnya Ahlul bid’ah, terlebih jika yang meninggal itu adalah para tokoh dan pendekar-pendekarnya Ahlul Bid’ah. Karena dengan meninggalnya, terhentilah pena-pena dan pemikiran-pemikiran mereka yang selalu menipu manusia.
Lihatlah sikap Para Salaf, mereka tidak hanya mewanti-wanti untuk menjauh dari ajaran Ahlul Bid’ah ketika mereka masih hidup, bahkan setelah meninggalpun mereka jelaskan keadaan orang-orang Ahlul Bid’ah, dan disaat tokoh Ahlul Bid’ah meninggal mereka saling mengabarkan dan bergembira dengan kematiannya.
Dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengatakan untuk mereka-mereka ini:
والعبدُ الفاجرُ يَستريحُ منه العبادُ والبلادُ، والشجرُ والدَّوابُّ
” Adapun (kematian pent) seorang yang fajir, akan merasa bebas darinya para hamba, Negara, pepohonan dan binatang-binatang ” (HR. Bukhari no 6512 dan Muslim No 950 )
Ketika tersebar kabar dipasar tentang meninggalnya Almuraysi (Ad-Dhal) dan Bisyr Ibnu Al-Harits merka mengatakan: ” kalau bukan karena ia adalah orang yang sudah terkenal, maka ini adalah saatnya untuk bersyukur dan sujud, segala puji bagi Allah yang telah menhabisi hidupnya ” (lihat kitab Tarikh Bagdad, 7/66 dan Lisanul Mizan 2/308).
Dikatakan kepada Imam Ahmad Rahimahullah: Apakah seseorang senang dengan apa yang menimpa para pengikut Ibnu Abi Duaad mendapatkan dosa? beliau menjawab: Siapa yang tidak senang dengan ini?! (lihat kitab As-Sunnah li Al-Khallal, 5/121).
Salamah Bin Syubaeb mengatakan: ketika saya bersama Abdur Razzaq ( yaitu As-Shan’any) datanglah kabar kematian Abdul Majied, lalu beliau (Abdur Razzaq) mengatakan: Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan ummat Muhammad Shallallahu alaihi wasallam dari Abdul Majied (lihat kitab Siyar A’lam An-Nubalaa’ 9/435). Abdul Majied dia adalah Ibnu Abdil Aziz Bin Abi Rawwad, dan dia adalah seorang tokoh Murji’ah.
Ketika datang kabar kematian Wahab Al-Qurasy – dia adalah seorang yang sesat dan menyesatkan – kepada Abdurrahman Ibnu Mahdi, beliau berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah membebaskan kaum muslimin darinya”. (lihat kitab Lisanul Mizan Karya Ibnu Hajar, 8/402).
Kemudia Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah Wan-Nihayah 12/338) beliau mengabarkan tentang kematian salah seorang tokoh ahlul bid’ah beliau mengatakan: “Allah telah membebaskan kaum muslimin darinya pada tahun ini di bulan Dzulhijjah dia dikuburkan di tempatnya, kemudian dipindahkan ke pekuburan Quraisy. Segala puji bagi Allah, ketika dia meninggal orang-orang Ahlus Sunnah sangat senang, tidaklah kalian menjumpai mereka terkecuali mereka memuji Allah.
Inilah sikap para Ulama Salaf ketika mendengar kematian tokoh-tokoh Ahlul Bid’ah, akan tetapi terkadang ada sebagian orang berhujjah dengan apa yang di nukilkan oleh Ibnu Qoyyim Al-Jauziyah dalam kitab (Madarij As-Salikin, 2/345) tentang sikap gurunya (Ibnu Taimiyah) ketika dikabarkan oleh muridnya dengan kematian musuhnya.
Beliau (Ibnu Qoyyim) menceritakan: “Suatu hari aku datang mengabarkan kepadanya tentang kematian musuh besar, dan orang yang paling menyakiti beliau. Lalu beliau membentak dan mengingkariku dan beristirja’ (mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi raji’uun, -pent) lalu beliau dengan cepat berdiri dan pergi kerumah keluaga yang ditinggal menta’ziahi mereka dan mengatakan kepada mereka: sayalah yang menggantikan tempatnya bagi kalian………)”.
Siapa saja yang memperhatikan ini, maka sungguh tidak ada yang bertentangan dalam dua perkara ini, yang ini termasuk kelapangan dada Ibnu Taimiyah, maka beliau tidak serta merta untuk membela dirinya, karenanya ketika muridnya datang mengabarkan kematian orang yang paling memusuhi dan menyakitinya, justru beliau melarang dan mengingkari muridnya. Kenapa? Karena muridnya menampakkan senangnya di hadapan gurunya dengan kematian seseorang sebab alasan pribadi, yaitu sebagai musuh, dan bukan senang karena kematian seseorang sebagai salah seorang tokoh dari Ahlul bid’ah.
Kita memohon kepada Allah Azza wajalla agar menjadikan kita senang dengan kematian orang-orang yang menyeru kepada bid’ah yang menyesatkan. Kita memohon juga semoga Allah senantiasa menampakkan kepada kita kebenaran dan diberikan hidayah untuk mengikutinya, kita memohon Kepada Allah agar menampakkan kepada kita kebathilan dan diberikan taufiq untuk menjauhinya, kita memohon semoga Allah Azza wajalla menetapkan kita diatas agama-Nya diatas kitab-Nya dan sunnah Nabi-Nya Shallallahu alaihi wasallam, sampai kita menjumpai-Nya.
Diterjemahkan dengan sedikit perubahan dari karya tulis yang berjudul:
“الموقف الشرعي الصحيح من وفاة أهل البدع والضلال” (البوطي، مثالاً)
Ditulis oleh: Alwi Bin Abdil Qadir As-Saqqof yang dicantumkan di www.dorar.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar