Selasa, 17 Mei 2016

Sanad akidah NU ala said agil itu palsu

Sejak tahun 1996, sepulangnya dari Universitas Ummul Qura, dan menyandang gelar “doktor” dari para syaikh dan ulama Wahabi di universitas tersebut, Dr KH Said Aqil Siroj, dalam berbagai ceramahnya seringkali menyampaikan sanad keilmuan dan sanad akidah madzhab al-Asy’ari mulai dari Hadlratus Syaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, pendiri NU, hingga kepada Rasulullah SAW. Ia menyampaikannya dari hapalan luar kepala dan tanpa memegang teks, sehingga masyarakat awam, akan beranggapan bahwa Dr KH Said Agil memiliki sanad yang bersambung dalam bidang akidah. Masyarakat awam, juga akan menganggapnya seorang yang sangat hebat, bisa menghapal nama-nama ulama layaknya ahli hadits Sehingga, sejak beberapa tahun yang lalu, sanad yang sering diceramahkan Dr KH Said Agil Siroj itu banyak disebarkan melalui media online oleh warga nahdliyyin yang tidak tahu apa-apa. [Lihat http://nanangqosim-institut.blogspot.co.id/2016/02/sanad-silsilah-nu-nahdlatul-ulama.html?m=1 http://almuhajirin-tjitramas.blogspot.com/2016/02/sanad-keilmuan-kalangan-nu.html?m=1 http://farid.zainalfuadi.net/sanad-dan-silsilah-nu-nahdlatul-ulama/]
Akan tetapi, tidak banyak yang mengetahui, bahwa silsilah sanad yang dibawanya  mengandung kepalsuan. Banyak yang tidak sambung antara ulama satu dengan yang lainnya.
Mengingat bahwa sanad yang sering diceramahkan oleh Dr KH Said Agil Siroj adalah palsu dan bohong, serta telah banyak disebarkan oleh warga nahdliyyin melalui media online, kami merasa perlu untuk memberikan koreksi atas kepalsuan dan kebohongan sanad tersebut, sebagai nasehat kepada Dr KH Said Agil Siroj agar berhenti membohongi warga nahdliyyin dengan sanad palsu tersebut. Dan agar warga nahdliyyin tidak tertipu dengan kebohongan Dr KH Said Agil Siroj.
Berikut beberapa daftar kepalsuan dan kebohongan sanad Dr KH Said Agil Siroj dalam sanad yang sering diceramahkan kepada warga nahdliyyin.
1. Imam al-Dusuqi, diklaim menjadi murid Imam al-Bajuri, padahal Imam al-Dusuqi wafat tahun 1230 H, sedangkan al-Bajuri wafat tahun 1276. Artinya sangat tidak masuk akal, Imam al-Dusuqi menerima sanad akidah dari al-Bajuri yang usianya jauh lebih muda dari dirinya.
2. Imam al-Bajuri diklaim menjadi murid Imam al-Sanusi. Padahal al-Bajuri lahir pada tahun 1198 H, sedangkan al-Sanusi wafat pada tahun 859 H. Sangat tidak masuk akal, al-Bajuri menerima sanad dari ulama yang wafat 303 tahun sebelum kelahirannya.
3. Al-Sanusi diklaim berguru kepada ‘Adhududdin al-Iji. Padahal al-Sanusi lahir pada tahun 830 H, sedangkan al-Iji wafat pada tahun 756 H. Tidak mungkin al-Sanusi berguru kepada seorang ulama yang wafat 74 tahun sebelum kelahirannya. Lagi pula negeri tempat mereka berdua hidup juga sangat berbeda.
4. Al-Iji diklaim berguru kepada Imam Fakhruddin al-Razi. Padahal al-Iji lahir pada tahun 680 H, sedangkan Imam al-Razi wafat pada tahun 504, 505 atau 506 H. Selisih 100 tahun lebih.
5. Al-Razi diklaim berguru kepada al-Syahrastani. Padahal al-Razi lahir pada tahun 543, sedangkan al-Syahrastani wafat pada tahun 548 H. Jelas masa yang singkat tersebut tidak memungkinkan bagi Imam al-Razi untuk menerima ilmu akidah dari al-Syahrastani.
6. Al-Syahrastani diklaim murid Imam al-Ghazali. Yang benar, al-Syahrastani adalah murid Imam Abu Nashr al-Qusyairi. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab-kitab sejarah.
7. Imam al-Haramain diklaim sebagai murid Imam al-Baqillani. Padahal Imam al-Haramain baru lahir pada tahun 419 H, sedangkan Imam al-Baqillani wafat pada tahun 402 H.
8. Imam al-Baqillani diklaim sebagai murid al-Bahili. Padahal yang benar, al-Baqillani berguru kepada Ibnu Mujahid. Sedangkan al-Bahili adalah gurunya Imam Abu Bakar bin Furak.
9. Imam al-Asy’ari diklaim menerima sanad akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah dari Abu Ali al-Jubbai. Jelas ini suatu kebodohan. Imam al-Asy’ari tidak mungkin menerima sanad akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah dari seorang tokoh Mu’tazilah, kecuali mengikui logika Dr KH Said Aqil Siroj, yang menganggap Mu’tazilah dan Syiah juga Ahlussunnah.
Di sini, kebodohan Dr KH Said Aqil Siroj tampak sekali. Beliau sepertinya tidak tahu, bahwa al-Asy’ari belajar kepada al-Jubbai, tentang akidah Mu’tazilah. Bukan akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah. Kemudian setelah al-Asy’ari keluar dari Mu’tazilah, beliau membangun metodologi baru dalam rangka membela dan membumikan akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah, dan sekaligus menanggalkan akidah dan metodologi Mu’tazilah.
Sedangkan akidah Ahlussunnah Wal-Jamaah, sanad al-Asy’ari jelas tidak melalui jalur al-Jubbai, akan tetapi melalui jalur guru-guru beliau dari kalangan Ahlussunnah Wal-Jamaah yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir dalam kitab Tabyin Kidzb al-Muftari.
10. Abu Ali al-Jubbai diklaim berguru kepada Abu Hasyim al-Jubbai. Padahal Abu Hasyim adalah murid dan anaknya Abu Ali al-Jubbai.
11. Abu al-Hudzail al-‘Allaf diklaim berguru kepada Ibrahim al-Nadzdzam. Padahal dalam kitab-kitab sejarah, Ibrahim al-Nadzdzam justru muridnya Abu al-Hudzail al-‘Allaf. Sedangkan Abu al-Hudzail al-‘Allaf justru berguru kepada Utsman bin Khalid al-Thawil, muridnya Washil bin Atho’.
12. Washil bin Atho’ diklaim berguru kepada Muhammad bin Ali al-Hanafiyyah. Padahal Washil bin Atho’ lahir pada tahun 80 H, sedangkan Muhammad bin Ali al-Hanafiyyah wafat pada tahun 81 H.
Walhashil, sanad yang selalu diceramahkan oleh Dr KH Said Aqil Siroj, adalah sanad palsu dan bohong. Dengan sanad tersebut selama ini beliau selalu membohongi dan melakukan pembodohan terhadap warga nahdliyyin. Sebaiknya penyebaran sanad palsu ini segera dihentikan. Umat nahdliyyin harus dididik dengan ilmu yang benar, bukan dengan cara-cara pemalsuan yang justru hal itu akan membodohkan umat. Semoga bermanfaat.
Wallahu Alam

Tidak ada komentar: