Jumat, 13 Mei 2016

Imam asy syafi'i: nadzar ziarah wali itu haram

Kalau memang sunnah mengapa dilarang bernadzar dg itu.
Ibnu ‘Abdil-Haadiy rahimahullah berkata:
ولو نذر السفر إلى غير المساجد أو السفر إلى مجرد قبر نبي ، أو صالح لم يلزمه الوفاء بنذر باتفاقهم ، فإن هذا السفر لم يأمر به النبي - صلى الله عليه وسلم - ، بل قد قال : (( لا تشد الرحال إلا إلى ثلاثة مساجد )) وإنما يجب بالنذر ما كان طاعة ، وقد صرح مالك وغيره بأن من نذر السفر إلى المدينة النبوية إن كان مقصوده الصلاة في مسجد النبي - صلى الله عليه وسلم - وفى بنذره ، وإن كان مقصوده مجرد زيارة القبر من غير صلاة في المسجد لم يف بنذره ، قال : لأن النبي - صلى الله عليه وسلم - قال : (( لا تعمل المطي إلا إلى ثلاثة مساجد )).
“Dan seandainya seseorang bernadzar untuk safar menuju selain dari masjid-masjid atau safar menuju kubur Nabi saja atau orang shaalih, maka tidak wajib baginya untuk menepati nadzar tersebut berdasarkan kesepakatan mereka, karena safar ini tidaklah diperintahkan oleh Nabishallallaahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid’. Yang diwajibkan dalam nadzar hanyalah sepanjang merupakan ketaatan (kepada Allah). Maalik dan yang lainnya telah menjelaskan bahwa siapa saja yang bernadzar untuk safar menuju Madiinah Nabawiyyah jika maksudnya adalah melaksanakan shalat di Masjid Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ia harus melaksanakan nadzarnya. Jika maksudnya hanyalah murni berziarah kubur (Nabi) tanpa shalat di dalam masjid, nadzarnya tidak boleh ditunaikan. Karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : ‘Tidaklah hewan tunggangan dipersiapkan untuk perjalanan jauh kecuali menuju tiga masjid’ [Ash-Shariimul-Munkiy, hal. 33].
Adapun Asy-Syaafi’iy rahimahullah berkata:
وَلَوْ نَذَرَ فَقَالَ: عَلَيَّ الْمَشْيُ إلَى إفْرِيقِيَّةَ، أَوِ الْعِرَاقِ، أَوْ غَيْرِهِمَا مِنَ الْبُلْدَانِ، لَمْ يَكُنْ عَلَيْهِ شَيْءٌ ؛ لِأَنَّهُ لَيْسَ لِلَّهِ طَاعَةٌ فِي الْمَشْيِ إلَى شَيْءٍ مِنَ الْبُلْدَانِ، وَإِنَّمَا يَكُونُ الْمَشْيُ إلَى الْمَوَاضِعِ الَّتِي يُرْتَجَى فِيهَا الْبِرُّ، وَذَلِكَ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ، وَأَحَبُّ إلَيَّ لَوْ نَذَرَ أَنْ يَمْشِيَ إلَى مَسْجِدِ الْمَدِينَةِ أَنْ يَمْشِيَ، وَإِلَى مَسْجِدِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ أَنْ يَمْشِيَ ؛ لِأَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إلَّا إلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ ؛ الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ، وَمَسْجِدِي هَذَا، وَمَسْجِدُ بَيْتِ الْمَقْدِسِ "
“Seandainya seseorang bernadzar, lalu ia berkata : ‘Wajib bagiku berjalan menuju Afrika atau ‘Iraaq, atau negeri-negeri yang lain’, maka tidak ada kewajiban apapun baginya (untuk ditunaikan), karena tidak ada ketaatan kepada Allah dalam perjalanan menuju negeri-negeri tersebut. Satu perjalanan itu hanyalah dilakukan menuju tempat-tempat yang diharapkan padanya kebaikan. Dan itu adalah Masjid Haraam. Dan aku suka seandainya ia bernadzar berjalan menuju Masjid Madiinah dan Masjid Baitul-Maqdis, lalu ia pun melakukannya dengan berjalan. Hal itu dikarenakan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : ‘Janganlah engkau melakukan perjalanan jauh (safar) kecuali menuju tiga masjid: Al-Masjid Haram, masjidku ini (Masjid Nabawiy), dan MasjidBaitul-Maqdis’…….” [Al-Umm, 2/280].

Tidak ada komentar: