Ada sebuah doa khatam Al Qur’an yang biasanya diajarkan kepada anak-anak TPQ (Taman Pendidikan Qur’an), dan biasanya dilagukan, Imam Ghozali dalam kitab “Ihya Ulumuddin” menuliskan riwayat kata beliau :
كان يقوله – صلّى الله عليه وسلم – عند ختم القرآن اللهم ارحمني بالقرآن العظيم واجعله لي إماماً ونوراً وهدى ورحمة اللهم ذكرني منه ما نسيت وعلمني منه ما جهلت وارزقني تلاوته آناء الليل وآناء النهار واجعله حجة لي يا رب العالمين
“Adalah Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam ketika khatam Al Qur’an berdoa : “Ya Allah, rakmatilah aku dengan Al Qur’anul ‘Adhiim, jadikan untukku Imam, cahaya, petunjuk dan rakhmat. Ya Allah, ingatkanlah aku jika aku lupa dan ajarilah aku, dari ketidaktahuan tentangnya, berilah rizki kepadaku dengan membacanya sepanjang malam dan siang dan jadikan Al Qur’an sebagai hujjah kepadaku, wahai Rabb semesta alam”.
Imam Al Hafidz Al ‘Iroqiy, gurunya Al Hafidz Ibnu Hajar, berkata dalam “Takhrijul Ihyaa” (2/694) :
قال العراقي: رواه أبو منصور المظفر بن الحسين الأرجاني في فضائل القرآن وأبو بكر بن الضحاك في الشمائل كلاهما من طريق أبي ذر الهروي من رواية داود بن قيس معضلاً.
“diriwayatkan oleh Abu Manshuur Al Mudhofiriy ibnul Husain Al Arjaaniy dalam “Fadhoilul Qur’an” dan Abu Bakr bin adh-Dhohaak dalam “Asy-Syamaail”, keduanya meriwayatkan dari jalan Abu Dzar Al Harowy dari riwayat Dawud bin Qois, secara Mu’dhol (yaitu sanadnya gugur 2 perowi atau lebih-pent.)”.
Abu Dzar Al Harowi (w. 435 H), seorang Imam Al Hafidz pemilik beberapa kitab hadits. Dawud bin Qois, Bukhori meriwayatkan sebagai mu’alaq, Imam Muslim menggunakannya sebagai hujjah, seorang tabi’I shoghiir, yang dinilai oleh Al Hafidz dalam “At-Taqriib” sebagai perowi tsiqoh, fadhil. Karena beliau seorang Tabi’I maka hadits ini mursal dan mursal beliau dikatakan oleh Al Hafidz Iroqi Mu’dhol, artinya kemungkinan yang digugurkan antara diri Dawud dengan Rasulullah bukan dalam thobaqoh sahabat, namun dari thobaqoh Tabi’in dan shahabat, sehingga jika yang gugur adalah Tabi’in tidak bisa dilacak kondisi ketsiqohannya dalam hadits, karena tidak semua Tabi’in adil, berbeda dengan para sahabat Rodhiyallahu anhum ‘ajmain. Dan hadits mursal termasuk hadits lemah.
Perlu diketahui bahwa hadits yang membicarakan do’a tersebut termasuk hadits mu’dhol yang dibawakan oleh Daud bin Qois. Hadits mu’dholadalah di antara hadits yang lemah karena sanadnya terputus, yaitu ada dua perowi terputus secara berturut-turut.
Hadits di atas disebutkan oleh Al Ghazali dalam Ihya ‘Ulumuddin 1/278. Tatkala as Subki membahas biografi Al Ghazali dalam Thabaqat As Syafi’iyyah Al Kubro 6/286-386, beliau menyebutkan hadits-hadits yang tercantum dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin namun pada realitanya tidak memiliki sanad. Di antara yang hadits yang disebutkan oleh as Subki adalah hadits di atas. Lihat Thabaqat As Syafi’iyyah Al Kubro 6/301.
Namun dalam Takhrij kitab Ihya ‘Ulumuddin untuk hadits-hadits yang ada dalam kitab Ihya’ ‘Ulumuddin pada 1/287 al Hafizh al ‘Iraqi mengatakan, “Hadits di atas diriwayatkan oleh Abu Manshur Al Muzhaffar bin Al Husain Al Arjani dalam kitabnya Fadha-il Al Qur’an dan Abu Bakr bin al Dhahhak dalam Asy Syama-il. Sanad yang ada di dua kitab tersebut semuanya bersumber dari Abu Dzar Al Harawi dari Dawud bin Qois secaramu’dhol (ada dua perawi dalam sanadnya yang gugur secara berturut-turut)”.
Sedangkan Az Zarkasyi dalam buku Al Burhan1/475 mengatakan bahwa hadits di atas diriwayatkan oleh Al Baihaqi dalam Dala-il An Nubuwwah. Akan tetapi aku tidak menjumpai hadits tersebut dalam kitab Dala-il An Nubuwwahyang dicetak tahun 1405 H. Hadits di atas juga disebutkan oleh Al Ghafiqi dalam kitabnya Fadha-il Al Qur’an -yang masih berupa manuskrip-, akan tetapi beliau tidak menyebutkan siapa yang meriwayatkannya sebagaimana kebiasaan beliau.
Syubhat:
Namun amalan berdoa ketika khatam Al Qur’an, telah tsabit dari sahabat Nabi Sholallahu ‘alaihi wa Salaam, Syaikh Abu Ishaq Al Huwaini dalam “Fatawanya” (no. 65) pernah ditanya sebagai berikut :
السؤال 65: هل يسن الدعاء عند ختم القرآن ؟ وهل الأثر المروي عن أنس في ذلك صحيح؟
الجواب : نعم؛ ثبت في جملة آثار أن لخاتم القرآن دعوة مستجابة وكان أنس بن مالك كما ورد في سند سعيد بن منصور إن ختم القرآن جمع زوجه وأهل بيته ودعا، وكانت زوجته وأهل بيته يؤمنون فلا حرج في ذلك .
Soal no. 65 : apakah disunahkan berdoa ketika khatam Al Qur’an? Apakah atsar dari Anas Rodhiyallahu anhu tentang hal ini shahih?
Jawab : ‘iya, telah tsabit dalam sejumlah atsar bahwa ketika khatam Al Qur’an terdapat doa yang mustajab. Anas bin Malik Rodhiyallahu anhu sebagaimana dalam riwayat Sa’id bin Manshuur jika khatam Al Qur’an, mengumpulkan istri dan keluarganya, lalu berdoa, istri dan keluarganya mengamini doa Anas Rodhiyallahu anhu, maka hal ini tidak mengapa”.
Jawab: ini jelas kecurangan,tidak ilmiah.
Yg dimaksud riwayat said bin manshur bukan riwayat doa diatas,tapi riwayat pengumpulan ahli keluarga.riwayat sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu yang jadi perbuatan beliau. Riwayat Anas tersebut diriwayatkan oleh Tsabit Al Banani, Qotadah, Ibnu ‘Athiyah dan selainnya,
كَانَ إِذَا خَتَمَ الْقُرْآنَ جَمَعَ أَهْلَهُ وَوَلَدَهُ ، فَدَعَا لَهُمْ
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah ketika khatam Al Qur’an mengumpulkan keluarga dan anaknya, lalu Anas berdoa untuk kebaikan mereka.”(HR. Ibnul Mubarok, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Nashr, Ibnu ‘Ubaid, Ibnu Adh Dhurais, Ibnu Abi Daud, Al Faryabi, Ad Darimi, Sa’id bin Manshur, Ath Thobroni, Al Anbari. Al Haitsami katakan bahwa dalam periwayat dalam sanad Thobroni adalahtsiqoh, kredible. Syaikh Al Albani katakan bahwa dalam riwayat Ad Darimi sanadnya shahih)
Lebih parah lagi dia memotong fatwa ulama,teks setelahnya jelas membantah doa bid'ah semacam itu.
أما الدعاء الطويل الذي يقال في الصلوات فلا أصل له في السنة ولا من فعل سلف الأمة، وكذلك كتاب “دعاء ختم القرآن” المنسوب لابن تيمية فهو كذب وافتراء عليه .
وكذلك لا داعي للتلحين في الدعاء، يُدْعَى بدعاء كالمعتاد ، والله أعلم .
http://meshhoor.com/fatawa/fatwa-64/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar