Senin, 25 April 2016

Ijma sahabat meninggalkan tabarruk kepada orang sholih selain nabi

Imam Asy-Syathibi mendiskusikan masalah adanya kemungkinan pencarian berkah terhadap orang-orang shalih dan peninggalan-peninggalan mereka.
Dia berkata, “Setelah Nabi wafat, tidak pernah ada di kalangan sahabat sesuatu yang berkaitan dengan (diperbolehkannya bertabarruk) pengganti beliau. Nabi tidak meninggalkan di kalangan umat beliau sahabat yang lebih utama daripada Abu Bakar Ash-Shiddiq dan ia adalah khalifah (pengganti) beliau. Namun, tidak ada satupun dari mereka yang melakukan tabarruk terhadapnya. Tidak juga terhadap Umar, orang yang paling utama di kalangan umat beliau setelah Abu Bakar, demikian pula terhadap Utsman dan Ali, kemudian sahabat-sahabat lainnya, yang tidak ada seorang pun di kalangan umat ini yang lebih utama daripada mereka. Juga, tidak ada satu keterangan pun yang shahih dan dikenal dari salah seorang mereka yang menyatakan bahwa ada seseorang yang mencari berkah terhadapnya dengan salah satu dari cara-cara di atas atau semacamnya.Akan tetapi yang terjadi di kalangan mereka hanyalah bertabarruk mengikuti perbuatan, ucapan, dan perjalanan hidup Nabi. Jadi, sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) dari mereka untuk meninggalkan hal-hal tersebut. ” (al-I’tisham, asy-Syathibi, 2/8-9)

Tidak ada komentar: