Senin, 18 April 2016

MENTAL BUNGKUSAN


Alangkah indahnya ungkapan Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah dalam  kitabnya Al-Ubudiyyah,

فالعاقل ينظر إلى الحقائق لا إلى الظواهر

“(Ciri khas) orang yang berakal adalah melihat hakikat (sesuatu), tidak terjebak dengan zahirnya”.

Contohnya:

Kepala Keluarga. Seorang suami bisa saja tertipu dengan statusnya sebagai pemimpin keluarga, padahal hakikatnya istrinyalah yang memimpin rumah tangganya karena dia selalu tunduk dengan kemauan istrinya, benar atau salah.  Berarti hakikatnya, istrilah yang menjadi pemimpin keluarga itu.

Warga Komunitas Salafy. Seorang yang tinggal di lingkungan salafy –yang banyak ustadz di sekitarnya- entah status ia di situ sebagai tetangga ustadz atau bahkan sebagai anak atau istri ustadz ketika terkecoh dengan kedekatan tempat tinggalnya dengan para ustadz dan dengan lingkungan salafy, namun -misalnya- kenyataan yang terjadi ia jarang mengaji/menambah ilmu, jarang mendapatkan nasihat dan bimbingan ustadz ketika terjatuh dalam kesalahan, maka hakikatnya orang lain yang tinggalnya jauh dari lingkungan salafy dan jauh dari ustadz bisa jadi lebih baik darinya!
Padahal orang lain rajin menuntut ilmu, mendatangi majelis ustadz, dan rajin pula meminta nasihat/bertanya kepada para ustadz via berbagai alat komunikasi dan dalam berbagai kesempatan. Tidakkah kita ingat kedekatan istri Nabi Nuh ‘alaihis salam dan istri Nabi Luth ‘alaihis salam, tidaklah menjadikan kedua istri tersebut masuk surga, bahkan keduanya kekal selamanya di neraka

Tidak ada komentar: