Hadits Mu’aadz bin Jabal radliyallaahu ‘anhu.
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مَيْسَرَةَ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ الْمُقْرِئُ، حَدَّثَنَا حَيْوَةُ بْنُ شُرَيْحٍ، قَالَ: سَمِعْتُ عُقْبَةَ بْنَ مُسْلِمٍ، يَقُولُ: حَدَّثَنِي أَبُو عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحُبُلِيُّ، عَنْ الصُّنَابِحِيِّ، عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخَذَ بِيَدِهِ، وَقَالَ: " يَا مُعَاذُ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، وَاللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّكَ، فَقَالَ: أُوصِيكَ يَا مُعَاذُ لَا تَدَعَنَّ فِي دُبُرِ كُلِّ صَلَاةٍ تَقُولُ: اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ "
Telah menceritakan kepada kami ‘Ubaidullah bin ‘Umar bin Maisarah : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Yaziid Al-Muqri’ : Telah menceritakan kepada kami Haiwah bin Syuraih, ia berkata : Aku mendengar ‘Uqbah bin Muslim berkata : Telah menceritakan kepadaku Abu ‘Abdirrahman Al-Hubuliy, dari Ash-Shunaabihiy, dari Mu’aadz bin Jabal : Bahwasannya Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda memegang tangannya dan bersabda : “Wahai Mu’aadz, demi Allah sungguh aku mencintaimu, demi Allah sungguh aku mencintaimu. Aku akan berwasiat kepadamu wahai Mu’aadz. Janganlah engkau tinggalkan doa di akhir setiap shalat (fii duburi kulli shalaah). Bacalah : Allaahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik (Ya Allah, tolonglah aku untuk senantiasa mengingat-Mu, mensyukuri-Mu, dan ibadah kepada-Mu dengan baik)” [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1522; shahih].
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin berkata menukil perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahumallah :
Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimiin berkata menukil perkataan Ibnu Taimiyyah rahimahumallah :
دُبُرُ الشيء منه كدُبُرِ الحيوان، فإن الحيوان له دُبُر، ودُبُره في نفس الجسم، فكذلك دُبُر الصَّلاة يكون من الصَّلاة، وإذا كان الرَّسول صلّى الله عليه وسلّم أرشدنا بأن ندعو بعد التشهُّدِ صار الدُّعاء المقيَّد بالدُّبُر محلَّه قبل السَّلام آخر الصَّلاة. أما بعدَ الصَّلاة فهو الذِّكر.....
“Dubur dari sesuatu merupakan bagian darinya, seperti dubur hewan. Sesungguhnya hewan mempunyai dubur, dan dubur-nya ada pada tubuh hewan itu sendiri. Begitu pula dengan dubur shalat, merupakan bagian dari shalat. Apabila Rasulshallallaahu ‘alaihi wa sallam membimbing kita untuk berdoa setelah tasyahud, maka doa yang ditaqyid dengan ‘dubur’, tempatnya adalah sebelum salam di akhir shalat. Adapun setelah shalat, yang ada adalah dzikir....” [Asy-Syarhul-Mumti’, 3/62 – via Syamilah]
Para ulama yang memegang pendapat ini mengatakan bahwa perkataan ‘akhir dari sesuatu’ (duburusy-syai’) masih merupakan bagian dari sesuatu itu. Ini adalah makna asal.
Para ulama yang memegang pendapat ini mengatakan bahwa perkataan ‘akhir dari sesuatu’ (duburusy-syai’) masih merupakan bagian dari sesuatu itu. Ini adalah makna asal.
Asy-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata :
دبر الصلاة أخرها قبل السلام، هذا هو الأصل، مثل دبر الحيوان أخره، مؤخره، فدبر الصلاة ما كان قبل السلام، أخرها قبل السلام، يستحب فيه الدعاء، بعد قراءة التحيات ، والصلاة على النبي - صلى الله عليه وسلم -، والتعوذ بالله من عذاب جهنم ، ومن عذاب القبر ، ومن فتنة المحيا والممات ، ومن فتنة المسيح الدجال ، يستحب أن يدعو بعد هذا قبل أن يسلم في الفرض والنفل، ..........لأن الدبر، دبر الشيء أخره، ودبر الصلاة أخرها قبل السلام، كما في الحديث أنه قال لمعاذ: (لا تدعن دبر كل صلاة أن تقول: اللهم أعني على ذكرك، وشكرك ، وحسن عبادتك). هذا قبل السلام. وأما الحديث الآخر، كان النبي - صلى الله عليه وسلم - يقول في دبر الصلاة بعد السلام: لا إله إلا الله.. فهذا المراد به بعد السلام، يأتي بالأذكار الشرعية ، ويستغفر الله، أستغفر الله، أستغفر الله، يعني بعد السلام، اللهم أنت السلام ، ومنك السلام ، تباركت يا ذا الجلال والإكرام، ثم يقول: لا إله إلا الله، كما كان النبي يفعل - عليه الصلاة والسلام - بعد السلام
“Duburush-shalaah maknanya adalah di akhir shalat sebelum salam. Ini adalah makna asalnya seperti duburhewan adalah di bagian akhir/belakangnya. Makaduburush-shalaah terletak pada sebelum salam – di bagian akhir shalat sebelum salam. Disunnahkan padanya membaca doa setelah bacaan tasyahud dan shalawat kepada Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam. Berta’awwudz kepada Allah dari adzab jahannam, adzab kubur, fitnah dalam kehidupan dan setelah mati, dan dari fitnah Al-Masiih Ad-Dajjaal. Dan disukai untuk berdoa setelahnya sebelum salam dalam shalat wajib ataupun sunnah........ Karena dubur dari sesuatu itu adalah akhir dari sesuatu itu. Dan dubur dari shalat adalah bagian akhirnya sebelum salam, sebagaimana terdapat dalam hadits bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mu’aadz : ‘Janganlah engkau tinggalkan di akhir setiap shalat engkau membaca Allaahumma a’inniii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik’. Ini dilakukan sebelum salam. Adapun hadits yang lain dimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan pada duburush-shalaah(akhir shalat) setelah salam : Laa ilaaha illallaah.... Maka yang dimaksudkan dengannya adalah setelah salam. Ia mengucapkan dzikir-dzikir syar’iy, beristighfar kepada Allah (dengan mengucapkan) : astaghfirullah. Yaitu setelah salam. Allaahumma antas-salaam wa minkas-salaam, tabaarakta yaa dzal-jalaali wal-ikraam, kemudian mengucapkan : Laa ilaaha illallaah – sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam – setelah salam” [sumber :http://www.binbaz.org.sa/mat/21121].
Doa dalam nash yang disunnahkan dibaca padaduburush-shalaah (akhir shalat), maka maknanya adalah sebelum salam. Ini sesuai dengan makna makna asal sebagaimana disebutkan di atas.
Ini selaras dengan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tentang anjuran berdoa setelah bacaantahiyyat :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ، قَالَ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ الْأَعْمَشِ، حَدَّثَنِي شَقِيقٌ، عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ: كُنَّا إِذَا كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الصَّلَاةِ قُلْنَا: السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ مِنْ عِبَادِهِ، السَّلَامُ عَلَى فُلَانٍ وَفُلَانٍ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا تَقُولُوا السَّلَامُ عَلَى اللَّهِ، فَإِنَّ اللَّهَ هُوَ السَّلَامُ، وَلَكِنْ قُولُوا التَّحِيَّاتُ لِلَّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّبَاتُ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ، فَإِنَّكُمْ إِذَا قُلْتُمْ أَصَابَ كُلَّ عَبْدٍ فِي السَّمَاءِ أَوْ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو "
Telah menceritakan kepada kami Musaddad, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari Al-A’masy : Telah menceritakan kepadaku Syaqiiq, dari ‘Abdullah, ia berkata : Dulu, kami apabila bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam shalat (berjama’ah), kami berkata : ‘Assalaamu ‘alallaah min ‘ibaadihi, assalaamu ‘alaa Fulaan wa Fulaan (Semoga kesejahteraan terlimpah kepada Allah dari para hamba-Nya. Dan semoga kesejahteraan terlimpah kepada Fulan dan Fulan)’’. Maka Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Jangan kalian mengucapkan ‘assalaamu ‘alallaah’, karena Allah adalah As-Salaam. Akan tetapi ucapkanlah : At-tahiyyaatu lillaahi wash-shalawaatu wath-thayyibaat, as-salaamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu wa rahmatullaahi wa barakaatuh, as-salaamu ‘alainaa wa ‘alaa ‘ibaadillaahish-shaalihiin. Apabila engkau mengucapkannya, maka salammu itu mengenai semua hamba yang ada di langit atau antara langit dan bumi. (Kemudian lanjutkan dengan membaca) Asyhadu an-laa ilaaha illallaahu wa asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh. Kemudian hendaknya ia memilih doa yang paling senangi, lalu berdoa dengannya” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 835]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar