Sabtu, 16 April 2016

Bersedekap saat i'tidal atau tidak?

Hadits andalan mereka :
عَنْ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَأَيْتُ النَّبِيَّ ص حِيْنَ كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيْهِ حِذَاءَ اُذُنَيْهِ ثُمَّ حِيْنَ رَكَعَ ثُمَّ حِيْنَ قَالَ: سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَفَعَ يَدَيْهِ، وَ رَأَيْتُهُ مُمْسِكًا بِيَمِيْنِهِ عَلَى شِمَالِهِ فِي الصَّلاَةِ، فَلَمَّا جَلَسَ حَلَّقَ بِالْوُسْطَى وَاْلاِبْهَامِ وَ اَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَ وَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى فَخِذِهِ اْليُمْنَى وَ وَضَعَ يَدَهُ الْيُسْرَى عَلَى فَخِذِهِ الْيُسْرَى. احمد 6: 478، رقم: 18893
Dari Wail bin Hujr, ia berkata : Aku melihat Nabi  (shalat), ketika bertakbir beliau mengangkat kedua tangannya sehingga sejajar dengan daun telinganya, kemudian ketika ruku’, kemudian ketika mengucap “Sami’alloohu liman hamidah”, beliau mengangkat kedua tangannya, dan aku melihat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya di dalam shalat. Maka ketika beliau duduk (attahiyyat), beliau melingkarkan jari tengahnya dengan ibu jari, dan berisyarat dengan (menjulurkan) jari telunjuknya, dan beliau meletakkan tangan kanannya pada paha yang kanan dan meletakkan tangan kirinya pada paha yang kiri”. [HR. Ahmad, juz 6, hal. 478, no. 18893]
Jawab:
Derajat hadits:syeikh syu'aib al arnoth menyatakan sanadnya kuat
Di situ Wail bin Hujr menerangkan bahwa Nabi bersedekap di dalam shalat, tetapi tidak menerangkan bahwa beliau bersedekap ketika I’tidal.
Kalimat “wa roaituhu mumsikan biyamiinihi ‘alaa syimaalihi” itu artinya “dan aku melihat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya”, bukan “kemudian aku melihat beliau memegang tangan kirinya dengan tangan kanannya”, karena di situ kata (وَ) artinya “dan”, bukan memakai kata-kata (ثُمَّ) yang artinya “kemudian”.
Jadi maksud hadits itu, Nabi bersedekap setelah takbiratul ihram sampai sebelum ruku’. Dan tidak bisa dipahami bahwa Nabi bersedekap ketika I’tidal. Dan tidak bisa pula dipahami bahwa Nabi bersedekap ketika I’tidal dan tidak bersedekap ketika membaca Al-Fatihah dan surat, dengan alasan penyebutan bersedekap itu sesudah penyebutan ruku’, sedangkan sebelum menyebutkan ruku’ malah tidak disebutkan tentang bersedekap.
Adapun hadits riwayat Ahmad (yang kedua pada tambahan), itupun maksudnya bukanlah Nabi setelah ruku’ lalu bersedekap, tetapi maksudnya di situ Wail bin Hujr menerangkan bahwa Nabi ketika shalat beliau meletakkan kedua telapak tangannya ketika sujud. Bahkan hadits itu sama sekali tidak menerangkan tentang bersedekap. Hadits tersebut lengkapnya sebagai berikut :
عَنْ وَائِلٍ اْلحَضْرَمِيّ قَالَ: صَلَّيْتُ خَلْفَ رَسُوْلِ اللهِ ص، فَكَبَّرَ حِيْنَ دَخَلَ وَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ حِيْنَ اَرَادَ اَنْ يَرْكَعَ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ حِيْنَ رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوْعِ رَفَعَ يَدَيْهِ وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ وَ جَافَى وَ فَرَشَ فَخِذَهُ الْيُسْرَى مِنَ الْيُمْنَى وَ اَشَارَ بِاُصْبُعِهِ السَّبَّابَةِ. احمد 6: 475، رقم: 18877
Dari Wail Al-Hadlramiy, ia berkata : Aku shalat di belakang Rasulullah maka beliau bertakbir ketika memulai dan mengangkat kedua tangannya, ketika akan ruku’ mengangkat kedua tangannya, ketika mengangkat kepalanya dari ruku’ mengangkat kedua tangannya, dan beliau meletakkan kedua telapak tangannya (ketika sujud) dan merenggangkan tangannya (dari lambungnya), dan (ketika attahiyyat) beliau bertumpu pada pahanya yang kiri, dan dari pahanya yang kanan beliau berisyarat dengan jari telunjuknya. [HR. Ahmad juz 6, hal. 475, no. 18877]
Di dalam hadits ini bahkan sama sekali tidak menerangkan tentang bersedekap. Adapun arti “wa wadlo’a kaffaihi” itu artinya beliau meletakkan kedua telapak tangannya (di waktu sujud). Mengartikan yang demikian ini sesuai dengan hadits di bawah ini :
عَنْ اَبِى حُمَيـْدٍ السَّاعِدِيّ اَنَّ النَّبِىَّ ص كَانَ اِذَا سَجَدَ اَمْكَنَ اَنْفَهُ وَ جَبْهَتَهُ اْلاَرْضَ، نَحَّى يَدَيْهِ عَنْ جَنْبَيْهِ، وَ وَضَعَ كَفَّيْهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ. الترمذى 1: 169، رقم: 269
Dari Abu Humaid As-Saaidiy, bahwasanya Nabi apabila sujud, beliau menekankan hidung dan dahinya ke bumi, dan menjauhkan dua tangannya dari dua lambungnya dan meletakkan dua tapak tangannya sejajar dengan dua bahunya". [HR. Tirmidzi juz 1, hal. 169, no. 269]
عَنِ الْبَرَاءِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص اِذَا سَجَدْتَ فَضَعْ كَفَّيْكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ. مسلم 1: 356
Dari Baraa', ia berkata : Rasulullah bersabda, "Apabila kamu bersujud, maka letakkanlah dua tapak tanganmu dan angkatlah dua sikumu". [HR. Muslim juz 1, hal. 356]
وقد سئل الشيخ الألباني رحمه الله عن هذا الحديث، فأجاب بأنه لا يصحُّ الاستدلال به على هذه المسألة، لأن (الواو) في (ورأيتُه) لا تفيد الترتيب، ولأنَّ طرق الحديث كلَّها ليس فيها ذكر هذه العبارة...فقال الشيخ رحمه الله أنه لو كان صريحا في القبض بعد الركوع لكانَ مُعللا بالشذوذ.
يُراَجع: سلسة الهدى والنور - شريط رقم 86.
Syeikh albani pun pernah ditanya tentang hadits ini,beliau menjawab: tidak benar berdalil dg hadits itu dalam masalah ini.karena  wawu dalam kalimat roaituhu tidaklah menunjukkan tertib/ kemudian setelah ruku'. Dan karena seluruh jalan hadits tsb tidak menyebutkan ungkapan semacam tertib/ kemudian..lalu syeikh menjelaskan kalaupun lafadznya jelas bersedekap setelah ruku' maka hadits mempunyai illat/ penyakit karena syadz/ menyelisihi yg lebih tsiqoh(lihat:silsilah alhuda wa annur,kaset no.86)

Tidak ada komentar: