Sabtu, 16 April 2016

Hukum makanan dari tahlilan atau maulid

Syekh Ibnu Baz sebagaimana dalam Majmu Fatawa-nya 9:74 mendapatkan pertanyaan sebagai berikut, “Apa hukum sembelihan yang ada dalam acara peringatan maulid nabi?”.
Syekh menjawab dengan cara merinci status hukum untuk sembelihan tersebut menjadi dua:
Pertama, jika disembelih utk shahibul maulid (baca: mendekatkan diri kepada nabi) maka ini adalah kemusyrikan besar.
Kedua, jika disembelih untuk dimakan maka tidak mengapa memakannya namun seyogyanya tidak memakan sembelihan tersebut sebagaimana tidak menghadiri dan mendatangi acara peringatan maulid nabi dalam rangka mengingkari acara tersebut dengan ucapan dan dengan perbuatan. Akan tetapi diperbolehkan menghadiri acara peringatan maulid nabi jika dalam rangka menasihati mereka dengan catatan tidak ikut memakan makanan yang disediakan dan tidak pula mengikuti acara-acara tertentu dalam rangka peringatan maulid nabi. Demikian fatwa dan penjelasan Syekh Ibnu Baz dalam masalah ini.”

Syeikh Abdul Muhsin Al-Abbad hafidhahullah (Muhaddits kota Medinah dan pengajar di Masjid Nabawy saat ini) pernah ditanya:
هل يجوز أكل الذبيحة التي تقدم بمناسبة بدعية مثل المولد النبوي أو في العزاء؟
“Bolehkah memakan sembelihan yang dihidangkan pada acara bid’ah seperti maulud nabi atau ketika ta’ziyah?”
Beliau menjawab:
يجوز أكل الذبائح التي تقدم في مناسبات بدعية، ومن كانت بدعته مكفرة لا تؤكل ذبيحته.
“Boleh memakan sembelihan yang dihidangkan untuk acara-acara bid’ah, dan barangsiapa yang jenis bid’ahnya adalah jenis yang mengkafirkan maka tidak boleh dimakan.” (Pertanyaan ini diajukan kepada beliau di Masjid Nabawy ketika mensyarh Sunan Abi Dawud, Kitab Adh-Dhahaya,Bab Fi An-Nahy an tushbara Al-Baha’im wa Ar-rifq bi Adz-dzabihah).

Tidak ada komentar: