asy-Syathibi menjelaskan salah satu dari dua alasan adanya pencarian berkah semacam ini, ia berkata,” Para sahabat menyakini adanya kekhususan pada diri Rasulullah dan bahwa martabat kenabian itu mencakup semua itu, karena kepastian akan adanya keberkahan dan kebaikan yang mereka cari. Nabi adalah cahaya seluruhnya…. Barangsiapa mencari cahaya dari beliau, maka ia akan mendapatkannya dari sisi mana saja ia mencarinya. Berbeda dengan (mencari cahaya kepada) selain Nabi dari kalangan umat ini –sekalipun ia memperoleh sebagin dari cahaya lantaran meniru dan mengikuti petunjuk beliau- ia tidak akan sampai kepada derajat Nabi, tidak sejajar dengan tingkatan beliau dan tidak pula mendekatinya. Maka, hal semacam ini adalah sesuatu yang dikhususkan bagi beliau, seperti kekhususan beliau untuk menikahi lebih dari empat perempuan, dihalalkannya perempuan yang menghibahkan dirinya kepada beliau (nikah hibah), tidak adanya kewajiban menggilir isteri-isteri beliau dan sebagainya.
Kemudian, atas dasar alasan ini, asy-Syathibi menerangkan hukum pencarian berkah dengan selain beliau, ia berkata, “Berdasarkan alasan ini, maka tidak dibenarkan bagi seseorang setelah beliau untuk mengikuti beliau dalam hal pencarian berkah dengan salah satu cara-cara di atas dan semacamnya. Barangsiapa yang iqtida’ (mengikuti) beliau (dengan cara seperti ini), maka iqtida’ semacam ini adalah bid’ah, sebagaimana mengikuti beliau dalam hal menikah lebih dari empat perempuan merupakan suatu bid’ah.” (al-I’tisham, asy-Syathibi, 2/9)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar