Sabtu, 30 April 2016

Syeikh albani taubat dari aqidah salafi?

Syubhat:

إذا أحطت علما بكل ما سبق استطعت بإذن الله تعالى أن تفهم بيسر من الآيات القرآنية والأحاديث النبوية والآثار السلفية التي ساقها المؤلف رحمه الله في هذا الكتاب الذي بين يديك (مختصره) أن المراد منها إنما هو معنى معروف ثابت لائق به تعالى ألا وهو علوه سبحانه على خلقه واستواؤه على عرشه على ما يليق بعظمته وأنه مع ذلك ليس في جهة ولا مكان.
“Jika (penjelasan) yang lewat telah kamu ketahui, maka dengan izin Allah, dari ayat-ayat al-Qur’an dan hadis-hadis Nabi serta atsar-atsar kalangan salaf yang telah dicantumkan oleh pengarang (al-Dzahabi) -rahimahullah- di dalam kitab ini yang di depanmu ini, maka kamu akan dengan mudah memahami bahwa yang dimaksud dari (teks-teks) itu adalah sebuah makna yang tsâbit dan dapat diketahui, serta yang layak bagi Allah ta‘âlâ. -Makna itu adalah- bahwa tinggi dan istiwâ’-Nya atas ‘arasy adalah berdasarkan yang layak untuk keagungan-Nya. Sementara dengan hal itu, Dia tiada berjihat (arah) dan tiada bertempat”.

Nah beranikah Para Laskar Wahabi menuduh sesat Muhaddits pujaannya sebab pernyataan Beliau “Allah wujud tanpa tempat dan arah” ???
Jawab: sebenarnya tuduhan murahan,akan tertipu hanya yg malas baca kitab asli.sebab kalau kita baca kitab lebih lengkap sedikit saja maja tersingkap boroknya.
Lihat lah penjelasan selanjutnya: 
إذ هو خالق كل شيء، ومنه الجهة والمكان، وهو الغني عن العالمين، وأن من فسرها بالمعنى السلبي فلا محذور منه، إلا أنه مع ذلك لا ينبغي إطلاق لفظ الجهة والمكان ولا إثباتهما لعدم ورودهما في الكتاب والسنة، فمن نسبهما إلى الله فهو مخطئ لفظأً إن أراد بهما الإشارة إلى إثبات صفة العلو له تعالى، وإلا فهو مخطئ معنى أيضاً إن أراد به حصره تعالى في مكان وجودي أو تشبيهه تعالى بخلقه.
وكذلك لا يجوز نفي معناهما إطلاقاً إلا مع بيان المراد منهما؛ لأنه قد يكون الموافق للكتاب والسنة؛

Lafadh makaan (tempat) dan jihah (arah) tidaklah terdapat dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah. Oleh karena itu kita tidak menetapkannya bagi Allah, karena 'aqidah al-asmaa' wash-shifaat tidaklah ditetapkan kecuali melalui dengan dalil.

Namun jika penolakan ini adalah dimaksudkan untuk menolak keberadaan Allah di atas langit secara hakiki (seperti yang dilakukan oleh Asyaa'irah), maka ini keliru. 

Atau dengan kata lain, seandainya penafikan ini maksudnya adalah untuk menafikan Allah berada di atas langit-Nya, di atas 'Arsy-Nya secara hakiki, maka kita pun menetapkannya.

Adapun tafshil mengenai tempat yang itu disandarkan kepada Allah, jika yang dimaksud adalah yang melingkupi sesuatu; maka kita menafikkannya, karena tidak ada sesuatu pun dari makhluk-Nya yang dapat melingkupi-Nya. Allah Maha Besar. Namun jika yang dimaksudkan dengan 'tempat' ini adalah amrun 'adamiyyun yang berada di luar alam, maka ini benar.

Jadi syeikh meniadakan karena memang tidak ada nash yg shorih/ jelas,namun beliau memperincinya dg baik.tidak mutlak ditolak atau diterima alias dikembalikan ke dalil yg ada.

Tidak ada komentar: