Diriwayatkan dari Muhammad Baqir –Imam kelima yang mendapatkan predikat maksum- bahwa para shahabat berkata kepada Rasulullah e : “Ya Rasulallah kami khawatir termasuk golongan orang munafik”, Rasulullah e kemudian balik bertanya: “Kenapa kalian khawatir dengan hal itu?”. Shahabat menjawab: “Apabila kami bersamamu, maka masih ada orang yang mengingatkan kami, akan tetapi ketika kami sudah berbaur dengan keluarga dan masyarakat, maka kami khawatir tidak seperti ketika bersama engkau, apakah engkau tidak khawatir hal ini akan menjadikan kami orang yang munafik?”. Rasulullah kemudian menjawab: “Tidak! Ini adalah rayuan setan agar kalian terbujuk dengan kehidupan dunia.Demi Allah I apabila perbuatan kalian tetap konsisten seperti halnya ketika kalian bersamaku, maka malaikat akan memberikan salam perhormatan kepada kalian, apabila tidak, dan kalian memohon ampun kepada Allah I maka Allah I akan mengampuni dosa kalian, tidakkah kalian dengar firman Allah I : “Sesungguhnya Allah I menyukai orang-orang yang bertaubat” (QS.Al-Baqarah [02]:222)
Selanjutnya, Muhammad Baqir, dan Muhammad bin Mas’ud atau yang dikenal dengan al-‘Iyasi telah memasukan ayat di atas untuk menafikan sifat munafik dari kalangan shahabat.
Imam Hasan al-‘Askary -Imam Syi’ah ke sebelas yang diyakini maksum- telah mengakui akan derajat mulia yang dimiliki oleh para shahabat, ia berkata bahwa Nabi Musa u bertanya kepada Allah I dengan beberapa pertanyaan, di antaranya: “Apakah bagi Engkau diantara shahabat-shahabat Nabi ada yang lebih mulia dari shahabatku?. Allah I kemudian menjawab: “Wahai Musa! Tidakkah kamu ketahui bahwa keutamaan shahabat Muhammad dibandingkan dengan shahabat Nabi lainya seperti keutamaan keluarga Muhammad dengan keluarga Nabi lainnya, dan seperti keutamaan Muhammad dengan Nabi-Nabi lainnya”
Ibrahim Ast-Tsaqâfi -salah satu imam Syiah- menjelaskan dalam kitab Al-Gharat-nya (rujukan penting golongan Syiah Istna ‘Asyariyah) jawaban dari imam tertinggi dalam faham Syiah, yaitu sayyidina Ali t ketika ditanya mengenai shahabat Nabi e: “Ya Amiral Mukminîn! Ceritakanlah kepada kami mengenai shahabatmu!”. Sayyidina Ali t balik bertanya: “Shahabat yang mana?”. Mereka menjawab: “Shahabat Nabi Muhammad e”. Sayyidina Ali menjawab “Semua shahabat Nabi Muhammad e adalah shahabatku.”[2]
Sebagai manusia, shahabat memang bisa saja melakukan kesalahan, akan tetapi pengampunan dan hidayah Allah I terhadap mereka, jauh lebih besar dari kesalahan mereka[3].
[1] Al-Kulaini, al-Kâfi, juz 8 hal 245
[2] Syaikh Ali bin Naif Asy-Syuhud, Syubhati Ar-Rafidhah haulash Shahabah Radhiyallahu ‘Anhu, juz I, hlm. 35-39 versi Maktabah Syamilah
[3] Risalâh Majister Syekh Mahmud Idan Ahmad Ad-Dailami , Ash-Shahabah wa Makanatuhum ‘Indlal Muslimin, Juz I, hal. 42, versi Maktabah Syamilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar