Yesus sebagaimana bangsa Israel juga melaksanakan sunat (khitan); memerintahkan setiap anak laki-laki untuk dikhitan. Yesus bahkan mengancam untuk melenyapkan orang-orang yang tidak dikhitan karena dianggap melanggar perjanjian (melanggar perintah).
"Dan ketika genap delapan hari dan ia disunatkan. Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat Ia dikandung ibu-Nya" (Lukas 2 : 21)
"Inilah perjanjianku yang harus kamu pegang, perjanjian antara aku dan kamu serta keturunanmu, yaitu setiap laki-laki di antara kamu harus disunat; haruslah dikerat kulit khatanmu dan itulah akan menjadi tanda perjanjian antara aku dan kamu. Anak yang berumur delapan hari haruslah disunat, yakni setiap laki-laki di antara kamu, turun temurun, baik yang lahir di rumahmu, maupun yang dibeli dari salah seorang asing, tetapi tidak termasuk keturunanmu. Dan orang yang tidak disunat, yakni laki-laki dikerat kulit khatannya, maka orang itu harus dilenyapkan dari antara orang-orang sebangsanya, ia telah mengingkari perjanjianKu" (Kejadian 17 : 10-14)
"Kemudian Abraham menyunat Ishak anak itu, ketika berumur delapan hari, seperti yang diperintahkan Allah kepadanya" (Kejadian 21 : 4)
"Lalu Allah memberikan kepadanya perjanjian sunat; dan demikianlah Abraham meperanakkan Ishak, lalu menyunatkannya pada hari yang kedelapan; dan Ishak memperanakkan Yakub, dan Yakub memperanakkan keduabelas bapa leluhur kita" (Kisah Para Rasul 7 : 8)
"Ketika genaplah delapan hari sesuai dengan hukum Allah, sebagaimana yang tertulis dalam kitab Nabi Musa, mereka bopong anak itu dan membawanya ke rumah ibadat untuk mengkhitankannya. Dan begitulah mereka sunatkan anak itu, lalu memberinya nama Yesus, sebagaimana malaikat utusan Allah telah mengatakan lebih dahulu setelah ia dikandang di dalam rahim" (Injil Barnabas pasal 5)
Tetapi, Paulus sendiri mengingkari hukum sunat (khitan). Bagi Paulus, tidak ada bedanya antara bersunat dan tidak. Bagi Paulus, Allah akan membenarkan baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat. Pernyataan-pernyataan Paulus berikut ini menunjukkan hal-hal yang kontradiktif dengan yang disampaikan Yesus berkaitan dengan masalah sunat:
"Dalam dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa" (Kolose 2 : 11)
"Sebab bersunat atau tidak bersunattidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya" (Galatia 6 : 15)
"Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah" (Kolose 6 : 13)
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu... Sebab bagi orang yang berada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih" (Galatia 5 : 2,6)
"Sunat memang ada gunanya, jika engkau menaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat maka sunatmu tidak ada lagi gunanya" (Roma 2 : 25)
"Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting, yang penting ialah menaati hukum-hukum Allah" (I Korintus 7 : 19)
Sulit dimengerti, meninggalkan perintah Allah bersunat menjadi tidak penting, bahkan tidak bersunat pun dianggap menaati hukum-hukum Allah. Paulus bahkan mengganti ajaran sunat (memotong kulit khitan) menjadi sekadar sunat rohani, sunat di dalam hati.
"Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang sejati Yahudi ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah" (Roma 2 : 28-29)
Beberapa orang Yahudi dari Yudea telah mengingatkan masalah sunat ini kepada jamaat di Antiokhia, tempat Paulus mengajar di sana:
Beberapa orang datang dari Yudea ke Anthokia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan" (Kisah Para rasul 15 : 1)
Ternyata Paulus tetap pada pendiriannya untuk tidak mempermasalahkan sunat atau tidak bersunat. Pada akhirnya permasalahan ini di bawa pada sidang di Yerusalem. Tetapi, jemaat di Yerusalem tetap berpegang teguh pada Taurat, yaitu barang siapa beriman dari kalangan bukan Yahudi harus tetap disunat dan wajib mengikuti hukum Musa (Taurat).
"Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa" (Kisah Para Rasul 15 : 5)
Pada kesempatan kedua datang di Yerusalem, Paulus ditangkap dan digelandang oleh para Yahudi, kaum sebangsanya sendiri yang merasa dikhianati, selain karena Paulus telah dianggap menyimpang.
Ketika sampai ke tangga Paulus terpaksa didukung prajurit-prajurit karena berdesak-desaknya orang banyak, yang berbondong-bondong mengikuti dia, sambil berteriak: "Enyahkanlah dia!" (Kisah Para Rasul 21 : 35-36)
Jika anda mengaku sebagai pengikut Yesus yang taat, maka seharusnya sangat paham dan patuh terhadap ayat ini:
Tetapi, Paulus sendiri mengingkari hukum sunat (khitan). Bagi Paulus, tidak ada bedanya antara bersunat dan tidak. Bagi Paulus, Allah akan membenarkan baik yang bersunat maupun yang tidak bersunat. Pernyataan-pernyataan Paulus berikut ini menunjukkan hal-hal yang kontradiktif dengan yang disampaikan Yesus berkaitan dengan masalah sunat:
"Dalam dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa" (Kolose 2 : 11)
"Sebab bersunat atau tidak bersunattidak ada artinya, tetapi menjadi ciptaan baru, itulah yang ada artinya" (Galatia 6 : 15)
"Sebab mereka yang menyunatkan dirinya pun, tidak memelihara hukum Taurat. Tetapi mereka menghendaki supaya kamu menyunatkan diri, agar mereka dapat bermegah atas keadaanmu yang lahiriah" (Kolose 6 : 13)
Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata kepadamu: "Jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu... Sebab bagi orang yang berada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih" (Galatia 5 : 2,6)
"Sunat memang ada gunanya, jika engkau menaati hukum Taurat; tetapi jika engkau melanggar hukum Taurat maka sunatmu tidak ada lagi gunanya" (Roma 2 : 25)
"Sebab bersunat atau tidak bersunat tidak penting, yang penting ialah menaati hukum-hukum Allah" (I Korintus 7 : 19)
Sulit dimengerti, meninggalkan perintah Allah bersunat menjadi tidak penting, bahkan tidak bersunat pun dianggap menaati hukum-hukum Allah. Paulus bahkan mengganti ajaran sunat (memotong kulit khitan) menjadi sekadar sunat rohani, sunat di dalam hati.
"Sebab yang disebut Yahudi bukanlah orang yang lahiriah Yahudi, dan yang disebut sunat, bukanlah sunat yang dilangsungkan secara lahiriah. Tetapi orang sejati Yahudi ialah dia yang tidak nampak keyahudiannya dan sunat ialah sunat di dalam hati, secara rohani, bukan secara hurufiah. Maka pujian baginya datang bukan dari manusia, melainkan dari Allah" (Roma 2 : 28-29)
Beberapa orang Yahudi dari Yudea telah mengingatkan masalah sunat ini kepada jamaat di Antiokhia, tempat Paulus mengajar di sana:
Beberapa orang datang dari Yudea ke Anthokia dan mengajarkan kepada saudara-saudara di situ: "Jikalau kamu tidak disunat menurut adat istiadat yang diwariskan oleh Musa, kamu tidak dapat diselamatkan" (Kisah Para rasul 15 : 1)
Ternyata Paulus tetap pada pendiriannya untuk tidak mempermasalahkan sunat atau tidak bersunat. Pada akhirnya permasalahan ini di bawa pada sidang di Yerusalem. Tetapi, jemaat di Yerusalem tetap berpegang teguh pada Taurat, yaitu barang siapa beriman dari kalangan bukan Yahudi harus tetap disunat dan wajib mengikuti hukum Musa (Taurat).
"Orang-orang bukan Yahudi harus disunat dan diwajibkan untuk menuruti hukum Musa" (Kisah Para Rasul 15 : 5)
Pada kesempatan kedua datang di Yerusalem, Paulus ditangkap dan digelandang oleh para Yahudi, kaum sebangsanya sendiri yang merasa dikhianati, selain karena Paulus telah dianggap menyimpang.
Ketika sampai ke tangga Paulus terpaksa didukung prajurit-prajurit karena berdesak-desaknya orang banyak, yang berbondong-bondong mengikuti dia, sambil berteriak: "Enyahkanlah dia!" (Kisah Para Rasul 21 : 35-36)
Jika anda mengaku sebagai pengikut Yesus yang taat, maka seharusnya sangat paham dan patuh terhadap ayat ini:
17. "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
18. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.
19. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga. (Matius 5:17-19)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar