banyak riwayatnya
حديث أَبِي سَعِيدٍ الخدري رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ( كَيْفَ أَنْعَمُ وَصَاحِبُ القَرْنِ قَدِ التَقَمَ القَرْنَ وَاسْتَمَعَ الإِذْنَ مَتَى يُؤْمَرُ بِالنَّفْخِ فَيَنْفُخُ ، فَكَأَنَّ ذَلِكَ ثَقُلَ عَلَى أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَالَ لَهُمْ : قُولُوا : حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ ، عَلَى اللهِ تَوَكَّلْنَا)
رواه الترمذي (رقم/2431) وقال : هذا حديث حسن، وقد روي من غير وجه هذا الحديث عن عطية، عن أبي سعيد الخدري، عن النبي صلى الله عليه وسلم نحوه. وصححه الألباني في " صحيح الترمذي "، وفي " السلسلة الصحيحة " (رقم/1079)
dishohihkan syeikh albani
ولذلك بوب النسائي على هذا الدعاء بقوله : " مَا يَقُول إذا خَافَ قوما " انتهى من " عمل اليوم والليلة " (ص/392)
Imam an nasai memberi judul bab: dzikir yg dibaca saat takut kepada suatu kaum dholim
وذكره ابن القيم رحمه الله في " الفصل التاسع عشر في الذكر عند لقاء العدو ومن يخاف سلطاناً وغيره " انتهى من " الوابل الصيب " (ص/114)
ibnu qoyyim pun membuat pasal tentang dzikir saat bertemu musuh dan siapa yg takut kepada kedholiman sulthon atau penguasa atau selainnya
وردت مشروعيته في القرآن الكريم في حكاية الله عز وجل عن الصحابة الكرام في أعقاب معركة أُحُد ، في " حمراء الأسد "، وذلك حين خوَّفهم بعضُ المنافقين بأن أهل مكة جمعوا لهم الجموع التي لا تهزم ، وأخذوا يثبِّطون عزائمهم ، فلم يزدهم ذلك إلا إيمانا بوعد الله ، وتمسكا بالحق الذي هم عليه ، فقالوا في جواب جميع هذه المعركة النفسية العظيمة : حسبنا الله ونعم الوكيل .
Dalam perang uhud pun para sahabat mengamalkan inidisebutkan dalam alqur'an
يقول عز وجل : ( الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ . الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ . فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ) آل عمران/172-174.
بل ورد في صحيح البخاري رحمه الله (رقم/4563) أن تلك الكلمة كانت على لسان أولي العزم من الرسل ، قالها إبراهيم عليه السلام في أعظم محنة ابتلي بها حين ألقي في النار ، وقالها سيد البشر محمد صلى الله عليه وسلم في مواجهة المشركين في " حمراء الأسد ".
Ini juga para nabi,seperti nabi nuh saat dibakar.doa nabi muhammad saat ditakut-takuti orang munafik
عن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما قال :
( حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ : قَالَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ حِينَ أُلْقِي فِي النَّارِ ، وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم حِينَ قَالُوا : ( إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَاناً وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ )
Dzikir ini tanda tinggi tawakkal seorang hamba.
قول الله سبحانه وتعالى : ( وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ) الطلاق/3، ؛ دليل على أن من توكل على الله حق التوكل ، وعده الله سبحانه أن يكفيه ما أهمه ، ويكون حسيبه وحفيظه ، فلا يحتاج إلى شيء بعده ، وكفى بذلك فضلا وثوابا ؛ فإن من كفاه الله سَعِدَ في الدنيا والآخرة بقدرة الله وعزته وحكمته ، ولذلك قال تعالى في الآية الأخرى : ( وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ) الأنفال/49، بل كان جزاء المؤمنين في أعقاب " أُحُد " حين قالوا هذه الكلمة أن رجعوا بفضل الله عز وجل وكرامته وحفظه : ( فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ ) آل عمران/174. ينظر: " زاد المعاد " (2/330)
Boleh ditambah dg doa keburukab bagi orang yg sangat dholim.Berikut ini adalah kisahnya sebagai sang mujâbud da`wah.
Disebutkan dalam hadits Bukhâri bahwa Jâbir bin `Abdullah bin Samurah Radhiyallahu anhu berkata, “Sebagian penduduk Kufah mengeluhkan Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu kepada Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu pun memberhentikan jabatan Sa’d Radhiyallahu anhu ;dan memilih Ammâr bin Yâsir Radhiyallahu anhu sebagai penggantinya. Mereka mengeluhkan Sa`d Radhiyallahu anhu karena dia tidak bagus dalam shalatnya (dalam riwayat lain mereka mengeluhkan segala sesuatu darinya termasuk shalatnya). Umar Radhiyallahu anhu mengutus seseorang kepadanya, kemudian sampailah utusan itu kepada Umar bersama. Sa`d Radhiyallahu anhu menghadap Umar Radhiyallahu anhu . Umar Radhiyallahu anhu berkata kepada Sa`d Radhiyallahu anhu , “Wahai Abu Ishâk (panggilan Sa`d Radhiyallahu anhu ), sesungguhnya penduduk Kufah menganggap engkau tidak bagus dalam shalatmu.” Sa`d Radhiyallahu anhu menjawab,”Adapun aku, demi Allah Azza wa Jalla aku shalat dengan mereka, sebagaimana shalat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak pernah menguranginya sedikitpun. Aku mengerjakan shalat Isya`; aku panjangkan pada rakaat awalnya dan aku pendekkan pada rakaat akhirnya.” Umar Radhiyallahu anhu berkata, “Sudah kami duga wahai Abu Ishâk .” Kemudian Umar Radhiyallahu anhu menyuruhnya kembali bersama seseorang atau beberapa orang lainnya ke Kufah. Utusan bertanya kepada penduduk Kufah tentang Sa`d bin Abi Waqâsh Radhiyallahu anhu . Tidak ada satu masjid pun yang mereka lewati, kecuali pasti ia bertanya kepada mereka (tentang Sa`d Radhiyallahu anhu). Mereka memuji tentang kebaikan-kebaikannya Sa’d Radhiyallahu anhu, hingga utusan itu masuk masjid milik Bani Abs. Seseorang yang bernama Usâmah bin Qatâdah berdiri dan berkata, “Apabila kalian meminta kami untuk berbicara tentang Sa`d Radhiyallahu anhu, maka sesungguhnya Sa`d Radhiyallahu anhu tidak pernah ikut dalam sariyah (peperangan yang tidak di ikuti oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), tidak pernah membagi sama rata dan tidak menetapkan hukum dengan adil.” Ketika mendengar informasi tentang ucapan Usâmah itu, Sa`d Radhiyallahu anhu marah sambil berkata, “Demi Allah Azza wa Jalla , aku benar-benar berdoa untuk tiga hal ; “Ya Allah Azza wa Jalla jika hambamu ini dusta, berdiri karena riyâ` atau sum`ah, maka panjangkanlah umurnya, panjangkanlah kefakirannya dan hadapkanlah dia kepada fitnah/cobaan.” Berkaitan dengan ucapan Sa’d Radhiyallahu anhu ini, Abdul Mâlik bin Umair berkata, “Setiap kali dia (Usâmah Bin Qatâdah) ditanya, “Bagaimana keadaanmu?” dia menjawab, “Aku adalah orang tua yang telah terkena terkena doanya Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu .” `Abdul Mâlik menambahkan, “Setelah itu aku melihatnya buta karena tua.
Mâlik mengatakan, “Umar Bin Khaththâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu -padahal Sa’d Radhiyallahu anhu adalah orang yang paling adil setelah Umar Radhiyallahu anhu – yang nampak, Umar Radhiyallahu anhu melepas jabatannya dalam rangka mengantisipasi timbulnya fitnah.[ Fathul bâri , kitâbul adzân juz 2/ 658] Jadi, bisa difahami bahwa Umar bin Khatthâb Radhiyallahu anhu melepaskan jabatan Sa`d Radhiyallahu anhu bukan karena percaya dengan informasi tentang kekurangan Sa`d Radhiyallahu anhu , tetapi merupakan langkah preventif. Umar bin khaththâb Radhiyallahu anhu berkata, “Aku melepaskan jabatannya bukan karena dia tidak mampu atau khianat [Fathul bâri , kitâbul adzân juz 2/ 654]
Dalam kitab al-Mustadrak disebutkan bahwa Qais bin Hâzim berkata,“ Tatkala aku keliling pasar di Madinah, aku sampai di Ahjâr Zait. Aku melihat ada suatu kaum yang berkumpul di hadapan seorang penunggang kuda yang menaiki tunggangannya. Penunggang kuda itu mencela Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu padahal banyak orang di sekelilingnya. Tiba-tiba, datanglah Sa`d bin Abi Waqash Radhiyallahu anhu dan bertanya kepada mereka,“Ada apa ini?” Mereka menjawab, “Ini, ada seseorang yang mencela Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu .” Lalu Sa`d Radhiyallahu anhu maju ke hadapannya dan berkata, “Hai, atas dasar kamu yang mencela Sahabat Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu anhu ? Bukanlah dia termasuk orang yang pertama masuk Islam? Bukankah dia orang yang pertama shalat dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ? Bukankah dia orang yang paling zuhud? Bukankah dia orang yang paling alim?” Dia bertanya terus hingga mengatakan, “Bukankah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengawinkannya dengan putrinya?” Bukankah dia pembawa panji Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beberapa peperangannya?” Kemudian Sa`d Radhiyallahu anhu menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah Azza wa Jalla , sesungguhnya orang ini mencela salah satu walimu, maka janganlah Engkau pisahkan kumpulan orang ini hingga Engkau menampakkan kekuasaan-Mu kepada mereka.” Qais berkata , “Demi Allah Azza wa Jalla , kami tidak berpencar hingga kudanya tersungkur dan ia terlempar darinya; kemudian kepalanya pecah dan ia pun mati.” [al-Mustadrak 3/99)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar