Senin, 04 April 2016

buku IPA yg sesat perusak aqidah umat

penyimpangan buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang beredar di Masyarakat dan dapat merusak ‘aqidah

diantara penyimpangan buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang beredar di Masyarakat dan dapat merusak ‘aqidah
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
Sesungguhnya segala pujian yang sempurna hanyalah milik Alloh, kita memuji-Nya, memohon pertolongan-Nya serta memohon ampun kepada-Nya dan kita berlindung kepada-Nya dari segala kejelekan-kejelekan jiwa kita dan dari kejelekan-kejelekan amalan kita. Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Alloh maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Alloh maka tidak ada yang bisa menunjukinya.
Saya bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Alloh yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad –shollallohu ‘alaihi wa sallam- itu adalah hamba dan utusan-Nya, tidak ada lagi Nabi sesudahnya.
Alloh ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Alloh turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Alloh) bagi kaum yang memikirkan.” (Al-Baqoroh: 164).
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (A N – N I S A ‘ : 59).
“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (A L – A N ‘ A A M : 112).
“Dan sesungguhnya mereka telah membuat makar yang besar padahal di sisi Alloh-lah (balasan) makar mereka itu. Dan sesungguhnya makar mereka itu (amat besar) sehingga gunung-gunung dapat lenyap karenanya.” (I B R A H I M : 46).
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (A L – F U R Q O N : 33).
Adapun sesudah itu,
Berikut diantara penyimpangan-penyimpang yang terdapat dalam buku Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang banyak beredar di masyarakat dan dapat merusak ‘aqidah,
1. Perkataan mereka (para penulis buku IPA) bahwa energy itu kekal, tidak musnah hanya berubah dari satu bentuk ke bentuk yang lain, pernyataan ini bertentangan dengan dalil syar’i dan kenyataan, Alloh ta’ala berfirman,
“Alloh Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: “Jadilah”. Lalu jadilah ia.” (A L – B A Q O R O H : 117).
Ibnu ‘Abbas rodhiyallohu ‘anhuma berkata :
وَ خَلَقَ الأَرْضَ فِيْ يَوْمَيْنِ ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ فِيْ يَوْمَيْنِ
ثُمَّ دَحَى الأَرْضَ وَ دَحْوُهَا أَنْ أَخْرَجَ مِنْهَا الْمَاءَ وَالْمَرْعَى وَ خَلَقَ الجِبَالَ وَ الْجَمَالَ
وَ الآكَام وَ مَا بَيْنَهُمَا فِيْ يَوْمَيْنِ آخَريْنِ
“Alloh menciptakan bumi dalam 2 hari, kemudian menuju ke penciptaan langit, Dia mengerjakannya dalam 2 hari, kemudian Dia menghamparkan bumi, menghamparkannya yaitu dengan mengeluarkan air dan tumbuh-tumbuhan, menciptakan gunung-gunung, semua yang indah, bukit-bukit dan apa yang ada di antaranya dalam 2 hari.” (Atsar R. Bukhory )
Dan kenyataan ketika seseorang meninggal maka energinya hilang tak berbekas, maka kemana energinya? Jawabnya kembali kepada Alloh ta’ala,
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun (sesungguhnya kami dari Alloh dan hanya kepada-Nya kami kembali)” .” (A L – B A Q O R O H : 156).
“Katakanlah: “Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan”. Dan (katakanlah): “Luruskanlah muka (diri) mu di setiap salat dan sembahlah Alloh dengan mengikhlaskan ketaatanmu hanya kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali kepada-Nya)”.” (A L – A ‘ R O F : 29).
Maka energy termasuk makhluq Alloh yang diciptakanNya dan akan kembali kepada-Nya,
“Padahal Alloh-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu”. (A S H – S H O F F A T : 96).
“Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan,” (A L – W A Q I ‘ A H :83).
“Kamu tidak mengembalikan nyawa itu (kepada tempatnya) jika kamu adalah orang-orang yang benar?,” (A L – W A Q I ‘ A H : 87).
“Katakanlah: “Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa) mu akan mematikan kamu; kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.” (A S – S A J A D A H : 11).
2. Perkataan mereka bahwa alam semesta besarnya tidak terbatas adalah bertentangan dengan dalil syar’i dan kenyataan, Alloh ta’ala berfirman,
“Dia-lah Alloh, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (A L – B A Q O R O H : 29).
“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (A L – M U L K : 3).
“(Yang datang) dari Alloh, Yang mempunyai tempat-tempat naik.” (A L – M A ‘ A R I J : 3).
“Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.” (A L – M A ‘ A R I J : 4).
Dan Hadits riwayat Anas bin Malik rodhiallohu ‘anhu, ia berkata:
Bahwa Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: Aku didatangi Buraq. Lalu aku menunggangnya sampai ke Baitulmakdis. Aku mengikatnya pada pintu mesjid yang biasa digunakan mengikat tunggangan oleh para nabi. Kemudian aku masuk ke mesjid dan mengerjakan salat dua rakaat. Setelah aku keluar, Jibril datang membawa bejana berisi arak dan bejana berisi susu. Aku memilih susu, Jibril berkata: Engkau telah memilih fitrah. Lalu Jibril membawaku naik ke langit. Ketika Jibril minta dibukakan, ada yang bertanya: Siapakah engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa yang bersamamu? Jibril menjawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawab Jibril: Ya, ia telah diutus. Lalu dibukakan bagi kami. Aku bertemu dengan Adam. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Kemudian aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril ‘alaihissalaam minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapakah engkau? Jawab Jibril: Jibril. Ditanya lagi: Siapakah yang bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Pintu pun dibuka untuk kami. Aku bertemu dengan Isa bin Maryam ‘alaihissalaam dan Yahya bin Zakaria ‘alaihissalaam Mereka berdua menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit ketiga. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa engkau? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam jawabnya. Ditanyakan: Dia telah diutus? Dia telah diutus, jawab Jibril. Pintu dibuka untuk kami. Aku bertemu Yusuf ‘alaihissalaam Ternyata ia telah dikaruniai sebagian keindahan. Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keempat. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jibril menjawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jibril menjawab: Dia telah diutus. Kami pun dibukakan. Ternyata di sana ada Nabi Idris ‘alaihissalaam Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Alloh Taala berfirman Kami mengangkatnya pada tempat (martabat) yang tinggi. Aku dibawa naik ke langit kelima. Jibril minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa? Dijawab: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Dijawab: Muhammad. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Dijawab: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana aku bertemu Nabi Harun ‘alaihissalaam Dia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan. Aku dibawa naik ke langit keenam. Jibril ‘alaihissalaam minta dibukakan. Ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Muhammad, jawab Jibril. Ditanya: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Di sana ada Nabi Musa ‘alaihissalaam Dia menyambut dan mendoakanku dengan kebaikan. Jibril membawaku naik ke langit ketujuh. Jibril minta dibukakan. Lalu ada yang bertanya: Siapa ini? Jawabnya: Jibril. Ditanya lagi: Siapa bersamamu? Jawabnya: Muhammad. Ditanyakan: Apakah ia telah diutus? Jawabnya: Dia telah diutus. Kami dibukakan. Ternyata di sana aku bertemu Nabi Ibrahim ‘alaihissalaam sedang menyandarkan punggungnya pada Baitulmakmur. Ternyata setiap hari ada tujuh puluh ribu malaikat masuk ke Baitulmakmur dan tidak kembali lagi ke sana. Kemudian aku dibawa pergi ke Sidratulmuntaha yang dedaunannya seperti kuping-kuping gajah dan buahnya sebesar tempayan. Ketika atas perintah Alloh, Sidratulmuntaha diselubungi berbagai macam keindahan, maka suasana menjadi berubah, sehingga tak seorang pun di antara makhluk Alloh mampu melukiskan keindahannya. Lalu Alloh memberikan wahyu kepadaku. Aku diwajibkan salat lima puluh kali dalam sehari semalam. Tatkala turun dan bertemu Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam Musa ‘alaihissalaam, ia bertanya: Apa yang telah difardukan Tuhanmu kepada umatmu? Aku menjawab: Salat lima puluh kali. Dia berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan, karena umatmu tidak akan kuat melaksanakannya. Aku pernah mencobanya pada Bani Israel. Aku pun kembali kepada Tuhanku dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan atas umatku. Lalu Alloh mengurangi lima salat dariku. Aku kembali kepada Nabi Musa ‘alaihissalaam dan aku katakan: Alloh telah mengurangi lima waktu salat dariku. Dia berkata: Umatmu masih tidak sanggup melaksanakan itu. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Tak henti-hentinya aku bolak-balik antara Tuhanku dan Nabi Musa ‘alaihissalaam sampai Alloh berfirman: Hai Muhammad. Sesungguhnya kefarduannya adalah lima waktu salat sehari semalam. Setiap salat mempunyai nilai sepuluh. Dengan demikian, lima salat sama dengan lima puluh salat. Dan barang siapa yang berniat untuk kebaikan, tetapi tidak melaksanakannya, maka dicatat satu kebaikan baginya. Jika ia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya barang siapa yang berniat jahat, tetapi tidak melaksanakannya, maka tidak sesuatu pun dicatat. Kalau ia jadi mengerjakannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan. Aku turun hingga sampai kepada Nabi Musa ‘alaihissalaam, lalu aku beritahukan padanya. Dia masih saja berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Aku menyahut: Aku telah bolak-balik kepada Tuhan, hingga aku merasa malu kepada-Nya. (Shahih Muslim No.264)
Dan kenyataannya pada malam hari langit terlihat gelap seperti atap yang menaungi dihiasi bintang-bintang, jika saja langit adalah tidak terbatas maka tentulah langit pada malamnya akan terang benderang karena dipenuhi cahaya dari bintang yang (tak terbatas jumlahnya) saling bertumpuk dan menerangi, sebab jika cahaya yang tak terbatas bertumpukan maka yang dihasilkan adalah cahaya yang semakin terang, bukan kegelapan langit sebagaimana malam hari dan kebiruan (pada siang hari yang justru menunjukkan bahwa alam adalah ruangan yang terbatas), wallohu ta’ala a’lam.
3. Perkataan mereka bahwa bumilah yang mengelilingi matahari, ini bertentangan dengan dalil syar’i dan kenyataan, bahkan yang benarnya adalah mataharilah yang mengelilingi bumi,
Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin -rohimahulloh- ditanya: “Apakah Matahari berputar mengelilingi bumi?”.
Jawaban:
“Dhahirnya dalil-dalil syar’i menetapkan bahwa mataharilah yang berputar mengelilingi bumi dan dengan perputarannya itulah menyebabkan terjadinya pergantian siang dan malam di permukaan bumi, tidak ada hak bagi kita untuk melewati dhahirnya dalil-dalil ini kecuali dengan dalil yang lebih kuat dari hal itu yang memberi peluang bagi kita untuk menakwilkan dari dhahirnya. Diantara dalil-dalil yang menunjukkan bahwa matahari berputar mengelilingi bumi sehingga terjadi pergantian siang dan malam adalah sebagai berikut;
[1]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Ibrahim akan hujahnya terhadap yang membantahnya tentang Rabb.
“Artinya : Sesungguhnya Alloh menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” [Al Baqarah : 258]
Maka keadaan keadaan matahari yang didatangkan dari timur merupakan dalil yang dhahir bahwa matahari berputar mengelilingi bumi.
[2]. Dan Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman juga tentang Ibrahim.
“Artinya : Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: ‘Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar’, maka tatkala matahari itu terbenam dia berkata : ‘Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.’” [Al-An’am : 78]
Jika Alloh menjadikan bumi yang mengelilingi matahari niscaya Alloh berkata: “Ketika bumi itu hilang darinya”.
[3]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka berada disebelah kanan, dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu.” [Al-Kahfi : 17]
Alloh menjadikan yang condong dan menjauhi adalah matahari, itu adalah dalil bahwa gerakan itu adalah dari matahari, kalau gerakan itu dari bumi niscaya Dia berkata: “gua mereka condong darinya(matahari)”. Begitu pula bahwa penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari menunjukkan bahwa dialah yang berputar meskipun dilalahnya lebih sedikit dibandingkan dilalah firmanNya “(condong) dan menjauhi mereka)”.
[4]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” [Al-Anbiya’ : 33]
Ibnu Abbas radhiAllohu anhu berkata:”Berputar dalam suatu garis peredaran seperti alat pemintal”. Penjelasan itu terkenal darinya.
[5]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat,” [Al-A’raf : 54]
Alloh menjadikan malam mengejar siang, dan yang mengejar itu yang bergerak dan sudah maklum bahwa siang dan malam itu mengikuti matahari.
[6]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Artinya : Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang banar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Ingatlah Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” [Az Zumar : 5]
FirmanNya: “Menutupkan malam atau siang” artinya memutarkannya atasnya seperti tutup sorban menunjukkan bahwa berputar adalah dari malam dan siang atas bumi. Kalau saja bumi yang berputar atas keduanya (malam dan siang) niscaya Dia berkata: “Dia menutupkan bumi atas malam dan siang”. Dan firmanNya: “matahari dan bulan, semuanya berjalan”, menerangkan apa yang terdahulu menunjukkan bahwa matahari dan bulan keduanya berjalan dengan jalan yang sebenarnya (hissiyan makaniyan), karena menundukkan yang bergerak dengan gerakannya lebih jelas maknanya daripada menundukkan yang tetap diam tidak bergerak.
[7]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Artinya : Demi matahari dan cahayanya di pagi hari, dan bulan apabila mengirinya,” [Asy-Syam : 1-2]
Makna (mengiringinya) adalah datang setelahnya. dan itu dalil yang menunjukkan atas berjalan dan berputarnya matahari dan bulan atas bumi. Seandainya bumi yang berputar mengeliligi keduanya tidak akan bulan itu mengiringi matahari, akan tetapi kadang-kadang bumi mengelilingi matahari dan kadang-kadang matahari mengeliling bulan, karena matahari lebih tinggi dari pada bulan. Dan untuk menyimpulan ayat ini membutuhkan pengamatan.
[8]. Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman
“Artinya : Dan suatu tanda (kekuasaan Alloh yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dan malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai tandan yang tua. Tidaklah mugkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.” [Yaa-Siin : 37-40]
Penyandaran kata berjalan kepada matahari dan Dia jadikan hal itu sebagai kadar/batas dari Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui menunjukkan bahwa itu adalah haqiqi (sebenarnya) dengan kadar yang sempurna, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan siang malam dan batas-batas (waktu). Dan penetapan batas-batas edar bulan menunjukkan perpindahannya di garis edar tersebut. Kalau seandainya bumi yang berputar mengelilingi maka penetapan garis edar itu bukannya untuk bulan. Peniadaan bertemunya matahari dengan bulan dan malam mendahului siang menunjukkan pengertian gerakan muncul dari matahari, bulan malam dan siang.
[9]. Nabi ShallAllohu ‘alaihi wassallam berkata kepada Abu Dzar radhiAllohu anhu dan matahari telah terbenam.
“Artinya : Apakah kamu tahu kemana matahari itu pergi ?” Dia menjawab: “Alloh dan RosulNya lebih tahu”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya dia pergi lalu bersujud di bawah arsy, kemudian minta izin lalu diijinkan baginya, hampir-hampir dia minta izin lalu tidak diijinkan. Kemudian dikatakan kepadanya: “Kembalilah dari arah kamu datang lalu dia terbit dari barat (tempat terbenamnya) atau sebagaimana dia bersabda [Muttafaq ‘alaih] [Dikeluarkan oleh bukhari, Kitab Bad’ul Khalqi, bab shifat asy syam wal qamar : 3199, dan muslim, kitab Al Iman, bab Bayan az Zaman al Ladzi la yuqbal fihil Iman : 159]
PerkataanNya: “Kembalilah dari arah kamu datang, lalu dia terbit dari tempat terbenamnya” sangatlah jelas sekali bahwa dia (matahari) itulah yang berputar mengelilingi bumi dengan perputarannya itu terjadinya terbit dan terbenam.
[10]. Hadits-hadits yang banyak tentang penyandaran terbit dan terbenam kepada matahari, maka itu jelas tentang terjadinya hal itu dari matahari tidak kepada bumi.”
Boleh jadi disana masih banyak dalil-dalil lain yang tidak saya hadirkan sekarang, namun apa yang telah saya sebutkan sudah cukup tentang apa yang saya maksudkan. WAllohu Muwaffiq.”
[Disalin dari Majmu Fatawa Arkanul Islam, Penulis Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, edisi Indonesia Majmu Fatawa Solusi Problematika Umat Islam Seputar Akidah Dan Ibadah]
Dan kenyataannya Bumi yang kita tempati tidaklah bergerak kecuali ada gempa dan semisalnya bahkan matahari, bulan dan bintang bergerak susul menyusul dengan indah dan seimbangnya, wallohu waliyyuttaufiq.
4. Perkataan mereka bahwa bumi adalah bola padat tanpa rongga, ini salah dan yang benarnya adalah bumi berongga 7 lapis sebagaimana langit sesuai yang ditunjukkan dalil naqli wal aqli, Alloh ta’ala berfirman ,
“Alloh-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Alloh berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Alloh, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (A T – T H O L A Q : 12).
Dari Abu Sa’id Al Khudry, dari Rosulullah sholallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Berkata Musa, Wahai Rabb-ku, ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku senantiasa menyebut-Mu dengannya, dan aku berdoa kepada-Mu dengan hal tersebut”, jawab Alloh terhadap Musa, “Katakanlah wahai Musa, Laa ilaaha illa Alloh”, kata Musa, “Wahai Rabb-ku, semua hamba-mu bisa mengucapkan kalimat ini”, jawab Alloh, “Wahai Musa, kalau sekiranya tujuh langit dan segala isinya (seluruh penghuninya) selain Aku (selain Alloh) dan bumi yang tujuh, kalau semua itu diletakkan di satu timbangan dan kalimat Laa ilaaha illa Alloh diletakkan di timbangan yang lainnya, maka yang berat adalah kalimat Laa ilaaha illa Alloh.” (Imam Ibnu Hibban, Al Hakim, dan Al Haitsami menyebutkan bahwa terdapat kelemahan di dalam hadits ini. Al Arnauth melemahkan hadits dengan riwayat ini di dalam takhrij beliau terhadap kitab Syarhus Sunnah karya Imam Al Baghawi. Akan tetapi kisah cerita dalam hadits ini dikuatkan dengan hadits yang lainnya (lihat kitab tiga landasan utama syaikh ibn Abdil wahhab –rohimahulloh ta’ala-)).
Dan Hadits dari Sa’id Ibnu Zaid Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rosulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa mengambil sejengkal tanah dengan zolim, Alloh akan mengalungkan kepadanya dari tujuh lapis bumi.” Muttafaq Alaihi.
Dan kenyataan menunjukkan jika suatu bola padat dipukul pada salah-satu sisinya maka getarannya akan merambat kesisi yang belawanan dengannya dengan lurus, sedangkan pada bola yang berongga akan merambat secara mendatar pada permukaannya, dan dari gempa2 dan getaran yang terjadi di Bumi adalah getaran yang merambat di permukaan, bukan getaran yang tegak lurus ke sisi sebelahnya, wallohu ta’ala a’lam.
5. Perkataan mereka (para penulis buku IPA) tentang teori evolusi bahwa manusia berasal dari kera atau berevolusi dari kera atau mempunyai nenek moyang kera, waliyyaadzubillaah, ini adalah kebodohan yang nyata dan bertentangan dengan dalil syar’i dan kenyataan,
Alloh ta’ala berkata dalam surah A L – H A J J,
“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” 22:5.
“Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Alloh, adalah seperti (penciptaan) Adam. Alloh menciptakan Adam dari tanah, kemudian Alloh berfirman kepadanya: “Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia.” (A L I – I M R O N : 59).
“Dan sesungguhnya Kami telah meciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.” (A L – H I J R : 26).
Rosululloh ShollAllohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya Alloh menciptakan Adam dari segenggam (sepenuh telapak tangan) tanah yang diambil dari seluruh bagiannya. Maka datanglah anak Adam (memenuhi penjuru bumi dengan beragam warna kulit dan tabiat). Di antara mereka ada yang berkulit merah, putih, hitam, dan di antara yang demikian. Di antara mereka ada yang bertabiat lembut, dan ada pula yang keras, ada yang berperangai buruk (kafir) dan ada yang baik (Mukmin).” (HR. Imam Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, berkata Tirmidzi : ‘Hasan shahih’. Dishahihkan oleh Asy Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Shahih Sunan Tirmidzi juz 3 hadits 2355 dan Shahih Sunan Abu Daud juz 3 hadits 3925)
Dan kenyataan pula menunjukkan bahwa setiap jenis makhluq telah dirancang secara sempurna tanpa cacat pada setiap bagian tubuhnya sesuai fungsinya masing-masing tanpa cela sehinga tidak membutuhkan dia untuk berevolusi, dan kenyataan juga menunjukkan bahwa struktur tubuh antara manusia dan hewan sangat berbeda, kera tetaplah kera binatang tanpa akal dan manusia tetaplah manusia yang diberi akal, Alloh ta’ala berfirman,
“sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (A T – T I I N : 4).
“Dan Alloh telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki, sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Alloh menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Alloh Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (A N – N U U R : 45).
Maka terlihat jelas bahwa kebanyakan perkataan Profesor-profesor alam atau yang sejenis dengan mereka dari ahli perbintangan dan fisikawan yang guru-guru mereka adalah atheis yunani dan ahli kalam (filsafat -ilmu sesat-) adalah perkataan yang tidak didasari dalil dan petunjuk, kebanyakannya hanya berlandaskan hipotesa dan dugaan-dugaan sementara, perasaan dan kelemahan akal, menyelisihi dalil-dalil yang syar’i dan dalil kenyataan,
“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Y U N U S : 36).
maka hati-hatilah wahai kaum muslimin dari perkataan mereka yang menyesatkan, wallohu waliyyuttaufiiq,
Walhamdulillaahi robbil ‘alamin,

Tidak ada komentar: