Sabtu, 04 Juni 2016

KH.Wahid hasyim: negara islam cita-cita NU

Sebenarnya cita-cita Kiai Haji Abdul Wahid Hasyim, mewakili suara Rais Akbar NU Hadhrotussyaikh Kiai Haji Hasyim Asy’ari dan ulama-ulama yang lain adalah menjadikan Indonesia sebagai Negara yang menjalankan Syariat Islam.
Ketika keinginan itu tidak terwujud di awal-awal kemerdekaan bangsa ini, Kiai Wahid Hasyim dan para ulama yang lain tidak berhenti berjuang.
Sila pertama belum cukup bagi Kiai Wahid Hasyim, tanpa mengembalikan kembali frasa “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya.” Selama syariat Islam tidak diwajibkan bagi pemeluknya maka selama itu perjuangan belum selesai.
Maka ketika alim ulama sepakat untuk menerima Pancasila pada tahun 1983 di Situbondo, Gus Dur meminta kepada panitia agar menunda deklarasi.
KH Selamet Efendi kemudian bertanya kepada Gus Dur kenapa ditunda? Bukankah sudah disetujui oleh para peserta? Gus Dur dengan suara lirih berkata, saya teringat Bapakku.
Dalam buku biografi KH Abdul Wahid Hasyim dikutip pandangan beliau soal negara Islam:
Januari 1953, Presiden Soekarno melakukan kunjungan kerja ke Kalimantan Selantan. Tepatnya di Amuntai, dia melontarkan pernyataan yang menyinggung hati umat Islam. Dia berkata, jika negara berdasarkan Islam, akan terjadi separatisme di sejumlah daerah yang mayoritas penduduknya non muslim.
Setelah pernyataan Soekarno sampai ke KH Wahid Hasyim, Putra Pendiri NU ini melayangkan surat tanggapan keras, sebulan kemudian. Tanggapan senada juga dilakukan sejumlah tokoh dan organisasi muslim.
KH Wahid Hasyim menulis, “Pernyataan bahwa pemerintahan Islam tidak akan dapat memelihara persatuan bangsa dan akan menjauhkan Irian (Papua), menurut pandangan hukum Islam adalah perbuatan mungkar yang tidak dibenarkan Syariat Islam. Dan wajib bagi tiap-tiap orang muslimin menyatakan ingkar atau tidak setuju.”
Dua bulan setelah mengirim surat, KH Wahid Hasyim wafat dalam kecelakaan mobil di Cimindi, di antara Cimahi dan Bandung, Jawa Barat.
=====
Sumber: Buku “Wahid Hasyim, Untuk Republik dari Tebuireng”, halaman 94. Buku ink diterbitkan oleh KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerjasama dengan TEMPO. Cetakan pertama Mei 2011.

Tidak ada komentar: