Syubhat : Syeikh Nawawi al Bantani
(wafat tahun 1316 H) dalam kitab Nihayatuzzain halaman 281, cetakan al Ma'arif,
menerangkan:
وَالتَّصَدُّقُ
عَنِ الْمَيِّتِ بِوَجْهٍ شَرْعِيٍّ مَطْلُوْبٌ وَلَا يَتَقَيَّدُ بِكَوْنِهِ فِيْ
سَبْعَةِ أَيَّامٍ أَوْ أَكْثَرَ أَوْ أَقَلَّ وَتَقْيِـِيْدُهُ بِبَعْضِ
الْأَيَّامِ مِنَ الْعَوَائِدِ فَقَطْ كَمَا أَفْتَى بِذَلِكَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ
دَحْلَانُ ، وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِالتَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيِّتِ فِيْ
ثَالِثٍ مِنْ مَوْتِهِ وَفِيْ سَابِعٍ وَفِيْ تَمَامِ الْعِشْرِيْنَ وَفِي
الْأَرْبَعِيْنَ وَفِي الْمِائَةِ، وَبَعْدَ ذَلِكَ يُفْعَلُ كُلَّ سَنَةٍ
حَوْلاًً فِيْ يَوْمِ الْمَوْتِ كَمَا أَفَادَهُ شَيْخُنَا يُوْسُفُ
السَّنْبَلَاوَيْنِيُّ
Sedekah untuk mayit dengan tuntunan
syara' adalah dianjurkan. Sedekah tersebut tidak terikat dengan hari ketujuh
atau lebih atau kurang. Adapun mengaitkan sedekah dengan sebagian hari adalah
merupakan bagian dari adat saja, sebagaimana apa yang difatwakan oleh Sayyid
Ahmad Dahlan. Dan telah berjalan kebiasaan diantara orang-orang yaitu
bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematiannya dan pada hari ketujuh,
dan pada sempurnanya kedua puluh, ke empat puluh dan ke seratus. Setelah itu
dilaksanakanlah haul setiap tahun pada hari kematiannya, sebagaimana yang
dijelaskan oleh Syeikh Yusuf as Sanbalawaini.
Jawab : sedekah sampai ke mayyit sudah
jelas hukumnya disyariatkan.namun yg jadi permasalahannya itu dikhususkan hari
tertentu,maka perlu dalil shohih untuknya,sebagaimana sholat malam tahajud
bagus,namun saat dikhususkan pada malam jum’at apakah nabi meridhoi hal itu.
Soal sedekah yg disyariatkan adalah
untuk faqir miskin bukan sembarang orang gak peduli kaya atau pas-pasan yg
penting tetangga di beri.sejak kapan memberi kepada orang kaya disebut sedekah.
Apalagi kalau itu memakai harta anak
yatim,maka jelas keharamannya.apakah acara mereka itu didanai para kyai,atau
baitul mal?mungkin ada yg berkilah itu bukan dari harta anak yatim.kita
Tanya,ketika orang berdatangan membawa beras dibawa ke rumah ahli mayyit,milik
siapakah beras itu?milik semua ahli mayyit termasuk anak yatim,yg tidak boleh
seenaknya kita mensedekahkannya tanpa seizinnya.apalagi ditambah dg kumpul2
untuk makan2 di rumah duka,maka lebih terlarang.seperti dijelaskan dalam imam
nawawi pada teks selanjutnya yg terpotong pada halaman yg sama.
أما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو
مكروه ما لم يكن من مال الأيتام وإلا فيحرم
Adapun makanan yg manusia berkumpul
diatasnya saat malam setelah penguburan mayyit yg disebut wahsyah maka itu
dibenci(makruh) saat tidak menggunakan harta anak yatim,kalau tidak maka harom.
حَدَّثَنَا
وَكِيعٌ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ، عَنْ طَلْحَةَ، قَالَ: قَدِمَ جَرِيرٌ عَلَى
عُمَرَ، فَقَالَ: " هَلْ يُنَاحُ قِبَلُكُمْ عَلَى الْمَيِّتِ ؟ قَالَ: لَا
" قَالَ: " فَهَلْ تَجْتَمِعُ النِّسَاءُ عندَكُمْ عَلَى الْمَيِّتِ
وَيُطْعَمُ الطَّعَامُ؟ قَالَ: نَعَمْ "، فَقَالَ: " تِلْكَ
النِّيَاحَةُ "
Telah
menceritakan kepada kami Wakii’, dari Maalik bin Mighwal, dari Thalhah, ia
berkata : Jarir mendatangi ‘Umar, lalu ia (‘Umar) berkata : “Apakah kamu
sekalian suka meratapi mayit ?”. Jarir menjawab : “Tidak”. ‘Umar berkata : “Apakah
diantara wanita-wanita kalian semua suka berkumpul di rumah keluarga mayit dan
makan hidangannya ?”. Jarir menjawab : “Ya”. ‘Umar berkata : “Hal itu sama
dengan niyahah (meratapi mayit)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/487].
Lihatlah ada
jenis ratapan secara dzatnya(menampar2 pipi2,dsb) dan ada yg kelihatannya bukan
tapi itu dianggap juga sebagai ratapan seperti berkumpul di dirumah rumah
keluarga mayit dan makan hidangannya
Atsar Jariir
bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu tersebut dishahihkan oleh An-Nawawiy
dalam Al-Majmuu’ 5/285, Ibnu Katsiir dalam Irsyaadul-Faqiih
1/241, Al-Buushiiriy dalam Zawaaidu Ibni Maajah hal. 236,
Ibnu Hajar Al-Haitamiy dalam Tuhfatul-Muhtaaj 3/207, Asy-Syaukaaniy
dalam As-Sailul-Jaraar 1/372, dan yang lainnya
Oleh karena
aisyah membuat talbinah setelah para tamu pulang.dalam bukhori muslim:
فاجتمع لذلك النساء ، ثم تفرقن
-إلا أهلها وخاصتها- أمرت ببرمة من تلبينة
Saat salah seorang ahli keluarga dari istri nabi
wafat maka berkumpulah menghibur kemudian saat mereka sudah berpencar,maka
istri nabi memerintahkan membuat makanan talbinah
قال الخرقي: و " لا بأس أن يُصلَح لأهل
الميت طعام يُبعَث به إليهم، و لا يُصلحون هم
طعامًا للناس" شرح الزركشي ٣٥٧/٢.
Imam al khurqi berkata : tidak apa-apa berbuat baik kepada ahli
mayyit dg makanan yg dikirimkan kepada mereka,bukannya berbuat baiknya mereka
ahli mayyit dg makanan kepada manusia(syarh azzarkasyi 2/357)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar