Sabtu, 27 Desember 2014

syubhat ahlul bid'ah : tahlilan imam nawawi al bantani




Syubhat : Syeikh Nawawi al Bantani (wafat tahun 1316 H) dalam kitab Nihayatuzzain halaman 281, cetakan al Ma'arif, menerangkan:
وَالتَّصَدُّقُ عَنِ الْمَيِّتِ بِوَجْهٍ شَرْعِيٍّ مَطْلُوْبٌ وَلَا يَتَقَيَّدُ بِكَوْنِهِ فِيْ سَبْعَةِ أَيَّامٍ أَوْ أَكْثَرَ أَوْ أَقَلَّ وَتَقْيِـِيْدُهُ بِبَعْضِ الْأَيَّامِ مِنَ الْعَوَائِدِ فَقَطْ كَمَا أَفْتَى بِذَلِكَ السَّيِّدُ أَحْمَدُ دَحْلَانُ ، وَقَدْ جَرَتْ عَادَةُ النَّاسِ بِالتَّصَدُّقِ عَنِ الْمَيِّتِ فِيْ ثَالِثٍ مِنْ مَوْتِهِ وَفِيْ سَابِعٍ وَفِيْ تَمَامِ الْعِشْرِيْنَ وَفِي الْأَرْبَعِيْنَ وَفِي الْمِائَةِ، وَبَعْدَ ذَلِكَ يُفْعَلُ كُلَّ سَنَةٍ حَوْلاًً فِيْ يَوْمِ الْمَوْتِ كَمَا أَفَادَهُ شَيْخُنَا يُوْسُفُ السَّنْبَلَاوَيْنِيُّ
Sedekah untuk mayit dengan tuntunan syara' adalah dianjurkan. Sedekah tersebut tidak terikat dengan hari ketujuh atau lebih atau kurang. Adapun mengaitkan sedekah dengan sebagian hari adalah merupakan bagian dari adat saja, sebagaimana apa yang difatwakan oleh Sayyid Ahmad Dahlan. Dan telah berjalan kebiasaan diantara orang-orang yaitu bersedekah untuk mayit pada hari ketiga dari kematiannya dan pada hari ketujuh, dan pada sempurnanya kedua puluh, ke empat puluh dan ke seratus. Setelah itu dilaksanakanlah haul setiap tahun pada hari kematiannya, sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh Yusuf as Sanbalawaini.
Jawab : sedekah sampai ke mayyit sudah jelas hukumnya disyariatkan.namun yg jadi permasalahannya itu dikhususkan hari tertentu,maka perlu dalil shohih untuknya,sebagaimana sholat malam tahajud bagus,namun saat dikhususkan pada malam jum’at apakah nabi meridhoi hal itu.
Soal sedekah yg disyariatkan adalah untuk faqir miskin bukan sembarang orang gak peduli kaya atau pas-pasan yg penting tetangga di beri.sejak kapan memberi kepada orang kaya disebut sedekah.
Apalagi kalau itu memakai harta anak yatim,maka jelas keharamannya.apakah acara mereka itu didanai para kyai,atau baitul mal?mungkin ada yg berkilah itu bukan dari harta anak yatim.kita Tanya,ketika orang berdatangan membawa beras dibawa ke rumah ahli mayyit,milik siapakah beras itu?milik semua ahli mayyit termasuk anak yatim,yg tidak boleh seenaknya kita mensedekahkannya tanpa seizinnya.apalagi ditambah dg kumpul2 untuk makan2 di rumah duka,maka lebih terlarang.seperti dijelaskan dalam imam nawawi pada teks selanjutnya yg terpotong pada halaman yg sama.
أما الطعام الذي يجتمع عليه الناس ليلة دفن الميت المسمى بالوحشة فهو مكروه ما لم يكن من مال الأيتام وإلا فيحرم
Adapun makanan yg manusia berkumpul diatasnya saat malam setelah penguburan mayyit yg disebut wahsyah maka itu dibenci(makruh) saat tidak menggunakan harta anak yatim,kalau tidak maka harom.

عن جرير رضي الله عنه. كنا نعد الاجتماع إلى أهل الميت وصنعهم الطعام بعد دفنه من النياحة

Dari Jabir bin Abdillah Al Bajaliy, ia berkata:”Kami (yakni para Sahabat semuanya) memandang/menganggap bahwa berkumpul di tempat ahli mayit dan membuatkan makanan sesudah dikuburnya mayit termasuk dari bagian meratap.”(HR. Imam Ibnu Majah (no 1612)
حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، عَنْ مَالِكِ بْنِ مِغْوَلٍ، عَنْ طَلْحَةَ، قَالَ: قَدِمَ جَرِيرٌ عَلَى عُمَرَ، فَقَالَ: " هَلْ يُنَاحُ قِبَلُكُمْ عَلَى الْمَيِّتِ ؟ قَالَ: لَا " قَالَ: " فَهَلْ تَجْتَمِعُ النِّسَاءُ عندَكُمْ عَلَى الْمَيِّتِ وَيُطْعَمُ الطَّعَامُ؟ قَالَ: نَعَمْ "، فَقَالَ: " تِلْكَ النِّيَاحَةُ "
Telah menceritakan kepada kami Wakii’, dari Maalik bin Mighwal, dari Thalhah, ia berkata : Jarir mendatangi ‘Umar, lalu ia (‘Umar) berkata : “Apakah kamu sekalian suka meratapi mayit ?”. Jarir menjawab : “Tidak”. ‘Umar berkata : “Apakah diantara wanita-wanita kalian semua suka berkumpul di rumah keluarga mayit dan makan hidangannya ?”. Jarir menjawab : “Ya”. ‘Umar berkata : “Hal itu sama dengan niyahah (meratapi mayit)” [Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 2/487].
Lihatlah ada jenis ratapan secara dzatnya(menampar2 pipi2,dsb) dan ada yg kelihatannya bukan tapi itu dianggap juga sebagai ratapan seperti berkumpul di dirumah rumah keluarga mayit dan makan hidangannya
Atsar Jariir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu tersebut dishahihkan oleh An-Nawawiy dalam Al-Majmuu’ 5/285, Ibnu Katsiir dalam Irsyaadul-Faqiih 1/241, Al-Buushiiriy dalam Zawaaidu Ibni Maajah  hal. 236, Ibnu Hajar Al-Haitamiy dalam Tuhfatul-Muhtaaj 3/207, Asy-Syaukaaniy dalam As-Sailul-Jaraar 1/372, dan yang lainnya
Oleh karena aisyah membuat talbinah setelah para tamu pulang.dalam bukhori muslim:
 فاجتمع لذلك النساء ، ثم تفرقن -إلا أهلها وخاصتها- أمرت ببرمة من تلبينة
Saat  salah seorang ahli keluarga dari istri nabi wafat maka berkumpulah menghibur kemudian saat mereka sudah berpencar,maka istri nabi memerintahkan membuat makanan talbinah
قال الخرقي: و " لا بأس أن يُصلَح لأهل الميت طعام يُبعَث به إليهم، و لا يُصلحون هم طعامًا للناس" شرح الزركشي ٣٥٧/٢.
Imam al khurqi berkata  : tidak apa-apa berbuat baik kepada ahli mayyit dg makanan yg dikirimkan kepada mereka,bukannya berbuat baiknya mereka ahli mayyit dg makanan kepada manusia(syarh azzarkasyi 2/357)

Tidak ada komentar: