Jumat, 10 Juni 2016

Imsak menurut imam syafi'i


Waktu makan sahur Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diterangkan dalam hadits Anas bin Malik berikut ini.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ – رضى الله عنه – أَنَّ نَبِىَّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَزَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ – رضى الله عنه – تَسَحَّرَا ، فَلَمَّا فَرَغَا مِنْ سَحُورِهِمَا قَامَ نَبِىُّ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى الصَّلاَةِ فَصَلَّى . قُلْنَا لأَنَسٍ كَمْ كَانَ بَيْنَ فَرَاغِهِمَا مِنْ سَحُورِهِمَا وَدُخُولِهِمَا فِى الصَّلاَةِ قَالَ كَقَدْرِ مَا يَقْرَأُ الرَّجُلُ خَمْسِينَ آيَةً

“Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu pernah makan sahur. Ketika keduanya selesai dari makan sahur, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk shalat, lalu beliau mengerjakan shalat. Kami bertanya pada Anas tentang berapa lama antara selesainya makan sahur mereka berdua dan waktu melaksanakan shalat Shubuh. Anas menjawab, ‘Yaitu sekitar seseorang membaca 50 ayat (Al-Qur’an).’ (HR. Bukhari no. 1134 dan Muslim no. 1097)
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan bahwa dalil ini menunjukkan disunnahkannya mengakhirkan makan sahur hingga dekat dengan waktu Shubuh. (Syarh Shahih Muslim, 7: 184).

Syubhat:
Imam Syafi’i dalam kitab al Umm juz II halaman 105 berkata:
وأستحب التأني بالسحور ما لم يكن في وقت مقارب يخاف أن يكون الفجر طلع فإني أحب قطعه في ذلك الوقت
Aku menilai sunnah tidak tergesa-gesa dalam bersahur,selagi tidak sampai pada waktu yang mendekati fajar/subuh yang mana dikhawatirkan fajar telah terbit. Sehingga aku senang menghentikan sahur pada saat itu, yaitu sebelum fajar subuh terbit.

Jawab:
Terjemah sebelum fajar itu dari kantong ente sendiri bukan imam asysyafi'i.
Jelas sekali berhenti yaitu saat khawatir fajar shodiq muncul.jadi patokannya munculnya fajar bukan sebelum fajar.

Lebih  jelas lagi lihat perkataan imam asysyafi'i

وأما الشافعي فقال: (إذا أكل وهو يشك في طلوع الفجر صح صومه ولا شيء عليه لأن الأصل بقاء الليل) 
Jika dia makan dalam keadaan ragu munculnya fajar maka sah puasanya dan tidak ada kewajiban sesuatu atasnya, karena hukum asalnya adalah tetapnya waktu malam.
Ini sesuai dg pemahaman para sahabat nabi.
Dari Makhul, beliau mengatakan: Saya melihat Ibnu Umar mengambil seciduk zam-zam (di bawah). Kemudian beliau bertanya kepada dua orang: “Apakah fajar sudah terbit?” Yang satu menjawab: Telah terbit. Yang lain menjawab: Belum. Kemudian Ibnu Umar-pun minum.
 (al-Muhalla, 4: 367)

Tidak ada komentar: