Selasa, 29 Maret 2016

novel ustadz:sandiwara langit

Novel karya ustadz abu umar
Sandiwara langit
ini kisah nyata,itukah islami bukan fiktif
Adalah Rizqaan, seorang pemuda yang “beda” dari kebanyakan pemuda seusianya. Di usianya yang baru menginjak 18 tahun, Rizqaan memilih untuk melepas masa lajangnya (menikah) karena khawatir akan terjerumus kepada perbuatan zina. Dia kemudian berkonsultasi dengan seorang ustadz yang juga merupakan guru spiritualnya tentang hasrat/keinginannya tersebut. Saat ustadz bertanya apakah Rizqaan sudah memiliki calon, rizqaan mengaku menyukai seorang gadis yang lebih muda setahun dari dirinya bernama Halimah. Halimah sendiri berasal dari keluarga yang cukup berada (kaya). Menurut Rizqaan, Halimah adalah wanita sholehah dan Rizqaan yakin dia bisa menjadi istri dan ibu yang baik buat dia dan anak-anaknya kelak.

Permasalahannya kemudian adalah orangtua Halimah kurang setuju menikahkan putri mereka ke pemuda yang belum jelas pekerjaannya. Tapi karena Rizqaan kekeuh dan Halimah sendiri juga mau diperistri olehnya, akhirnya orangtua Halimah menyetujui pernikahan tersebut dengan satu syarat. Rizqaan diberi waktu 10 tahun untuk bisa membuktikan dia mampu membahagiakan Halimah dan memberikan Halimah kehidupan yang “layak” (layak menurut  orangtua Halimah adalah berkecukupan sesuai standartnya). Rizqaan menyetujui persyaratan tersebut dan pernikahanpun berlangsung.

Setelah menikah, kehidupan rumah tangga mereka berjalan dengan baik. Meski berasal dari keluarga yang berkecukupan, Halimah bisa menerima kondisi Rizqaan dan pintar berhemat. Mereka benar-benar memulai dari nol. Rizqaan bekerja sebagai penjual roti dan Halimah menjadi ibu rumah tangga. Tapi kehidupan benar-benar seperti roda. Karena kesungguhannya dalam mencari nafkah, dari berjualan roti Rizqaan mulai berfikir untuk membuat roti. Usaha tersebut berkembang pesat hingga akhirnya sedikit demi sedikit kehidupan mereka mulai berubah. Rizqaan sukses dengan usaha rotinya. Kehidupa mereka juga menjadi lebih “layak”.


Ujian akhirnya datang tepat sehari sebelum masa “perjanjian pernikahannya” dengan Halimah berakhir. Pabrik rotinya terbakar. Rumahnya juga ikut terbakar. Semua harta bendanya ludes terbakar. Rizqaan benar-benar terpukul. Dia harus kehilangan Ayah yang tewas dalam kebakaran, Ibu yang dirawat di rumah sakit akibat luka bakar dan Mertua yang menuntutnya untuk menceraikan Halimah karena 10 tahun yang dijanjikan ternyata Rizqaan tidak bisa memberikan hidup yang “layak” buat istrinya.
                                                                                ***

Gitu kelar baca gak sadar air mata udah ngucur gitu aja. Beneran nangis. Sempat mikir kok sampe segitunya perjalanan hidup Rizqaan neh. Dengan segala permasalahan yang dihadapinya, dia tetap bisa bersyukur, bersabar dan tetap semangat menjalani hidupnya.
 
Ada satu bagian di dalam buku yang noted banget, yaitu bagian saat Rizqaan harus menceraikan Halimah, bagian di mana aku mulai mewek saat mebacanya.

"Di hadapan Allah. Atas dasar ketaatan kita kepadaNya. Dengan harapan Allah akan memperjumpakan kita di surga kelak dalam sejuta keindahan yang melebihi segala yang pernah kita rasakan berdua. Atas dasar cinta kasih kita yang suci. Atas dasar kepedihan hati yang mendalam, yang hanya Allah yang mengetahuinya, saya menalakmu adinda"

Meski talak adalah hal yang sangat dibenci Allah, tapi itu adalah bahasa talak yang sangat indah yang pernah aku dengar.


Buku ini selain sarat dengan nasihat dan penuh inspirasi juga diperkuat dengan dalil-dalil dari Al-Quran. Bahasa yang digunakan penulis sangat indah, meski cerita disampaikan dengan cara yang cepat. Jika ditulis seperti novel kebanyakan di mana karakter masing-masing tokoh digambarkan dengan detail, deskripsi latar dan lokasi yang sangat jelas dan  konflik yang diramu sedemikian rupa sehingga memancing emosi pembaca, mungkin cerita ini tidak akan selesai dalam 212 halaman. Tapi meskipun begitu, aku rasa penulis sangat piawai dalam mengolah kata menjadi kalimat-kalimat yang sangat indah sehingga meski tempo cerita disampaikan dengan sangat cepat, toh ada pembaca dalam testimoninya mengaku menangis membaca cerita ini.

Ini adalah kisah nyata. Diceritakan kembali ke pembaca oleh Ustadz yang menjadi guru spiritual Rizqaan dengan menyamarkan nama para tokoh di dalamnya. Sebuah kisah hidup yang sarat makna, yang mengajarkan sebuah kedewasaan dalam berfikir dan bertindak. Kisah hidup yang mengajarkan kesabaran dan kesungguhan dalam menjalani hidup di sela-sela rentetan permasalahan yang dapat menggoyahkan keimanan.
Mau tahu lebih dalam
Pesan via WA: 085695008291

Tidak ada komentar: