(Bagian terakhir dari tiga tulisan)
Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan beberapa
poin sanggahan atas pendapat yang mengatakan bahwa umur umat Islam
adalah 1400-1500 tahun, dan masih tersisa satu pendapat lagi yang belum
disanggah, yaitu pendapat As-Suyuti rahimahullah.
Setelah merujuk ke kitab As Suyuti, ternyata
atsar-atsar yang menjadi pijakan As-Suyuti hingga mengatakan bahwa Allah
menangguhkan umat Islam sampai lebih dari 1000 tahun, dan lebihnya
tidak akan lebih dari 500 tahun (alias maksimal umur umat ini adalah
1500 tahun), semuanya adalah atsar-atsar yang tergolong dha’if.
Sementara atsar sahabat yang sahih dalam bab ini, menurut para ulama
sumbernya adalah dari ahli kitab. Kesimpulannya, semua atsar ini tidak
bisa jadi pijakan dalam masalah yang sangat vital seperti ini.
Oleh karenanya, pendapat As-Suyuti tersebut dibantah oleh As-Shan’ani dalam risalahnya yang berjudul كم الباقي من عمر الدنيا؟ (Berapa Sisa Umur Dunia?). As-Shan’ani menyebutkan atsar-atsar yang menjadi pijakan As-Suyuti, yaitu:
1. Atsar Abdullah bin Amru bin Ash yang berbunyi:
يبقى الناس بعد طلوع الشمس من مغرهبا مائة وعشرين سنة
“Setelah matahari terbit dari Barat, manusia akan tetap eksis selama 120 tahun“.
2. Bahwasanya Isa Al-Masih akan tetap hidup selama 40 tahun setelah membunuh Dajjal.
3. Kemudian setelah itu Isa akan menggantikan kepemimpinan seorang lelaki dari Bani Tamim selama 3 tahun.
4. Dan bahwasanya manusia akan tetap hidup 100 tahun
setelah Allah mengirim angin baik yang mencabut ruh setiap mukmin, akan
tetapi mereka yang masih hidup tersebut tidak mengenal agama apa pun.
Setelah menyebutkan atsar-atsar tadi, As-Shan’ani lantas berkata:
فهذه مئتان وثلاث وستون
سنة، ونحن الآن في قرن الثاني عشر، ويضاف إليه مئتان وثلاث وستون سنة،
فيكون الجميع أربعة عشر مئاة وثلاث وستون، وعلى قوله إنه لا يبلغ خمسمئة
سنة بعد الألف، يكون منتهى بقاء الأمة بعد الألف: أربعمئة وثلاث وستين سنة، يتخرج منه أن خروج الدجال –أعاذنا الله من فتنته– قبل انخرام هذه المئة التي نحن فيها!
“Berarti, total temponya ialah 263 tahun, sedangkan
kita saat ini berada pada abad ke-12 hijriyah, yang bila ditambah 263
tahun, berarti totalnya 1463 tahun. Dan menurut pendapat As-Suyuti yang
mengatakan, ‘Bahwa penangguhan umur umat islam tidak lebih dari 500
tahun setelah berlalu seribu tahun,’ berarti batas akhir eksistensi umat
Islam setelah melalui 1000 tahun, adalah 463 tahun. Kesimpulannya,
keluarnya Dajjal –semoga Allah melindungi kita darinya– adalah sebelum
abad ke-12 H ini berakhir!”1
Jadi, ternyata atsar-atsar yang dijadikan pijakan
oleh As-Suyuti untuk menentukan batas umur umat Islam maksimal adalah
1500 tahun itu memiliki kalkulasi yang berbeda. Sebabnya, 1500 tahun itu
masih dikurangi peristiwa-peristiwa berikut:
1. Tempo 120 tahun setelah matahari terbit dari barat.
2. Tempo 40 tahun dari keberadaan Isa Al-Masih setelah terbunuhnya Dajjal.
3. Tempo 3 tahun ketika Isa menggantikan kepemimpinan seorang lelaki Bani Tamim.
4. Tempo 100 tahun setelah semua orang beriman diwafatkan melalui berhembusnya angin baik.
Totalnya dari data di atas ialah 120 + 40 + 3 + 100 =
263 tahun. Kesimpulannya, umur umat Islam harus berakhir setelah
melalui (1500 – 263 =) 1237 tahun. Dengan kata lain, semua peristiwa
besar tadi mestinya telah muncul pada tahun 1237 H menurut kalkulasi
As-Suyuti (yang ternyata tidak terjadi)!
Dari sini saja terbukti betapa rancunya pendapat
tersebut, apalagi jika dilihat dari banyaknya tanda-tanda hari kiamat
yang belum muncul, seperti jazirah Arab kembali menghijau dan dialiri
sungai-sungai. Ini pun bukan sesuatu yang bersifat temporer, melainkan
menjadi ciri dominan bagi jazirah Arab. Dan kita lihat sampai sekarang
hal itu belum terwujud.
Demikian pula tentang kaya rayanya umat Islam
sehingga seseorang tidak lagi mendapati orang yang mau menerima
sedekahnya. Demikian pula tentang kembalinya paganisme di jazirah Arab,
penyembahan terhadap berhala-berhala Latta dan ‘Uzza dan semisalnya yang
dahulu pernah disembah.
Demikian pula perang besar antara kaum muslimin
dengan Yahudi hingga orang-orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan
pohon, lalu batu dan pohon tersebut memanggil kaum muslimin, “Yaa Muslim (hai orang islam)… Yaa ‘Abdallaah (hai hamba Allah), ini ada orang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemari dan bunuhlah dia!” Dan panggilan ini (Yaa Muslim ataupun Yaa ‘Abdallah)
menunjukkan betapa Islam telah mewarnai kaum muslimin, serta
peribadatan kepada Allah semata (tauhid) juga telah mendominasi kaum
muslimin. Sebabnya, hakikat Islam adalah tauhid dan panggilan tersebut
adalah pengakuan atas keislaman kaum muslimin hari itu2.
Kalau kita lihat hari ini semua hal tersebut masih
jauh dari kenyataan mengingat syirik masih mendominasi umat yang mengaku
muslim hari ini. Entah perlu berapa lama lagi untuk mewujudkan Islam
dan tauhid yang sebenarnya di tengah-tengah umat. Wallaahu a’lam.
Penulis: Dr. Sufyan bin Fuad Baswedan, MA.
Doktor Ilmu Hadits dari Universitas Islam Madinah, KSA.
Solo, 29 Jumada Tsaniyah 1437 H, bertepatan dengan 7 Maret 2016 M.
Referensi:
-
Kitab (الإفحام لمن زعم انقضاء عمر أمة الإسلام), Abdul Hamid Hindawi.
-
Risalah (كم الباقي من عمر الدنيا؟) Ash Shan’ani.
-
Shahih Bukhari.
-
Fathul Baari, Ibnu Rojab Al Hambaly.
-
Fathul Baari, Ibnu Hajar Al Asqalani.
-
(كتب ورسائل الشيخ ابن عثيمين 8/117) Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin.
2
Disusun ulang dari penjelasan Asy Syaikh Al ‘Allaamah Muhammad bin
Shalih Al ‘Utsaimin ketika ditanya tentang bagaimana kaum muslimin dapat
merebut kembali Palestina dari tangan yahudi, dapat dilihat di: (كتب ورسائل الشيخ ابن عثيمين 8/117).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar