Rabu, 07 Desember 2016

12 rabi'ul awwal hari berkabung ???

syubhat : 
MELAWAN KELOMPOK GAGAL FAHAM
Bulan ini kita memasuki bulan Rabiul Awal, bulan di mana mayoritas umat Islam di seluruh dunia bersukacita merayakan hari kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan seperti biasanya, pada bulan seperti ini kelompok yang gagal faham selalu mencari-cari alasan untuk melemahkan semangat kaum Muslimin merayakan hari kelahiran baginda.
Menurut kelompok yang gagal faham tersebut, pada bulan Rabiul Awal ini, selain merupakan hari kelahiran, juga sekaligus hari wafatnya baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena itu, menurut kelompok gagal faham ini, sudah sewajarnya pada bulan ini umat Islam tidak bersukacita dengan hari lahirnya baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan justru berkabung dengan wafatnya baginda.
Tentu saja alasan kelompok gagal faham ini tidak sesuai dengan kaedah yang berlaku dalam ajaran agama. Islam lebih menekankan merayakan kesyukuran atas suatu karunia dan kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah, daripada meratapi musibah yang telah terjadi.
Sebagai contoh, hari Jumat adalah hari diciptakannya Nabi Adam ‘alaihissalam, bapak umat manusia, dan sekaligus hari wafatnya Nabi Adam ‘alaihissalam. Islam justru menjadikan hari Jumat sebagai hari raya bagi umat Islam, bukan hari berkabung.
Hari Asyura adalah hari selamatnya Nabi Musa ‘alaihissalam bersama kaumnya dari kejaran Raja Fir’aun dan bala tentaranya, sekaligus hari syahidnya Sayyidina Husain bin Ali radhiyallaahu ‘anhuma di Karbala oleh tentara Yazid bin Muawiyah. Islam menjadikan hari Asyura sebagai hari raya bagi umat Islam dengan dianjurkannya berpuasa sebagai rasa syukur atas selamatnya Nabi Musa ‘alaihissalam. Para ulama fuqaha justru mencela sebagian umat Islam, yaitu Syiah, yang menjadikian hari Asyura sebagai hari berkabung atas gugurnya Sayyidina Husain ‘alaihissalam.
Seandainya hari wafatnya seorang yang besar harus dijadikan hari berkabung, tentu setiap hari kita akan berkabung, karena dalam hari-hari yang telah berlalu, pasti ada seorang nabi atau kekasih Allah yang wafat pada hari tersebut. Wallahu a'lam.

jawab : hehe..betapa lucu gaya berfikirnya ahli bid'ah ini..salafi tidak pernah menganjurkan berkabung atas hari atau tanggal wafat nabi.. namun semua dikembalikan ke syariat dengan dalil shohih bukan rekaan semata.

Ada pendapat bahwa tanggal 12 Rabi’ul awwal tidak shahih
Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu,
وقد حقق بعض الفلكيين المتأخرين ذلك; فكان في اليوم التاسع لا في اليوم الثاني عشر.
“Sebagian ahli falak belakangan telah meneliti tentang tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ternyata jatuh pada tanggal 9 Rabi’ul Awal, bukan 12 Rabi’ul Awal.” [Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitab Tauhid 1/238,  Darul Aqidah, Koiro, 1425 H]

Berkata ulama ahli sejarah Ibnu Katsir rahimahullahu mengenai atsar berikut,
عَنْ جَابِرٍ وَابْنِ عَبَّاسٍ. قَالَا: وُلِدَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَامَ الْفِيلِ
يَوْمَ الِاثْنَيْنِ الثَّانِيَ عَشَرَ مِنْ رَبِيعٍ الْأَوَّلِ وَفِيهِ بعث، وفيه عرج به إلى السماء،
وفيه هَاجَرَ، وَفِيهِ مَاتَ. فِيهِ انْقِطَاعٌ
“Dari Jabir dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun Gajah, hari senin, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, dan pada tanggal tersebut diutus menjadi nabi, melakukan isra’ ke langit, berhijrah dan meninggal. Sanadnya terputus [Al-Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir 3/135, Dar Ihya’ At-Turats, 1408 H, Asy-Syamilah]

Ikhtilaf ulama mengenai tanggal lahir Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Berkata Ibnu Rajab Al-Hambali rahimahullahu,
ثم اختلفوا فقيل: لليلتين خلتا منه وقيل: لثمان خلت منه وقيل: لعشر
وقيل: لاثنتي عشرة وقيل: لسبع عشرة وقيل: لثماني عشرة
“kemudian para ulama berselisih [mengenai tanggal kelahiran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam], dikatakan tanggal 2 Rabi’ul Awwal, tanggal 8 Rabi’ul Awwal, tanggal 10 Rabi’ul Awwal, tanggal 12 Rabi’ul Awwal, tanggal 17 Rabi’ul Awwal, dan tanggal 18 Rabi’ul Awwal” [Lathaa’iful Ma’aarif hal. 93, Dar Ibnu Hazm, cet. Ke-1, 1424 H, Asy-Asyamilah]

Berkata Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu,
أن هؤلاء الذين يحتفلون بمولد النبي صلى الله عليه وسلم لا يقيدونه بيوم الاثنين،
بل في اليوم الذي زعموا مولده فيه
“Mereka berselisih mengenai waktu kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam , perselisihan tidak hanya terbatas mengenai hari senin saja, bahkan mereka juga berselisih pada tanggal yang mereka sangka sebagai tanggal kelahiran beliau” [Al-Qaulul Mufid ‘ala Kitab Tauhid 1/238,  Darul Aqidah, Koiro, 1425 H]

Ada klaim kesepakatan ulama tanggal wafat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Perlu diketahui bahwa pendapat tanggal kematian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang mengklaim bahwa disepakati yaitu 12 Rabi’ul Awwal. Para ulama berusaha mencari tanggal pastinya Karena ada kepentingan syariat di sana, yaitu sejak tanggal tersebut terputuslah wahyu sehingga jika ada klaim turun wahyu setelah tanggal tersebut maka tertolak. Walaupun ada ikhtilaf juga dalam hal ini. Berbeda dengan tanggal kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang tidak ada kepentingan syariat pada tanggal tersebut.

Berkata ahli sejarah Ibnu Hisyam rahimahullahu,
واتفقوا أنه توفي – صلى الله عليه وسلم – يوم الاثنين … قال أكثرهم
في الثاني عشرمن ربيع ولا يصح أن يكون توفي صلى الله عليه وسلم إلا في الثاني
من الشهرأو الثالث عشر أو الرابع عشر أو الخامس عشر لإجماع المسلمين
على أن وقفة عرفة في حجة الوداع كانت يوم الجمعة وهو التاسع من ذي الحجة
“Para Ulama bersepakat bahwa Nabi  shallallahu ‘alaihi wa sallam  wafat pada hari senin… Mayoritas mereka berkata: pada tanggal dua belas Rabiul Awal. Dan tidak shahih tentang tanggal wafatnya kecuali pada hari kedua atau ketiga belas, atau keempat belas, atau kelima belas, karena sudah disepakati bahwa wuquf di arafah pada haji wada’ terhadap pada hari Jum’at, yaitu hari kesembilan bulan Dzulhijjah… “ [Ar-Raudh al-Anfu Syarhu Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam karya Imam as-Suhaili 4/439, Asy-Syamilah].

Tidak ada komentar: