Selasa, 17 Januari 2017

Pembagian bid'ah agama dan bahasa oleh salafi itu bid'ah juga..

Syubhat : Definisi bid’ah yang dikemukakan oleh kaum Salafi & Wahabi adalah bid’ah. Sebab, Rasulullah atau para Shahabat beliau tidak pernah memberikan definisi tentang bid’ah seperti yang mereka buat, yaitu: “”Sesuatu yang diada-adakan di dalam masalah agama yang menyelisihi apa yang ditempuh Nabi  dan para Sahabatnya, baik berupa akidah ataupun amal”. Dalam pengertian lain definisi itu berbunyi, “Perkara baru di dalam agama yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para Shahabat beliau.” Mereka juga mengklasifikasi bid’ah itu menjadi beberapa bagian dengan pembagian yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah dan para Shahabat beliau . Jadi, mereka menolak bid’ah, tapi mereka sendiri melakukan bid’ah. Aneh, kan?

Jawab : sungguh lucunya logika ahli bid'ah.padahal cukup kita berfikir sederhana saja sudah faham..bid'ah dalam bahasa jelas ada karena nabi dan para sahabat bahasanya bahasa arab.begitu juga bid'ah dalam agama jelas ada karena nabi adalah pembawa syariat agama.
namun ahli bid'ah tetap gagal paham.
pembagian semacam ini sudah sangat masyhur di kalangan para ulama'
seperti dinyatakan oleh syaikh al mubarokfuriy dalam kitab muro'ah al mafatih 1/236

قوله: (من أحدث في أمرنا هذا) أي في شأننا وطريقنا، فالأمر واحد الأمور، أطلق على الدين من حيث أنه طريقه وشأنه الذي يتعلق به، أو في ما أمرنا به بالوحي المتعبد بتلاوته، أو بالوحي الذي ليس بقرآن، فالأمر واحد الأوامر، أطلق على المأمور به، والمراد الشرع والدين كما وقع في بعض الروايات: من أحدث في ديننا. قيل: عبر عن الدين بالأمر تنبيهاً على أن هذا الدين هو أمرنا الذي نهتم له ونشتغل به، بحيث لا يخلو عنه شيء من أقوالنا وأفعالنا وأحوالنا.

Penjelasan beliu juga selaras denga pernyataan Syaikh Ibnu Rajab al-Hambali sebagai berikut:

والمراد بالبدعة ما احدث مما لا اصل له في الشريعة يدل عليه فاما ما كان له اصل من الشرع يدل عليه فليس ببدعة شرعا وان كان بدعة لغة

Artinya: Bid’ah ialah suatu pembaharuan yang tidak ada dalil sama sekali dari syariat yang membenarkannya, adapun pembaruan yang ada dalil dari syariat maka tidak disebut bid’ah menurut istilah syariat meskipun disebut bid’ah menurut loghat.[Imam Ibnu Rajab, Jami’ al-‘Ulum wa al-Hikam (al-Maktabah asy-Syamilah), Jild. I, hal. 266]

Ibnu Rajab mengatakan, ucapan Umar : “Sebaik-baik bid’ah adalah ini”, adalah bid’ah menurut LUGHOWI (menurut bahasa). (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2:128).

Ibnu Hajar Al Asqolani, seorang ulama besar bermadzhab Syafi’iy, beliau rahimahullaah juga menjelaskan : “Maka bid’ah menurut istilah syari’at adalah tercela, berbeda dengan pengertian bahasa karena bid’ah secara bahasa adalah segala sesuatu yang dibuat-buat tanpa ada contoh sebelumnya baik terpuji maupun tercela.” [Lihat Fathul Bari,13:253].

Ibnu Katsir Rahimahullah, seorang Ahli Tafsir paling terkemuka, mengatakan :
Dan bid’ah lughowiyah (menurut bahasa) seperti perkata’an umar bin Khatab ketika mengumpulkan manusia untuk sholat tarawih : ”Inilah sebaik-baiknya bid’ah”. [Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’anil ‘Adziem 1/223. Cet. Maktabah taufiqiyah, Tahqiq Hani Al Haaj].

Tidak ada komentar: