Pertama, keterangan Abu Qilabah,
كُنَّا فِي جِنَازَةٍ، فَرَفَعَ نَاسٌ مِنَ الْقُصَّاصِ أَصْوَاتَهُمْ فَقَالَ أَبُو قِلَابَةَ: «كَانُوا يُعَظِّمُونَ الْمَيِّتَ بِالسَّكِينَةِ»
“Kami pernah menghadiri prosesi jenazah. Tiba-tiba ada tukang cerita yang menyampaikan cerita dengan suara keras. Abu Qilabah mengatakan, ‘Para sahabat memuliakan jenazah dengan tenang (menghindarkan suara keras)’.” (HR. Ibn Abi Syaibah, no. 11200).
Abu Qilabah adalah salah seorang ulama tabi’in. Dalam kasus di atas, beliau menceritakan kebiasaan di zaman sahabat yang pernah beliau jumpai untuk mengingatkan sikap buruk yang dilakukan oleh mereka yang tidak memahami kebiasaan baik para sahabat.
Kedua, keterangan dari Qais bin Abbad
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْتَحِبُّونَ خَفْضَ صَوْتٍ عِنْدَ ثَلَاثٍ: عِنْدَ الْقِتَالِ، وَعِنْدَ الْقُرْآنِ، وَعِنْدَ الْجَنَائِزِ
Para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menyukai sikap tenang dalam 3 hal: ketika perang, ketika mendengar Alquran dan ketika menghadiri jenazah. (HR. Ibn Abi Syaibah, no. 11201)
Ketiga, keterangan Hasan al-Bashri,
أَدْرَكْتُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يستحِبُّونَ خَفْضَ الصَّوْتِ عِنْدَ الْجَنَائِزِ، وَعِنْدَ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَعِنْدَ الْقِتَالِ وَبِهِ نَأْخُذُ
Aku menjumpai para sahabat Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka menyukai suara pelan ketika menghadiri jenazah, ketika ada bacaan Alquran, dan ketika perang. Dan itulah prinsip yang saya pegangi. (HR. Abdurrazaq dalam Mushannaf, no. 6281)
Keempat, Keterangan dari al-Aswad bin Syaiban
كَانَ الْحَسَنُ فِى جَنَازَةِ النَّضْرِ بْنِ أَنَسٍ فَقَالَ أَشْعَثُ بْنُ سُلَيْمٍ الْعِجْلِىُّ : يَا أَبَا سَعِيدٍ إِنَّهُ لَيُعْجِبُنِى أَنَّ لاَ أَسْمَعُ فِى الْجَنَائِزِ صَوْتًا فَقَالَ : إِنَّ لِلْخَيْرِ أَهْلِينَ
Hasan al-Bashri pernah menghadiri jenazah an-Nadhr bin Anas. Tiba-tiba Asy’ats bin Sulaim al-Ijli bertanya, “Wahai Abu Said, saya sangat suka, ketika tidak terdengar suara apapun pada saat menghadiri jenazah.” Hasan al-Bashri mengatakan: “Sesungguhnya setiap kebaikan ada yang melaksanakannya.”
Maksudnya: Kebiasaan diam ketika jenazah merupakan satu kebaikan yang telah dilaksanakan para sahabat dan tabiiin yang baik.
Semua riwayat di atas menunjukkan larangan adanya suara keras ketika proses pengurusan jenazah. Termasuk dalam hal ini adalah memutar kaset qiraah atau murattal Alquran dengan menggunakan pengeras suara. Di sebagian masyarakat, suara qiraah dan murattal Alquran telah menjadi penanda adanya kematian. Allahu al-Musta’an, sejak kapan Allah menurunkan Alquran untuk tanda adanya kematian??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar