Senin, 12 September 2016

Belajar ilmu sama ustadz terkenal saja?


حدثنا أحمد بن قاسم وسعيد بن نصر قالا : حدثنا قاسم بن أصبغ، نا محمد بن إسماعيل الترمذي، نا نعيم، نا ابن المبارك، أخبرنا ابن لهيعة، عن بكر بن سوادة، عن أبي أمية الجمحى أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: ( إن من اشراط الساعة ثلاثا: إحداهن أن يلتمس العلم عند الاصاغر).

قال نعيم : قيل لابن المبارك : من الاصاغر ؟ قال: الذين يقولون برأيهم فأما صغير يروى عن كبير فليس بصغير.

وذكر أبو عبيد في تأويل هذا الخبر عن ابن المبارك انه كان يذهب بالاصاغر إلى أهل البدع ولا يذهب إلى السن.

قال أبو عبيد: وهذا وجه. قال أبو عبيد: والذي أرى أنا في الاصاغر أن يؤخذ العلم عمن كان بعد أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم، فذاك اخذ العلم عن الاصاغر.

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Qaasim dan Sa’iid bin Nashr, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Qaasim bin Ashbagh : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ismaa’iil At-Tirmidziy : Telah menceritakan kepada kami Nu’aim : Telah menceritakan kepada kami Ibnul-Mubaarak : Telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Bakr bin Sawaadah, dari Abu Umayyah Al-Jumahiy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda hari kiamat ada tiga macam yang salah satunya adalah diambilnya ilmu dari Al-Ashaaghir (orang-orang kecil)”.

Nu’aim berkata : Dikatakan kepada Ibnul-Mubaarak : “Siapakah itu Al-Ashaaghir ?”. Ia menjawab : “Orang yang berkata-kata menurut pikiran mereka semata. Adapun seorang yang kecil yang meriwayatkan hadits dari orang yang tua, maka ia bukan termasuk golongan Ashaaghir itu”.

Abu ‘Ubaid menyebutkan tentang penafsiran hadits ini dari Ibnul-Mubaarak, maka ia berpendapat bahwa maksud Al-Ashaaghir itu adalah para ahli bid’ah; dan ia tidak berpendapat tentang makna tersebut berkaitan dengan usia (muda).

Abu ‘Ubaid berkata : “Ini adalah satu sisi pendapat. Adapun pendapatku tentang makna Al-Ashaaghir adalah diambilnya ilmu dari orang-orang setelah shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Maka di situlah makna ilmu diambil dari Al-Ashaaghir”.[Hadits hasan. Diriwayatkan oleh Ibnul-Mubaarak dalam Az-Zuhd (61) dan darinya Abu ‘Amr Ad-Daaniy dalam Al-Fitan (2/62), Al-Laalikaaiy dalam Ushuul I’tiqaad Ahlis-Sunnah (1/102), Ath-Thabaraniy dalam Al-Kabiir (22/908/362), Al-Harawiy dalam Dzammul-Kalaam (2/137), Al-Haafidh ‘Abdul-Ghaniy Al-Maqdisiy dalam Al-‘Ilm (2/16), dan Ibnu Mandah dalam Al-Ma’rifah (2/220/a); dari Ibnul-Mubaarak, dari Ibnu Lahi’ah yang selanjutnya sebagaimana sanad di atas.

Al-Haitsamiy berkata dalam Al-Majma’ (1/135) : “Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraniy dalam Al-Ausath dan Al-Kabiir, dan dalam sanadnya terdapat Ibnu Lahi’ah, seorang perawi dla’iif”.

Begitulah yang dikatakan Al-Haitsamiy rahimahullah. Ini keliru, sebab hadits ini merupakan hadits Ibnu Lahi’ah yang diriwayatkan oleh Al-‘Abaadilah – dimana Ibnul-Mubaarak salah satu dari keempat ‘Abaadilah tersebut. Riwayat Al-‘Abaadilah dari Ibnu Lahi’ah adalah diterima sebagaimana telah dimaklumi, karena mereka meriwayatkan darinya sebelum kitabnya terbakar.]
sependek pengetahuan saya tidak ada yang mengartikan orang-orang kecil dengan yang tidak terkenal

Tidak ada komentar: