Sabtu, 19 April 2014

syubhat mbah idrus pecinta kijing wali



dalil mereka : وَقَالَ خَارِجَةُ بْنُ زَيْدٍ رَأَيْتُنِي وَنَحْنُ شُبَّانٌ فِي زَمَنِ عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَإِنَّ أَشَدَّنَا وَثْبَةً الَّذِي يَثِبُ قَبْرَ عُثْمَانَ بْنِ مَظْعُونٍ حَتَّى يُجَاوِزَهُ

“Kharijah bin Zaid berkata: “Aku melihat diriku, ketika kami masih muda pada masa Utsman radhiyallahu ‘anhu, bahwa orang yang paling kuat lompatannya di antara kami, adalah dia yang mampu melompat makamnya Utsman bin Mahz’un, hingga melewatinya.” (HR. al-Bukhari dalam Shahih-nya [1360]).
JAWAB :
1)dari segi sanad :
ada perawi ibnu ishaq yg dikatakan oleh adzdzahabi di al mizan :yang nampak bagiku hasanul hadits,sholihul hal,shoduq,tapi jika bersendirian maka didalamnya ada nakaroh,dan dalam hafalannya ada sesuatu,para imam berhujjah dengannya(mizanul i'tidal 3/475,al bajawi)sedang dia bersendirian.
dan juga يحيى بن عبد الله الأنصاري perawi majhul,seperti disebutkan al bukhori dalam attarikh al kabir (8/284) dan ibnu abi hatim dalam kitab jarh wa ta'dil (9/162) adapun penyebutan ibnu hibban dalam atstsiqqoot bukanlah tautsiq yg mu'tabar karena beliau banyak menyebut perowi majhul didalamnya.
adapun penyebutan oleh bukhori dalam shohihnya secara mu'allaq tidaklah serta merta menjadi shohih seperti yg sudah ma'ruf dikalangan ahli hadits.
adapun perkataan ibnu hajar : وَصَلَهُ الْمُصَنِّف فِي " التَّارِيخ الصَّغِير " مِنْ طَرِيق اِبْن إِسْحَاق
kalau kita kita perhatikan tidak tashih kepada riwayat ini.
2) kalau kita baca sejarah hidup khorijah dalam tahdzibut tahdzib :
berkata ibnu namir dan amru ibn ali bahwa khorijah wafat 99 H,berkata ibnu madini: beliau wafat 100 H (tahdzibut tahdzib 3/75)
katakanlah beliau wafat akhir 99 H,dalam tarikh ibn 'asakir disebutkan ketika wafat umur beliau 70 tahun, seperti itu juga disebutkan ibnu kholkan (5/202)
jadi beliau lahir 29 H.
sedangkan utsman meninggal 7 dzulhijjah 35 H,maka umur khorijah saat itu adalah 6 tahun,jadi sangat janggal kalau dikatakan dalam riwayat شُبَّانٌ
para pemuda
wal hasil riwayat ini lemah
kalaupun benar misalkan.maka tidak ada indikasi sama sekali bahwa diatas kuburnya ada bangunannya kemudian dilompati,tapi yang nampak adalah melompati batu nisan beliau saja atau karena lebarnya.seperti yang jelas dalam riwayat lain yg shohih,apalagi beliau termasuk fuqoha' sab'ah mana mungkin kuburan dibuat lompat2an justru ketika muda beliau sibuk dengan ilmu.

عَنْ كَثِيرِ بْنِ زَيْدٍ الْمَدَنِىِّ عَنِ الْمُطَّلِبِ قَالَ لَمَّا مَاتَ عُثْمَانُ بْنُ مَظْعُونٍ أُخْرِجَ بِجَنَازَتِهِ فَدُفِنَ أَمَرَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلاً أَنْ يَأْتِيَهُ بِحَجَرٍ فَلَمْ يَسْتَطِعْ حَمْلَهُ فَقَامَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَحَسَرَ عَنْ ذِرَاعَيْهِ – قَالَ كَثِيرٌ قَالَ الْمُطَّلِبُ قَالَ الَّذِى يُخْبِرُنِى ذَلِكَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ – كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِ ذِرَاعَىْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ حَسَرَ عَنْهُمَا ثُمَّ حَمَلَهَا فَوَضَعَهَا عِنْدَ رَأْسِهِ وَقَالَ « أَتَعَلَّمُ بِهَا قَبْرَ أَخِى وَأَدْفِنُ إِلَيْهِ مَنْ مَاتَ مِنْ أَهْلِى ».



“Dari Katsir bin Zaid al-Madani, dari al-Muththalib berkata: “Ketika Utsman bin Mzh’un meninggal, jenazahnya dikeluarkan, lalu dimakamkan, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh seorang laki-laki membawakan sebuah batu besar. Ternyata laki-laki tersebut tidak mampu mengangkatnya. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi batu tersebut, lalu membuka kedua lengannya. Katsir berkata: “Al-Muththalib berkata: “Telah berkata orang yang mengabarkan hal itu dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: “Seakan-akan aku melihat putihnya kedua lengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika membuka keduanya, kemudian membawa batu itu, lalu menaruhnya di kepala kuburan itu dan beliau bersabda: “Aku tandai dengan batu itu, kuburan saudaraku, dan aku akan menguburkan keluargaku yang meninggal ke situ.” (HR. Abu Dawud [1641], Ibnu Majah [1651], Ibnu Abi Syaibah (3/334) dan al-Baihaqi (3/412).


Jaabir bin ‘Abdillah radliyallaahu ‘anhu berkata :
نَهَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُجَصَّصَ الْقَبْرُ، وَأَنْ يُقْعَدَ عَلَيْهِ، وَأَنْ يُبْنَى عَلَيْهِ
“Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah melarang kubur untuk dikapur, diduduki, dan dibangun sesuatu di atasnya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim no. 970, Abu Daawud no. 3225, At-Tirmidziy no. 1052, An-Nasaa’iy no. 2027-2028
jadi pendalilan memakai atsar khorijah adalah pembenaran yg dipaksakan semata

Tidak ada komentar: