suatu kali, Rasulullah SAW terpaksa berutang untuk memenuhi beberapa keperluannya. Beliau berutang kepada seorang Yahudi di Madinah. Namanya, Zaid bin San'ah.
Sebagian masyarakat mengenal Zaid tidak hanya sebagai pedagang, tetapi juga ahli kitab. Dia pakar Taurat, sehingga amat dihormati kaum Yahudi di Madinah. Walaupun mengetahui kabar kenabian Rasulullah SAW, sebagaimana dinubuatkan Taurat dan Injil, Zaid enggan menyatakan Islam.
Maka begitu Rasulullah SAW berutang kepadanya, Zaid melayaninya sebagai orang biasa. Keduanya lantas menyepakati tenggat waktu pembayaran.
Hari demi hari berlalu. Nabi SAW suatu waktu memimpin majelis ilmu di Masjid Nabawi. Rumah ibadah itu penuh sesak oleh para sahabat yang dengan penuh perhatian menyimak ceramah Rasulullah SAW.
Tiba-tiba, datanglah Zaid bin San'ah melalui pintu masjid. Dia lantas meminta celah, agar bisa sampai ke shaf terdepan. Banyak kaum Muslimin di sana belum mengetahui siapa pria yang tampaknya sedang terburu-buru itu.
Bukannya langsung duduk, Zaid yang kini sudah di shaf terdepan justru berdiri tepat di belakang Rasulullah SAW. Dia lalu menarik kain serban Nabi SAW yang melingkar di lehernya, sehingga beliau seketika tercekik.
Seluruh sahabat otomatis berdiri, seperti hendak menyerang pria asing ini. Umar bin Khaththab yang berada dekat sekali denganNabi SAW berkata, "Wahai Rasulullah SAW, izinkanlah saya untuk memenggal kepala orang ini!" Umar menatap Zaid dengan wajah merah padam, menahan murka.
Nabi SAW memberi isyarat dengan tangannya agar Umar dan seluruh hadirin tenang. Masih dalam keadaan tercekik, beliau lantas menoleh ke arah Zaid.
"Wahai Yahudi, ada apa?" kata beliau--tanpa mengungkapkan nama Zaid bin San'ah.
"Kau berutang padaku, Muhammad! Dan aku tahu, kalian ini orang Quraisy sangat suka menunda-nunda pembayaran utang," kata yang ditanya.
"Bukankah belum tiba saatnya (tenggat waktu pembayaran)?" tanya Nabi SAW lagi.
"Saya tidak peduli. Bayar utangmu sekarang juga!" seru Zaid lagi, sembari melepas serban Nabi SAW.
Maka Rasulullah SAW berpaling kepada Umar dan berkata, "Wahai Umar, ambilkan dari Baitul Maal sebanyak 20 sha' (sekira 40 kg) kurma untuk membayar utangku kepadaYahudi ini dan sebanyak 20 sha' kurma lagi."
"Wahai Rasulullah, 20 sha' itu untuk utang engkau. Tetapi, 20 sha' lagi untuk apa?" tanya Umar.
"Itu sebagai hukuman karena engkau telah menakut-nakuti dia," jawab Nabi SAW.
Singkat cerita, Umar pun keluar dari masjid dan berjalan menuju Baitul Maal (kas negara). Dia diikuti oleh Zaid dari belakang.
Sepanjang perjalanan, Umar mencoba meredam kekesalan. Bagaimana mungkin seorang Yahudi bisa dengan pongahnya mencekik Rasulullah SAW tepat di depannya? Ingin betul Umar melampiaskan amarahnya ke orang yang sedang berjalan di belakangnya itu.
Bagaimanapun, ketaatan Umar kepada Nabi SAW jauh lebih besar. Sampailah Umar dan Zaid di Baitul Maal. Sahabat bergelar al-Faruq itu lantas menyiapkan dua karung. Masing-masing akan diisi 20 sha kurma.
https://islamqa.info/ar/answers/254556/%D9%82%D8%B5%D8%A9-%D8%A7%D8%B3%D9%84%D8%A7%D9%85-%D8%B2%D9%8A%D8%AF-%D8%A8%D9%86-%D8%B3%D8%B9%D9%86%D8%A9-%D9%87%D9%84-%D9%87%D9%8A-%D8%B5%D8%AD%D9%8A%D8%AD%D8%A9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar