Kaum Anshar Membaca Al-Quran di Kuburan
Di antara sandaran ahlul bid'ah yang memperbolehkan membaca Al-Quran di kuburan adalah datangnya kaum Anshar ke kuburan untuk membaca Al-Quran. Al-Imam Abu Bakar Al-Khallal (w. 311 H) rahimahullah berkata :
أَخْبَرَنِي أَبُو يَحْيَى النَّاقِدُ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: «كَانَتِ الْأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمْ مَيِّتٌ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُونَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ»
Telah menceritakan kepadaku Abu Yahya An-Naaqid, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Sufyaan bin Wakii’, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami Hafsh, dari Mujaalid, dari Asy-Sya’biy, ia berkata :
“Adalah kaum Anshar jika salah seorang di antara mereka wafat, maka mereka mendatangi kuburannya untuk membaca Al-Quran di sisinya.”
(Al-Qira’ah 'Indal Qubur no. 7)
Pembahasan :
Atsar di atas dhaif jiddan (sangat lemah) bahkan palsu, dengan alasan berikut ini :
Pertama, di dalam sanad tersebut terdapat Sufyaan bin Wakii’ bin Al-Jarrah. Ia sangat lemah bahkan dituduh berdusta. Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah berkata :
سفيان بن وكيع [ت، ق] بن الجراح، أبو محمد الرواسى. قال البخاري: يتكلمون فيه لأشياء لقنوه إياها. وقال أبو زرعة: يتهم بالكذب.
“Sufyaan bin Waiki’ bin Al-Jarraah, Abu Muhammad Ar-Rawaasi. Al-Bukhari berkata: “Ahlul hadits memperbincangkannya karena adanya banyak hadits yang disusupkan pada catatannya.” Abu Zur’ah berkata: “Ia dituduh berdusta.”
(Mizanul I’tidal fi Naqdir Rijal, 2/173)
Kedua, di dalamnya juga terdapat Mujaalid bin Sa’id Al-Hamdani. Dia juga lemah (dhaif). Al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah berkata :
مجالد بن سعيد بن عمير الهمداني: من أهل الكوفة، يروى عن الشعبى وقيس بن أبى خازم، روى عنه أهل العراق مات سنة ثلاث أو أربع وأربعين ومائة من ذى الحجة، وكان رذئ الحفظ يقلب الاسانيد ويرفع المراسيل، لا يجوز الاحتجاج به.
“Mujaalid bin Sa’iid bin 'Umair Al-Hamdaaniy, dari penduduk Kufah. Ia meriwayatkan dari Asy-Sya’biy dan Qais bin Abi Haazim dan haditsnya diriwayatkan oleh penduduk Iraq, wafat bulan Dzulhijjah tahun 143 atau 144 H. Dia itu buruk hafalannya, membolak-balikkan sanad, me-marfu’-kan hadits mursal dan tidak boleh berhujah dengannya.”
(Al-Majruhin, 3/10)
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah berkata :
مجالد بن سعيد بن عمير بن ذي مران الهمداني كوفي كان يحيي القطان يضعفه وكان ابن مهدي لا يروى عنه..الخ
“Mujaalid bin Sa’iid bin 'Umair bin Dzi Miraan Al-Hamdaaniy. Yahya Al-Qaththaan men-dhaif-kannya. Ibnu Mahdiy tidak mau meriwayatkan darinya..dst.”
(At-Tarikh Al-Kabir, 8/9)
_____________________________________________
Benarkah Sahabat Umar bin Khaththab dan Para Sahabat Anshar Menganjurkan Mengaji Al Quran di Kuburan ?
Oleh : Ustadz Hasyim AlFasiry
1. Atsar dari Umar bin Khaththab
مصنف عبد الرزاق
[6043 ] عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، قَالَ: حُدِّثْتُ، عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ، أَنَّهُ قَالَ: " احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ، فَأَلْزِمُوهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، وَأَغْمِضُوا أَعْيُنَهُمْ، وَاقْرَءُوا عِنْدَهُمُ الْقُرْآنَ "
"Datangilah orang yang akan meninggal, bacakan mereka Lailaha illallah, dan pejamkan matanya jika mereka meninggal, dan bacakan Al-Quran di dekatnya.”
(Mushannaf 'Abdurrazzaaq no. 6043)
Atsar ini dhaif dan mu’dhal.
Ibnu Juraij lahir tahun 74 dan wafat tahun 150 H. Sejawatnya 'Atha', beliau tidak bertemu Umar bin Khaththab yang wafat tahun 23 H.
Atsar ini pula munkar terhadap atsar yang datang dari Umar bin Khaththab melalui jalur lain sbb :
مصنف ابن أبي شيبة (2/ 446)
10858 - حَدَّثَنَا أَبُو خَالِدٍ الْأَحْمَرُ، عَنْ يَزِيدَ، عَنْ يُونُسَ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ عُمَرُ: «احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ، وَذَكِّرُوهُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ وَيُقَالُ لَهُمْ»
تفسير الطبري
[19 : 528] حَدَّثَنَا بِشْرٌ، قَالَ: ثنا يَزِيدُ، قَالَ: ثنا سَعِيدٌ، عَنْ قَتَادَةَ، قَوْلَهُ: "ف إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَق، قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رضي الله عنه: احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ، وَلَقِّنُوهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ وَيَسْمَعُونَ "
المحتضرون لابن أبي الدنيا
[8 ] حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ، قَالَ: أَخْبَرَنِي عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ ثَابِتِ بْنِ ثَوْبَانَ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ مَكْحُولٍ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ: " احْضُرُوا مَوْتَاكُمْ وَذَكِّرُوهُمْ، فَإِنَّهُمْ يَرَوْنَ مَا لا تَرَوْنَ، وَلَقِّنُوهُمْ شَهَادَةَ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ "
Dalam ketiga jalur di atas tidak disebutkan perintah Umar membaca Al-Qur’an.
Tambahan tersebut bermula dari Ibnu Juraij saja bukan dari Umar bin Khaththab, dan sebagai mudallis sejati Ibnu Juraij berani menisbatkan itu dari Umar padahal tidak sezaman.
Imam Ad-Daraquthni rahimahullah berkata :
شر التدليس تدليس بن جريج فإنه قبيح التدليس لا يدلس الا فيما سمعه من مجروح (طبقات المدلسين ص: 41)
"Seburuk-buruknya tadlis adalah tadlisnya Ibnu Juraij, sebab ia tidaklah mentadliskan kecuali pada riwayat yang dia dengar dari rawi cacat.”
2. Atsar Para Sahabat Anshar
Dikutip dari kitab Ruh-nya Ibnul Qayyim. Mashdar atsar ini diriwayatkan oleh Al-Khallal dalam Al-Qira’ah ‘Indal Qubur (no. 7) atau dalam kitabnya Al-'Amr bil Ma’ruf Wannahiy ‘Anil Munkar (1/126), dengan sanad lengkapnya sbb :
أَخْبَرَنِي أَبُو يَحْيَى النَّاقِدُ، قَالَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا حَفْصٌ، عَنْ مُجَالِدٍ، عَنِ الشَّعْبِيِّ، قَالَ: " كَانَتِ الأَنْصَارُ إِذَا مَاتَ لَهُمُ الْمَيِّتُ اخْتَلَفُوا إِلَى قَبْرِهِ يَقْرَءُونَ عِنْدَهُ الْقُرْآنَ "
“Dari Asy-Sya’bi berkata bahwa jika diantara sahabat Anshar ada yang meninggal, maka mereka bergantian ke kuburnya membaca Al-Quran.”
Rijal sanad atsar di atas adalah :
- Asy-Sya’bi : Nama beliau 'Amir bin Syarahbil lahir tahun 20 H, wafat antara tahun 102-109 H. berstatus tsiqat dari kalangan ulama tabi’in yang masyhur.
- Mujaalid : Nama aslinya Mujaalid bin Sa’id Al-Hamdani lahir tahun 48 H dan wafat tahun 144 H. status periwayatan haditsnya "dhaiful hadits", hampir tidak ada yang mentautsiqnya selain ulama mutasahhilin seperti Al-‘Ijli yang menghasankan beliau. Imam Muslim punya riwayat darinya tetapi hanya dijadikan bamper/maqrun saja. Adapun yang lainnya maka,
قال ابن حازم الجهضمي: كاذب
قال البخاري: لا أكتب حديثه ، ومرة : لا أشتغل بحديثه, ومرة : كذاب
قال الدارقطني: كوفي ليس بقوي ، ومرة : ليس بثقة ،
ومرة : لا يعتبر به ، مرة في السنن غيره أثبت منه
ذكره الذهبي في السير وقال : ضعيف الحديث
قال في التقريب : ليس بالقوي ، وقد تغير في آخر عمره ، ذكره في المطالب العالية ، وقال : ضعيف
قال الإمام الشافعي: الحديث عن مجالد يجالد الحديث
- Hafsh : Bernama Hafsh bin Ghiyats An-Nakha’I, lahir tahun 117 H dan wafat tahun 194 H. beliau ikhtilath di akhir usianya dan mengidap tadlis, kendati demikian para ulama mentautsiq beliau.
- Sufyaan bin Waki’ : Beliau putra Waki’ bin Al-Jarrah yang wafat tahun 247 H. Status periwayatannya tidak lebih dari maqbul, artinya bisa saja diterima bila ada rawi lain yang menguatkan. Bahkan Abu Dawud dan Abu Zur’ah mematrukkannya. Adz-Dzahabi dan mushannifuttahrir mendhaifkannya dst.
- Abu Yahya An-Naqid bernama asli Zakariyya bin Yahya, beliau wafat tahun 285 H. Beliau termasuk min atsbaatil muhadditsin, meskipun Imam Adz Dzahabi diam tentang beliau karena Imam Daraquthni, Al-Khathib Al-Baghdadi dan Imam Al-Hakim telah mentautsiqnya.
Memperhatikan rijal sanad, ada 2 rawi yang memustahilkan atsar di atas shahih yaitu Mujaalid bin Sa’id yang dhaiful hadits dan Sufyaan bin Waki’ yang maqbul. Padahal atsar ini hanya memiliki jalur sanad satu-satunya yaitu riwayat Al-Khallal ini. Oleh sebab itu, Status atsar ini dhaif syadid bisa juga maudhu' (riwayat hoax).
Dengan kedhaifan atsar tentang Sahabat Anshar, habis sudah dalil dari hadits marfu' maupun mauquf dalam maqalah di atas. Tidak ada satupun yang shahih menunjukkan bahwa baca Qur’an di kuburan direkomendasikan oleh Nabi atau dilakukan para shahabat.
Ingat Tasyri’ Islam berbeda dengan agama lainnya, haruslah dibangun di atas dasar dalil yang shahih/hasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar