قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ إِنْ
مُتْنَا وَإِنْ حَيِينَا؟ قَالَ: بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ،
إِنَّكُمْ عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتُّمْ وَإِنْ حَيِيتُمْ، قَالَ: فَقُلْتُ:
فَفِيمَ الِاخْتِفَاءُ؟ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَتَخْرُجَنَّ،
فَأَخْرَجْنَاهُ فِي صَفَّيْنِ، حَمْزَةُ فِي أَحَدِهِمَا، وَأَنَا فِي
الْآخَرِ، لَهُ كَدِيدٌ كَكَدِيدِ الطَّحِينِ، حَتَّى دَخَلْنَا
الْمَسْجِدَ، قَالَ: فَنَظَرَتْ إِلَيَّ قُرَيْشٌ وَإِلَى حَمْزَةَ،
فَأَصَابَتْهُمْ كَآبَةٌ لَمْ يُصِبْهُمْ مِثْلَهَا، فَسَمَّانِي رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ الْفَارُوقَ، وَفَرَّقَ
اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ "
*Umar berkata: “Wahai
Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran baik saat kita mati
maupun kita hidup?” Beliau menjawab, “Tentu, demi Allah Yang nyawaku
berada di tangan-Nya, kalian berada di atas kebenaran baik saat kalian
mati maupun saat kalian hidup.” Umar berkata, “Kalau begitu, untuk apa
kita bersembunyi-sembunyi? Demi Allah Yang mengutus Anda dengan
kebenaran, Anda harus keluar secara terang-terangan.” Maka kami
mengeluarkan Rasulullah (dan para sahabat) dalam dua barisan. Hamzah
memimpin satu barisan, dan aku (Umar) memimpin barisan lainnya. Suara
(langkah barisan kami) seperti deru mesin giling, sampai kami memasuki
Masjidil Haram. Aku melihat orang-orang Quraisy menatap kepadaku dan
kepada Hamzah. Mereka dilanda kesedihan yang belum pernah mereka rasakan
sebelumnya. Sejak hari itu, Rasulullah menjuluki aku Al-Faruq, dan
Allah memisahkan (dengan perantaraanku) antara kebenaran dan kebatilan.”*(HR. Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyatul Awliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’ dan Abu Ja’far bin Abi Syaibah dalam At-Tarikh. Hadits yang semakna diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Aslam maula Umar dari Umar . Lihat Tahdzib Hilyatil Auliya’ wa Thabaqatil Ashfiya’, juz I hlm. 63 dan Fathul Bari bi-Syarh Shahih Al-Bukhari, juz VIII hlm. 383)
Jawab:
Hadits tersebut jalan jalannya berporos pada Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah.
Imam An Nasai dan AdDaroquthni berkata: matruk haditsnya.
Yahya bin Main berkata: tukang dusta.
imam Bukhari berkata: tarokuuh (para ulama meninggalkannya).
Jadi hadits ini sangat lemah.
Yang menguatkan kelemahan kisah tersebut adalah tidak ditemukan kisah tersebut dalam riwayat riwayat yang shahih tentang keislaman Umar. Seperti yang disebutkan oleh ibnu Katsir dalam Al Bidayah dari jalan ibnu Ishaq.
wallahu a'lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar