Selasa, 01 November 2016

kisah palsu seputar keislaman sahabat Umar

Dari ibnu Abbas  tentang keislaman Umar bin Khathab :
قَالَ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ أَلَسْنَا عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتْنَا وَإِنْ حَيِينَا؟ قَالَ: بَلَى وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، إِنَّكُمْ عَلَى الْحَقِّ إِنْ مُتُّمْ وَإِنْ حَيِيتُمْ، قَالَ: فَقُلْتُ: فَفِيمَ الِاخْتِفَاءُ؟ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَتَخْرُجَنَّ، فَأَخْرَجْنَاهُ فِي صَفَّيْنِ، حَمْزَةُ فِي أَحَدِهِمَا، وَأَنَا فِي الْآخَرِ، لَهُ كَدِيدٌ كَكَدِيدِ الطَّحِينِ، حَتَّى دَخَلْنَا الْمَسْجِدَ، قَالَ: فَنَظَرَتْ إِلَيَّ قُرَيْشٌ وَإِلَى حَمْزَةَ، فَأَصَابَتْهُمْ كَآبَةٌ لَمْ يُصِبْهُمْ مِثْلَهَا، فَسَمَّانِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ الْفَارُوقَ، وَفَرَّقَ اللهُ بَيْنَ الْحَقِّ وَالْبَاطِلِ "
*Umar berkata: “Wahai Rasulullah, bukankah kita berada di atas kebenaran baik saat kita mati maupun kita hidup?” Beliau menjawab, “Tentu, demi Allah Yang nyawaku berada di tangan-Nya, kalian berada di atas kebenaran baik saat kalian mati maupun saat kalian hidup.” Umar berkata, “Kalau begitu, untuk apa kita bersembunyi-sembunyi? Demi Allah Yang mengutus Anda dengan kebenaran, Anda harus keluar secara terang-terangan.” Maka kami mengeluarkan Rasulullah  (dan para sahabat) dalam dua barisan. Hamzah memimpin satu barisan, dan aku (Umar) memimpin barisan lainnya. Suara (langkah barisan kami) seperti deru mesin giling, sampai kami memasuki Masjidil Haram. Aku melihat orang-orang Quraisy menatap kepadaku dan kepada Hamzah. Mereka dilanda kesedihan yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya. Sejak hari itu, Rasulullah menjuluki aku Al-Faruq, dan Allah memisahkan (dengan perantaraanku) antara kebenaran dan kebatilan.”
*(HR. Abu Nu’aim al-Asbahani dalam Hilyatul Awliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’ dan Abu Ja’far bin Abi Syaibah dalam At-Tarikh. Hadits yang semakna diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari Aslam maula Umar dari Umar . Lihat Tahdzib Hilyatil Auliya’ wa Thabaqatil Ashfiya’, juz I hlm. 63 dan Fathul Bari bi-Syarh Shahih Al-Bukhari, juz VIII hlm. 383)
Jawab:
Hadits tersebut jalan jalannya berporos pada Ishaq bin Abdillah bin Abi Farwah.
Imam An Nasai dan AdDaroquthni berkata: matruk haditsnya.
Yahya bin Main berkata: tukang dusta.
imam Bukhari berkata: tarokuuh (para ulama meninggalkannya).
Jadi hadits ini sangat lemah.
Yang menguatkan kelemahan kisah tersebut adalah tidak ditemukan kisah tersebut dalam riwayat riwayat yang shahih tentang keislaman Umar. Seperti yang disebutkan oleh ibnu Katsir dalam Al Bidayah dari jalan ibnu Ishaq.
wallahu a'lam

Tidak ada komentar: