قال مالك: لا، والله حتى يصيب الحق، ما الحق إلا واحد، قولان مختلفان يكونان صوابًا جميعًا؟ ما الحق والصواب إلا واحد. Imam Malik berkata “Tidak,demi Allah, hingga ia mengambil yang benar. Kebenaran itu hanya satu. Dua pendapat yang berbeda tidak mungkin keduanya benar, sekali lagi kebenaran itu hanya satu
Selasa, 28 Oktober 2014
IBNU BAZ TIDAK KONSISTEN ATAU IBNU AL KATIBIY YANG JAHIL
AL KATIBIY : Ketika Ibn Baz ditanya tentang bagaimana hukum berdoa khatam al-Quran di dalam sholat, oleh Ibn Baz dijawab :
وكان أنس رضي الله عنه إذا أكمل القرآن جمع أهله ودعا رضي الله عنه في خارج الصلاة، أما في الصلاة فلا أحفظ عنه شيئاً في ذلك ولا عن غيره من الصحابة لكن ما دام يفعله في خارج الصلاة، فهكذا في الصلاة، لأن الدعاء مشروع في الصلاة وليس بأمر مستنكر. ولا أعلم عن السلف أن أحداً أنكر دعاء ختم القرآن من داخل الصلاة، كما أنني لا أعلم من أنكره خارج الصلاة، وهذا هو الذي يعتمد عليه أنه معلوم عند السلف وقد درج عليه أولهم وآخرهم، فمن قال: إنه منكر فعليه بالدليل
“ Konon Anas Radhiallahu ‘anhu jika telah menyempurnakan al-Quran beliau mengumpulkan keluarganya dan berdoa di luar sholat. Adapun di dalam sholat, maka aku tidak menghafal (tidak ingat) sedikit pun dari hal itu dan juga aku tidak mengetahui dari para sahabatnya, akan tetapi selama boleh dilakukannya di luar sholat, maka demikian juga boleh dilakukan di luar sholat. Karena doa itu disyare’atkan di dalam sholat dan bukanlah perkara yang diingkari. Dan aku pun tidak mengetahui seorang pun dari ulama salaf yang mengingkari doa khatam al-Quran di dalam sholat, sebagaimana aku tidak mengetahui seorang pun yang mengikarinya jika dilakukan di luar sholat. Inilah yang maklum yang dipegang bagi ulama salaf dan hal ini (berdoa khatam Quran di luar sholat) telah menjadi rutinan sejak awal hingga akhir salaf, maka barangsiapa yang mengingkarinya, wajib ia menampilkan dalilnya “. (Silakan cek di situs resminya : http://www.binbaz.org.sa/mat/4522)
JAWAB : inilah akibat kurang teliti menerjemahkan,seharusnya
“ Konon Anas Radhiallahu ‘anhu jika telah menyempurnakan al-Quran beliau mengumpulkan keluarganya dan berdoa di luar sholat. Adapun di dalam sholat, maka aku tidak menghafal (tidak ingat) sedikit pun dari hal itu dan juga aku tidak mengetahui dari para sahabatnya, akan tetapi selama boleh dilakukannya di luar sholat, maka demikian juga boleh dilakukan di DALAM sholat. Karena doa itu disyare’atkan di dalam sholat dan bukanlah perkara yang diingkari. Dan aku pun tidak mengetahui seorang pun dari ulama salaf yang mengingkari doa khatam al-Quran di dalam sholat, sebagaimana aku tidak mengetahui seorang pun yang mengikarinya jika dilakukan di luar sholat. Inilah yang maklum yang dipegang bagi ulama salaf dan hal ini (berdoa khatam Quran di luar sholat) telah DIPRAKTEKKAN sejak awal hingga akhir salaf, maka barangsiapa yang mengingkarinya, wajib ia menampilkan dalilnya
AL KATIBIY : Coba perhatikan, Ibn Baz meyakini bahwa amalan berdoa khatam al-Quran di dalam sholat tidak pernah dilakukan oleh sahabat dan bahkan ulama salaf, maka seharusnya (sewajibnya) Ibn Baz mengatakan hal itu adalah bid’ah, karena jika membaca doa khatam al-Quran itu suatu kebaikan, sudah pasti para sahabat dan ulama salaf telah lebih dahulu melakukannya…inilah seharusnya yang mereka katakana, karena ini kaidah mereka. Tapi ternyata Ibn Baz membuat Qiyas dalam suatu ibadah dengan diperbolehkannya doa di luar sholat tanpa dalil satu pun. Bukankah semua ini mementang kaidah mereka sendiri ??
JAWAB : tidak semua yg tidak dilakukan salaf otomatis bid'ah,karena memang doa apapun yg baik disyariatkan dalam sholat termasuk doa khatam qur'an asal tidak mengkhususkan doa tertentu karena memang tidak ada doa khusus,
Dalil tentang hal ini adalah hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنِّى نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ
“Ketahuilah, aku dilarang untuk membaca al-Qur’an dalam keadaan ruku’ atau sujud. Adapun ruku’ maka agungkanlah Rabb azza wa jalla, sedangkan sujud, maka berusahalah bersungguh-sungguh dalam doa, sehingga layak dikabulkan untukmu.” (HR. Muslim no. 479)
Ada ulama yang menyatakan bahwa ruku’ dan sujud adalah dua keadaan di mana seseorang tunduk dan hina di hadapan Allah, sehingga bacaan yang lebih pantas ketika itu adalah do’a dan bacaan tasbih. Oleh karena itu, terlarang membaca Al Qur’an ketika sujud dalam rangka untuk mengagungkan Al Qur’an dan untuk memuliakan yang membacanya. (Lihat ‘Aunul Ma’bud, 3/91)
Salah seorang ulama Syafi’iyah, Az Zarkasyi rahimahullah berkata,
وَمَحَلُّ كَرَاهَتِهَا إذَا قَصَدَ بِهَا الْقُرْآنَ فَإِنْ قَصَدَ بِهَا الدُّعَاءَ وَالثَّنَاءَ فَيَنْبَغِي أَنْ تَكُونَ كَمَا لَوْ قَنَتَ بِآيَةٍ مِنْ الْقُرْآنِ
“Yang terlarang adalah jika dimaksudkan membaca Al Qur’an (ketika sujud). Namun jika yang dimaksudkan adalah do’a dan sanjungan pada Allah maka itu tidaklah mengapa, sebagaimana pula seseorang boleh membaca qunut dengan beberapa ayat Al Qur’an” (Tuhfatul Muhtaj, 6/6, Mawqi’ Al Islam).
apalagi sudah terbukti itu pernah dilakukan oleh salaf diluar sholat,
Riwayat Anas diriwayatkan oleh Tsabit Al Banani, Qotadah, Ibnu ‘Athiyah dan selainnya,
كَانَ إِذَا خَتَمَ الْقُرْآنَ جَمَعَ أَهْلَهُ وَوَلَدَهُ ، فَدَعَا لَهُمْ
“Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu pernah ketika khatam Al Qur’an mengumpulkan keluarga dan anaknya, lalu Anas berdoa untuk kebaikan mereka.” (HR. Ibnul Mubarok, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Nashr, Ibnu ‘Ubaid, Ibnu Adh Dhurais, Ibnu Abi Daud, Al Faryabi, Ad Darimi, Sa’id bin Manshur, Ath Thobroni, Al Anbari. Al Haitsami katakan bahwa dalam periwayat dalam sanad Thobroni adalah tsiqoh, kredible. Syaikh Al Albani katakan bahwa dalam riwayat Ad Darimi sanadnya shahih)
adapun qiyas dalam cabang ibadah itu diperbolehkan apalagi pengkhususan tempat doa ada dalam sholat.
أن أصل العبادة لا يصح إثباته بالقياس، فلا يصح لنا أن نثبت صلاة جديدة مثلا
لو جعل الإنسان قال في وسط النهارهناك صلاتان الظهر والعصر فيجعل في وسط
الليل صلاتين العشاء والصلاة الأخري نقول هذا مردود غير مقبول، لماذا؟ لأن
أصل العبادة لا يثبت بالقياس.
Syaikh Dr Saad as Syatsri mengatakan, “Ashl ibadah
itu tidak boleh ditetapkan dengan dasar qiyas atau analog. Kita tidak
boleh menetapkan shalat baru dengan dasar qiyas. Andai ada yang
mengatakan bahwa di pertengahan siang ada dua shalat yaitu zhuhur dan
ashar maka hendaknya di pertengahan malam juga ada dua shalat yaitu Isya
dan selainnya. Dengan tegas kita katakan bahwa ini adalah amalan yang
tertolak dan tidak diterima karena ashl ibadah tidaklah ditetapkan
dengan qiyas.
بخلاف
تفاريع العبادة فإننا قد نثبتها بواسطة القياس مثال ذلك لو جاء الإنسان
فقال التيمم يشرع له التسمية قياسا على الوضوء. الوضوء واضح هناك الأحاديث
ترد التسمية في الوضوء فنقول بمشروعية التسمية للوضوء لذا لو جاء الإنسان
قال نقيس الوضوء بالاغتسال والتيمم فيقول يشرع لها البسملة فيكون بذلك
وجهه.
Lain halnya dengan cabang2 ibadah, maka terkadang kita
menetapkannya dengan qiyas. Misalnya dituntunkan untuk menyebut nama
Allah ketika bertayamum dengan dasar qiyas dengan wudhu. Untuk wudhu
terdapat hadits yang menunjukkan dituntunkannya tasmiyah atau menyebut
nama Allah ketika berwudhu sehingga dengan tegas kita katakan
dituntunkan menyebut nama Allah ketika berwudhu sehingga jika ada yang
mengatakan kita analogkan mandi dan tayamum dengan wudhu oleh karena itu
dituntunkan menyebut nama Allah ketika itu maka ini adalah pendapat
yang sangat beralasan”
عن الإمام أحمد رحمه الله تعالى في رواية حنبل والفضل والحربي عنه - والتي لم نقف على أسانيدها - : من جعل دعاء الختم في صلاة التراويح قبل الركوع .
وفي رواية عنه - لا يعرف مخرجها - : أنه سهل فيه في دعاء الوتر ...
انظر : " مرويات دعاء ختم القرآن " .
Imam Ahmad rahimahullah ta’ala dalam riwayat Hanbal, Fadl dan Harby –yang tidak dapat kami ketahui sanadnya- yang menjadikan doa khatam (Al-Qur’an) dalam shalat Taraweh sebelum ruku. Dalam riwayat lain darinya –yang juga tidak diketahui siapa yang meriwayatkannya- bahwa beliau membolehkan hal tersebut dalam doa witir. (Silakan lihat 'Marwiyyat Doa Khatmi Al-Qur’an'.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar