SYUBHAT: bukti pengakuan dari Imam besar ahli
tafsir, yang shaleh, zuhud dan wira’i, yang menjadi rujukan para ulama besar
Ahlus sunnah, yaitu imam al-Qurthubi (578-656 H). Beliau dalam salah satu
kitabnya BERSUMPAH dengan nama Allah pernah berjumpa kepada
Nabi shallahu‘alaihi wa sallam secara sedar (bukan tidur) yang sebelumnya
beliau mimpi terlebih dahulu. Berikut redaksinya dari kitab al-Mufhim karya
beliau :
قلت
: وقد وقع لي هذا مرات . منها : أني لما وصلت إلى تونس قاصدًا إلى الحج سمعت
أخبارًا سيِّئةٍ عن البلاد المصرية من جهة العدو الذي غلب على دمياط ، فعزمت على
المقام بتونس إلى أن ينجلي أمر العدو ، فأُريت في النوم كأني في مسجد النبي ـ صلى
الله عليه وسلم ـ وأنا جالس قريبًا من منبره ، وأُناس يسلمون على النبي ـ صلى الله
عليه وسلم ـ ، فجاءني بعض من سلَّم عليه ، فانتهرني وقال : قم فسلِّم على النبي ـ
صلى الله عليه وسلم ـ ، فقمت فشرعت في السلام على النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ ،
فاستيقظت ، وأنا أسلِّم عليه ، فجدَّد الله تعالى لي عزمًا ، ويَسَّر عليَّ فيما
كان قد صعب من أسبابي ، وأزال عني ما كنت أتخوَّفه من أمر العدو ، وسافرت إلى أن
وصلت إلى الإسكندرية عن مدة مقدارها ثلاثون يومًا في كنف السلامة ، فوجدتها
والديار المصرية على أشد خوف ، وأعظم كرب ، والعدو قد استفحل أمره ، وعظمت شوكته ،
فلم أكمل في الإسكندرية عشرة أيام حتى كسر الله العدو ، ومنهن منه من غير صُنع أحد
من المخلوقين ، بل : بلطف أكرم الأكرمين ، وأرحم الراحمين . ثم : إن الله تعالى
كمَّل عليَّ إحسانه ، وإنعامه ، وأوصلني بعد حجِّ بيته إلى قبر نبيه ومسجده ، فرأيته والله في اليقظة
على النحو الذي رأيته في المنام من غير زيادة ولا نقصان
“ Sungguh hal ini (mimpi lalu menjadi
kenyataan) SERING terjadi padaku beberapa
kali, di antaranya : Ketika aku sampai ke Tunis, bermaksud untuk berangkat
haji, aku mendengar khabar buruk tentang negeri Mesir dari musuhnya yang telah
menguasai Dimyath. Maka aku rencanakan untuk menetap sementara di Tunis hingga
sampai selesai dari urusan musuh. Kemudian aku bermimpi berada di masjid Nabi
dan aku duduk di sisi Mimbarnya. Dan beberapa orang memberi salam kepada Nabi
shallahu ‘alaihiwa sallam. Tiba-tiba seseorang mendatangiku dan menegurku “
Berdirilah dan ucapkan salam kepada Nabi “. Maka terburu-buru aku ucapkan salam
kepada Nabi dan aku terbangun dari tidurku dan sementara lisanku masih
mengucapkan salam kepada Nabi. Maka Allah memberikan kemudahan kepadaku dan
hilanglah rasa takutku terhadap musuh di luar sana. Kemudian aku bersafar
(melakukan perjalanan) hingga sampai Iskandariyyah dengan perjalanan selama
lebih kurang 30 hari dalam keadaan selamat. Dan aku mendapati
Iskandariyyah dan kota-kota Mesir dalam keadaan mencengkam, susah dan banyak
musibah. Aku menetap di sana sepuluh hari dan Allah telah mengalahkan pasukan
musuh dan menetapkan kota aku tempati dengan tanpa gangguan sedikit pun dari
musuh dengan kelembutan Allah yang Maha Pengasih dari Dzat yang Maha Pengasih.
Kemudian Allah menyempurnakan anugerah kebaikan dan nikmat-Nya padaku, dan
menyampaikanku setelah mengunjungi baitullah (haji) hingga makam Nabi shallahu
‘alaihi wa sallam dan masjidnya nabi, DAN SUNGGUH DEMI
ALLAH, AKU MELIHAT NABI DALAM KEADAAN SEDAR PERSIS KEADAANNYA SEBAGAIMANA AKU
MELIHATNYA DALAM MIMPIKU TANPA ADA TAMBAHAN DAN PENGURANGAN SEDIKIT PUN “.
(AL-Mufhim lima asykala min talkhish kitabMuslim, juz 6 hal. 24-25,
cetakan Dar Ibn Katisr dan Dar al-Kalim ath-Thayyib,Beirut)JAWABAN: he..terjemah yang dipaksakan…melihat nabi???mana teksnya???dasar ahli bid’ah suka menambah asal dimatanya indah padahal itu fitnah..he
Kalau ente ilmiah seharusnya diterjemahkan melihatNYA..nya itu apa atau siapa?apa nabi?
Dari segi bahasa jelas hokum asalnya dhomir itu kembali ke yang terdekat.disitu yaitu masjid bukan nabi
Bagi yang melihat teks lengkapnya akan tertawa melihat terjemah ente..
Contoh-contoh yg dibawakan al qurtubi ini semua berkaitan sesuatu yang akan ditemui di alam nyata bukan yang telah wafat..faham??
Disini al qurtubi membawakan 3 contoh:
1.cerita mimpi nabi tentang ‘aisyah yg akan dinikahinya
ثم
المطابقة قد تظهر في اليقظة على نحو ما أدركت في النوم ، كما قد صح عنه ؛ أنه قال
لعائشة : (( أريتك في المنام في سَرَقَةٍ من حرير ، فإذا هي أنت )) ، ومعناه : أنه
رآها في نومه على نحو ما رآها في يقظته
2.cerita diatas3. cerita beliau tentang wanita yg telah dinikahinya namun belum berhubungan dengannya lalu terlintaslah tentangnya dihati hingga terbawa mimpi.saat bertemu ternyata sama dg dalam mimpi
ومنها
: أني تزوجت امرأة ، وقبل الدخول بها حذثت عن صفتها ما أوقع في قلبي نُفرة ،
فاريتها في النوم على الصفة التي كانت عليها في بيتها ، ثم إنن لما اجتمعت بها
وجدتها هي التي أريتها في النوم . ونحو هذا كثير
Jadi jelas sekali sejak awal beliau menceritakan masjid nabi bukan nabi
فأُريت
في النوم كأني في مسجد النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ وأنا جالس قريبًا من منبره
Apalagi ditambah penegasan dalam kitab yg sama :
اختلف
في معنى هذا الحديث ؛ فقالت طائفة من القاصرين : هو على ظاهره ، فمن رآه في النوم
رأى حقيقته ، كما يرى في اليقظة . وهو قول يُدرَك فساده بأوائل العقول ؛ فإنَّه
يلزم عليه ألا يراه أحدٌ إلا على صورته التي توفي عليها ، ويلزم عليه ألا يراه
رائيان في وقت واحد في مكانين ، ويلزم عليه أن يحيا الآن ، ويخرج من قبره ، ويمشي
في الناس ، ويخاطبهم ، ويخاطبونه كحالته الأولى التي كان عليها ، ويخلو قبره عنه ،
وعن جسده ، فلا يبقى منه فيه شيء فيزار غير جدث ، ويُسلَّم على غائب ؛ لأنَّه يُرى
في الليل والنهار مع اتصال الأوقات على حقيقته ، في غير قبره . وهذه جهالات لا
يبوء بالتزام شيء منها من له أدنى مسكة من المعقول
Imam al-Qurthûbi rahimahullah berkata:
"Dalam makna hadits ini terdapat perbedaan; sebagian berpendapat
sebagaimana lahirnya, yaitu barangsiapa yang melihat dalam mimpi, maka ia telah
melihat secara hakiki sama seperti orang melihatnya di waktu terjaga. Pendapat
ini dapat diketahui kekeliruannya dengan dalil akal yang mengharuskan:
1. Bahwa, tidak seorang pun yang melihatnya melainkan dalam bentuk saat beliau meninggal.
2. Tidak mungkin ada dua orang yang mimpi melihatnya dalam waktu yang sama dalam dua tempat.
3. Bahwa ia hidup keluar dari kuburnya dan berjalan di pasar serta berbicara dengan manusia.
4. Bahwa kuburnya kosong dari jasadnya, sehingga tidak tertinggal sesuatu dalamnya, maka yang diziarahi hanya kubur semata (tanpa jasad) dan memberi salam kepada sesuatu tidak ada.
Karena ia bisa dilihat di sepanjang waktu; pagi dan sore secara hakiki di luar kuburnya. Pendapat ini adalah kebodohan, tidak akan berpegang dengannya siapa saja yang memiliki sedikit akal sehat” (AL-Mufhim lima asykala min talkhish kitabMuslim, juz 18 hal. 128)
SYUBHAT: Sungguh benar sabda Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :1. Bahwa, tidak seorang pun yang melihatnya melainkan dalam bentuk saat beliau meninggal.
2. Tidak mungkin ada dua orang yang mimpi melihatnya dalam waktu yang sama dalam dua tempat.
3. Bahwa ia hidup keluar dari kuburnya dan berjalan di pasar serta berbicara dengan manusia.
4. Bahwa kuburnya kosong dari jasadnya, sehingga tidak tertinggal sesuatu dalamnya, maka yang diziarahi hanya kubur semata (tanpa jasad) dan memberi salam kepada sesuatu tidak ada.
Karena ia bisa dilihat di sepanjang waktu; pagi dan sore secara hakiki di luar kuburnya. Pendapat ini adalah kebodohan, tidak akan berpegang dengannya siapa saja yang memiliki sedikit akal sehat” (AL-Mufhim lima asykala min talkhish kitabMuslim, juz 18 hal. 128)
من رآني في المنام فسيراني في اليقظة ولا يتمثل الشيطان بي
” Barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka dia akan melihatku di waktu
terjaga, dan syaitan tak dapat menyerupaiku ” (HR. Bukhari no: 6993)JAWABAN: imam al qurthubi sendiri telah menjelaskan maksud di kitab yg sama:
ويكون
من فوائد ذلك : تسكين شوق الرائي ، لكونه مُستهتِرًا بمحبته ، وليعمل على مشاهدته
وهذا هو الذي أشار إليه النبي ـ صلى الله عليه وسلم ـ لَمَّا قال : (( من رآني في
المنام فسيراني في اليقظة )) ؛ أي : من رآني رؤية معظِّمٍ لحرمتي ، ومُشتاقٍ
لمشاهدتي ؛ وصل إلى رؤية محبوبه ، وظفر بكل مطلوبه
Dan adapun termasuk manfaat itu: menenangkan kerinduan pelihat, karena luluh dg
cintanya, supaya beramal berdasarkan penglihannya, dan ini yg diisyaratkan oleh Nabi, ketika dia mengatakan: ((Barangsiapa
melihatku dalam mimpi melihat saya ketika dia terjaga)); yaitu: Siapapun yang
melihat saya dg penglihatan pengagungan untuk
mnghormatiku, dan rindu melihat
saya, sampailah kepada penglihatan yg
dicintainya, dan mendapatkan apa yang di inginkan
(AL-Mufhim lima asykala min talkhish kitabMuslim,
juz 18 hal. 131)
SYUBHAT: Masihkah kaum Sufahaa ul Ahlaam
(wahhabi-salafi) memungkiri kisah di atas dan mengatakan Imam Qurthubi telah
berdusta atau sesat? sungguh mereka tidak menyedari telah mendustakan hadits
Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam tersebut secara tidak langsung, naudzu billahi
min dzaalik…
JAWABAN : he..justru ahli bid’ah yg mengobok-obok
perkataan imam al qurthubi dibawa menurut hawa nafsunya..justru yang berdusta
atas nama nabi yang seharusnya menyiapkan tempat duduknya di
neraka..nas-alulloha al’afiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar