SYUBHAT : Para pengingkar maulid
Nabi yakni wahabi-salafi di bulan mulia ini yakni Rabiul Awwal, mereka seperti
cacing kepanasan yang ditaburi garam. Mereka teriak susah karenanya banyaknya
kaum muslimin yang melakukan perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
JAWAB : bukannya kalian yg terlalu
phobia kalau kebid’ahan kalian terbongkar.saking mudahnya dideteksi bahwa
maulid bukan sunnah
SYUBHAT : Saya jadi teringat ucapan Ibn Mukhlid dalam
tafsirnya berikut ini :
أن إبليس رن أربع رنات: رنة حين لعن،
ورنة حين أهبط الى الأرض، ورنة حين ولد رسول الله صلى الله عليه وسلم،
ورنة حين أنزلت فاتحة الكتاب
“ Sesungguhnya Iblis berteriak
sambil menangis pada empat kejadian : pertama ketika ia dilaknat oleh Allah,
Kedua ketika ia diusir ke bumi, ketiga ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi
wa sallam dilahirkan dan keempat ketika surat al-Fatehah diturunkan “.[1]
Dan wahabi-salafi, tanpa sadar
mereka telah mengikuti sunnah Iblis dengan teriak susah ketika tiba hari
kelahiran Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam ini.
JAWAB : he..iblis teriak ketika
pembawa sunnah datang bukan penjaja alias sales bid’ah .hanya iblis yg sulit
taubat bahkan tertutup. sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
dalam riwayat di bawah :
حَدَّثَنَا
عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْفَرْغَانِيُّ، قَالَ: نا هَارُونُ بْنُ مُوسَى
الْفَرْوِيُّ، قَالَ: نا أَبُو ضَمْرَةَ أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ، عَنْ حُمَيْدٍ
الطَّوِيلِ، عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ حَجَبَ التَّوْبَةَ عَنْ صَاحِبِ كُلِّ
بِدْعَةٍ "
Telah
menceritakan kepada kami ‘Aliy bin ‘Abdillah Al-Farghaaniy, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Haaruun bin Muusaa Al-Farwiy, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Abu Dlamrah Anas bin ‘Iyaadl, dari Humaid
Ath-Thawiil, dari Anas bin Maalik, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya Allah menghalangi taubat semua pelaku
bid’ah” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no.
4202].
نا
أَسَدٌ، نا مَهْدِيُّ بْنُ مَيْمُونٍ، عَنِ الْحَسَنِ، قَالَ: " صَاحِبُ
الْبِدْعَةِ لا يَزْدَادُ اجْتِهَادًا، صِيَامًا وَصَلاةً، إِلا ازْدَادَ مِنَ
اللَّهِ بُعْدًا "
Telah
mengkhabarkan kepada kami Asad : Telah mengkhabarkan kepada kami Mahdiy bin
Maimuun, dari Al-Hasan (Al-Bashriy) : “Tidaklah bertambah kesungguhan pelaku
bid’ah (ahlul-bid’ah) dalam perkara puasa dan shalat, kecuali akan
bertambah jauh dari Allah” [Diriwayatkan oleh Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida’ no.
70; shahih].
نا
أَسَدٌ، نا رُدَيْحُ بْنُ عَطِيَّةَ، عَنْ يَحْيَى، بْن أَبِي عَمْرٍو
الشَّيْبَانِيِّ قَالَ: كَانَ يُقَالُ: " يَأْبَى اللَّهُ لِصَاحِبِ بِدْعَةٍ
تَوْبَةً، وَمَا انْتَقَلَ صَاحِبُ بِدْعَةٍ إِلا إِلَى شَرٍّ مِنْهَا "
Telah
mengkhabarkan kepada kami Asad : Telah mengkhabarkan kepada kami Rudaih bin
‘Athiyyah, dari Yahyaa bin Abi ‘Amru Asy-Syaibaaniy, ia berkata : “Dulu
dikatakan bahwa Allah menolak taubat bagi pelaku bid’ah. Tidaklah pelaku bid’ah
berpindah (dari bid’ahnya) kecuali menuju sesuatu yang lebih jelek dari
bid’ahnya yang semula” [Diriwayatkan oleh Ibnu Wadldlah dalam Al-Bida’ no.
145; shahih].
حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ بْنُ أَحْمَدَ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ النَّضْرِ الأَزْدِيُّ، ثنا عَبْدُ
الصَّمَدِ بْنُ يَزِيدَ، قَالَ: سَمِعْتُ الْفُضَيْلَ، يَقُولُ: " مَنْ
أَحَبَّ صَاحِبَ بِدْعَةٍ أَحْبَطَ اللَّهُ عَمَلُهُ، وَأَخْرَجَ نُورَ الإِسْلامِ
مِنْ قَلْبِهِ "
Telah
menceritakan kepada kami Sulaimaan bin Ahmad : Telah menceritakan kepada kami
Muhammad bin An-Nadlr Al-Azdiy : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdush-Shamad
bin Yaziid, ia berkata : Aku mendengar Al-Fudlail (bin ‘Iyaadl) berkata :
“Barangsiapa mencintai pelaku bid’ah (ahlul-bid’ah), niscaya Allah akan
menghapuskan amalnya dan mengeluarkan cahaya Islam dari hatinya” [Diriwayatkan
oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul-Auliyaa’, 8/102; shahih].
SYUBHAT : Kali ini kami akan menulis
bantahan ilmiyyah atas dusta wahabi-salafi yang menuduh bahwa Maulid pertama
kali diadakan oleh Syi’ah Fathimiyyun. Kami juga akan membongkar kecurangan
mereka dengan menggunting ucapan syaikh al-Maqrizi terhadap teks yang
menampilkan keagungan perayaan Maulid Nabi yang diselerenggarakan para raja
yang adil dan para ulama besar dari kalangan empat madzhab. Tidak sedikit
artikel wahabi yang mengcopy paste dusta tersebut termasuk syaikh al-Fauzan
dalam fatwanya. Berikut salah satu artikel dusta wahabi di : http://artikelassunnah.blogspot.com/2012/01/ternyata-maulid-nabi-berasal-dari-syiah.html
JAWAB : hehe..menuduh dusta
padahal datanya valid tak terbantahkan.sedang data ente 500 H kesonooo..
SYUBHAT : Pernyataan di atas tidak
benar sama sekali. Dan jauh dari fakta kebenarannya…
Pertama : Memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi sudah ada sejak
masa Nabi shallahhu ‘alaihi wa sallam sendiri. Yakni dari segi mengagungkan
hari di mana Nabi dilahirkan dengan melakukan suatu ibadah yaitu berpuasa.
Ketika Rasulullah shallahu ‘alaihi
wa sallam ditanya tentang puasa hari senin, beliau menjawab :
ذاك يوم ولدت فيه ويوم بعثت اوانزل علي فيه
“ Hari itu hari aku dilahirkan,
hari aku diutus atau diturunkan wahyu kepadaku “ (HR. Muslim)
Ini merupakan dalil nyata bolehnya
memperingati hari kelahiran (maulid) beliau yang saat itu dirayakan oleh Nabi
dengan salah satu macam ibadah yaitu berpuasa. Dan ini merupakan fakta bahwa
beliaulah pertama kali yang mengangungkan hari kelahirannya sendiri dengan
berpuasa. Maka mengagungkan hari di mana beliau dilahirkan merupakan
sebuah sunnah yang telah Nabi contohkan sendiri. Ini asal dan esensi dari acara
maulid Nabi.
JAWAB : he..pertanyaannya: kenapa puasa SUNNAH
hari senin..bukanya kenapa engkau mengagungkan hari senin lahirmu??? Alasan
yang lebih kuat dalam disunnahkannya puasa Senin adalah karena pada hari Senin
dan Kamis amal seseorang diangkat (ditunjukkan) kepada Allah, dan Nabi suka
jika saat amalan beliau diangkat menuju Allah, beliau dalam keadaan berpuasa.
تُعْرَضُ
الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى
وَأَنَا صَائِمٌ
Ditunjukkan amalan-amalan pada hari Senin dan
Kamis, dan aku suka amalanku ditunjukkan dalam keadaaan aku berpuasa (H.R
atTirmidzi)
Alasan itu pulalah yang menyebabkan Nabi senang
memperbanyak puasa di bulan Sya’ban:
أُسَامَةُ
بْنُ زَيْدٍ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ
الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ قَالَ ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ
عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ
إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ
Usamah bin Zaid –semoga Allah meridhainya-
berkata: Aku berkata: Wahai Rasulullah, saya tidak pernah melihat anda berpuasa
pada bulan-bulan lain seperti puasa anda di bulan Sya’ban. Nabi menyatakan: Itu
adalah bulan saat manusia lalai. Bulan yang berada di antara Rajab dengan
Ramadhan. Pada bulan itu amalan-amalan diangkat menuju Rabb semesta alam. Maka
aku suka saat amalanku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa (H.R anNasaai)
Nabi shollallahu alaihi wasallam dalam hadits itu
ditanya tentang puasa hari Senin, maka beliau mensyariatkan disunnahkannya
puasa hari Senin, itu berlangsung tiap pekan. Berbeda dengan pelaksanaan Maulid
Nabi yang dilaksanakan tiap tahun.
SYUBHAT : Kedua : Merayakan,
mengagungkan dan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi dengan berbagai cara
dan program sudah sejak lama diikuti oleh para ulama dan raja-raja yang shalih.
Kita kupas sejarahnya di sini :
1. Ibnu Jubair seorang Rohalah[2] (lahir pada tahun 540 H)
mengatakan dalam kitabnya yang berjudul Rihal :
يفتح هذا المكان المبارك أي منزل
النبي صلى الله عليه وسلم ويدخله جميع الرجال للتبرّك به في كل يوم اثنين من شهر
ربيع الأول ففي هذا اليوم وذاك الشهر ولد النبي صلى الله عليه وسلم
“ Tempat yang penuh berkah ini
dibuka yakni rumah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam, dan semua laki-laki
memasukinya untuk mengambil berkah dengannya di setiap hari senin dari bulan
Rabi’ul Awwal. Di hari dan bulan inilah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam
dilahirkan “[3]
Dari sini sudah jelas bahwa saat itu
perayaan maulid Nabi merupakan sudah menjadi tradisi kaum muslimin di Makkah
sebelum kedatangan Ibnu Jubair di Makkah dan Madinah dengan acara yang berbeda
yaitu membuka rumah Nabi untuk umum agar mendapat berkah dengannya. Ibnu Jubair
masuk ke kota Makkah tanggal 16 Syawwal tahun 579 Hijriyyah. Menetap di
sana selama delapan bulan dan meninggalkan kota Makkah hari Kamis tanggal 22
bulan Dzul Hijjah tahun 579 H, dengan menuju ke kota Madinah al-Munawwarah dan
menetap selama 5 hari saja.
2. Syaikh Umar al-Mulla seorang syaikh yang shalih yang wafat pada tahun 570 H,
dan shulthan Nuruddin Zanki seorang pentakluk pasukan salib. Kita simak
penuturan syaikh Abu Syamah (guru imam Nawawi) tentang dua tokoh besar di atas
:
قال العماد: وكان بالموصل رجل صالح
يعرف بعمر الملاَّ، سمى بذلك لأنه كان يملأ تنانير الجص بأجرة يتقوَّت بها، وكل ما
عليه من قميص ورداء، وكسوة وكساء، قد ملكه سواه واستعاره، فلا يملك ثوبه ولا
إزاره. وكن له شئ فوهبه لأحد مريديه، وهو يتجر لنفسه فيه، فإذا جاءه ضيف قراه ذلك
المريد. وكان ذا معرفة بأحكام القرآن والأحاديث النبوية.كان العلماء والفقهاء،
والملوك والأمراء، يزورونه في زاويته، ويتبركون بهمته، ويتيمنَّون ببركته. وله
كل سنة دعوة يحتفل بها في أيام مولد رسول الله صلى الله عليه وسلم يحضره
فيها صاحب الموصل، ويحضر الشعراء وينشدون مدح رسول الله صلى الله عليه وسلم في
المحفل. وكان نور الدين من أخص محبيه يستشيرونه في حضوره، ويكاتبه في مصالح أموره
“ al-‘Ammad mengatakan , “ Di
Mosol ada seorang yang shalih yang dikenal dengan sebutan Umar al-Mulla,
disebut dengan al-Mulla sebab konon beliau suka memenuhi (mala-a) ongkos para
pembuat dapur api sebagai biaya makan sehari-harinya, dan semua apa yang ia
miliki berupa gamis, selendang, pakaian, selimut, sudah dimiliki dan dipinjam
oleh orang lain, maka beliau sama sekali tidak pakaian dan sarungnya. Jika
beliau memiliki sesuatu, maka beliau memberikannya kepada salah satu muridnya,
dan beliau menyewa sesuatu itu untuknya, maka jika ada tamu yang datang, murid
itulah yang menjamunya. Beliau seorang yang memiliki pengetahuan tentang
hokum-hukum al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Para ulama, ahli fiqih, raja dan
penguasa sering menziarahi beliau di padepokannya, mengambil berkah dengan
sifat kesemangatannya, mengharap keberkahan dengannya. Dan beliau setiap
tahunnya mengadakan peringatan hari kelahiran (maulid) Nabi shallahu ‘alaihi wa
sallam yang dihadiri juga oleh raja Mosol. Para penyair pun juga datang
menyenandungkan pujian-pujian kepada Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam di
perayaan tersebut. Shulthan Nuruddin adalah salah seorang pecintanya yang
merasa senang dan bahagia dengan menghadiri perayaan maulid tersebut dan selalu
berkorespondesi dalam kemaslahatan setiap urusannya “.[4]
Ini juga disebutkan oleh al-Hafidz
Ibnu Katsir dalam Tarikh pada bab Hawadits 566 H. al-Hafidz adz-Dzahabi
mengatakan tentang syaikh Umar ash-Shalih ini : “
وقد كتب الشيخ الزاهد عمر الملاّ الموصلي كتاباً إلى ابن
الصابوني هذا يطلب منه الدعاء
“ Dan sungguh telah menulis syaikh
yang zuhud yaitu Umar al-Mulla al-Mushili sebuah tulisan kepada Ibnu
ash-Shabuni, “ Ini orang meminta ddoa darinya “.[5]
Adz-Dzahabi dalam kitab lainnya juga
mengatakan :
وكان ذلك تحت إمرة الملك العادل السُّنِّيِّ نور الدين
محمود زنْكِي الذي أجمع المؤرخون على ديانته وحسن سيرته، وهو الذي
أباد الفاطميين بمصر واستأصلهم وقهر الدولة الرافضية بها وأظهر
السنة وبني المدارس بحلب وحمص ودمشق وبعلبك وبنى المساجد والجوامع ودار
الحديث
“ Beliau (syaikh Umar) di bawah
kekuasaan raja yang adil yang sunni yaitu Nuruddin Mahmud Zanki, yang
para sejarawan telah ijma’ (konsesus/sepakat) atas kebaikan agama dan
kehidupannya. Beliaulah yang telah memusnahkan dinasti
Fathimiyyun di Mesir sampai ke akar-akarnya, menghancurkan kekuasaan
Rafidhah. Menampakkan (menzahirkan) sunnah, membangun
madrasah-madrasah di Halb, Hamsh, Damasqus dan Ba’labak, juga membangun
masjid-masjid Jami’ dan pesantren hadits “[6]
Al-Hafidz Ibnu Katsir menceritakan
sosok raja Nuruddin Zanki sebagai berikut :
أنّه كان يقوم في أحكامه بالمَعدلَةِ الحسنة وإتّباع
الشرع المطهّر وأنّه أظهر ببلاده السنّة وأمات البدعة وأنّه
كان كثير المطالعة للكتب الدينية متّبعًا للآثار النبوية صحيح الاعتقاد قمع
المناكير وأهلها ورفع العلم والشرع
“ Beliau adalah seorang raja yang
menegakkan hokum-hukumnya dengan keadilan yang baik dan mengikuti
syare’at yang suci. Beliau menampakkan sunnah dan mematikan
bid’ah di negerinya. Beliau seorang yang banyak belajar kitab-kitab
agama, pengikut sunnah-sunnah Nabi, akidahnya sahih, pemusnah kemungkaran
dan pelakuknya, pengangkat ilmu dan syare’at “.[7]
Ibnu Atsir juga mengatakan :
طالعت سِيَرَ الملوك المتقدمين فلم أر فيها بعد الخلفاء الراشدين
وعمر بن عبد العزيز أحسن من سيرته, قال: وكان يعظم الشريعة ويقف عند أحكامها
“ Aku telah mengkaji
sejarah-sejarah kehidupan para raja terdahulu, maka aku tidak melihat setelah
khalifah rasyidin dan Umar bin Abdul Aziz yang lebih baik dari sejarah
kehidupannya (Nurruddin Zanki). Beliau pengangung syare’at dan tegak di dalam
hokum-hukumnya “.[8]
JAWAB : he..asal bantah..kebingungan
kalee..Mestinya, kalau ingin membantah argumen tersebut, penulis bisa menempuh
beberapa cara:
Pertama, menyebutkan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan pemaparan fakta itu. Misalkan dengan menyatakan: Tidak benar Dinasti Fathimiyyun memerintah di tahun itu. Semestinya di tahun itu yang memerintah adalah raja ini dan ini.
Pertama, menyebutkan bukti-bukti yang menunjukkan kesalahan pemaparan fakta itu. Misalkan dengan menyatakan: Tidak benar Dinasti Fathimiyyun memerintah di tahun itu. Semestinya di tahun itu yang memerintah adalah raja ini dan ini.
Kedua, jika tidak dengan cara pertama, harusnya
penulis menunjukkan bukti adanya pihak yang memperingati Maulid Nabi sebelum
tahun 362 Hijriyah.
Jika dua hal ini tercapai, maka gugurlah argumen
yang menyatakan bahwa pihak pertama yang merayakan Maulid Nabi adalah Dinasti
Fathimiyyun di tahun sekitar 362 Hijriyah.
Tapi ternyata penulis artikel itu salah sasaran. Ia justru mengemukakan bukti-bukti peringatan Maulid yang semuanya di atas tahun 500 Hijriyah kesonoo !
Tapi ternyata penulis artikel itu salah sasaran. Ia justru mengemukakan bukti-bukti peringatan Maulid yang semuanya di atas tahun 500 Hijriyah kesonoo !
SYUBHAT : Pertanyaan buat para pengingkar
Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Jika seandainya Maulid Nabi itu
bid’ah dholalah yang sesat dan pelakunya disebut mubtadi’ (pelaku bid’ah) dan
terancam masuk neraka, apakah anda akan mengatakan bahwa syaikh Umar al-Mulla
dan raja yang adil Nuruddin Zanki adalah orang-orang pelaku bid’ah dan terancam
masuk neraka ?? padahal para ulama sejarawan sepakat (ijma’) bahwa syaikh Umar
adalah orang shalih dan zuhud, raja Nuruddin adalah raja yang adil, berakidah
sahih, pecinta sunnah bahkan menampakkanya dan juga pemusnah bid’ah di
negerinnya, sebagaimana telah saya buktikan faktanya di atas…
Bagaimana mungkin para ulama
sejarawan di atas, mengatakan penzahir (penampak) sunnah Nabi dan pemusnah
bid’ah jika ternyata pengamal Maulid Nabi yang kalian anggap bid’ah sesat ??
ini bukti bahwa Maulid Nabi bukanlah bid’ah. Renungkanlah hal ini wahai para
pengingkar Maulid Nabi…
JAWAB : hehehe..ini lebih
lucu..apakah mereka maksum???kayak syiah aja imamnya gak mungkin
salah..hadeuh..
SYUBHAT : 3. Kemudian
berlanjut perayaan tersebut yang dilakukan oleh seorang raja shaleh yaitu raja
al-Mudzaffar penguasa Irbil, seorang raja orang yang pertama kali merayakan
peringatan maulid Nabi dengan program yang teratur dan tertib dan meriah.
Beliau seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah wal jama’ah.
Al-Hafidz Ibnu Katsir mengatakan :
ابن زين الدين علي بن تبكتكين أحد الاجواد والسادات الكبراء
والملوك الامجاد له آثار حسنة…. وكان يعمل المولد الشريف في
ربيع الاول ويحتفل به احتفالا هائلا وكان
مع ذلك شهما شجاعا فاتكا بطلا عاقلا عالما عادلا رحمه الله وأكرم
مثواه وقد صنف الشيخ أبو الخطاب ابن دحية له مجلدا في المولد النبوي سماه التنوير في
مولد البشير النذير فأجازه على ذلك بألف دينار وقد طالت مدته في الملك في زمان
الدولة الصلاحية وقد كان محاصر عكا وإلى هذه السنة محمود السيرة والسريرة قال
السبط حكى بعض من حضر سماط المظفر في بعض الموالد كان يمد في ذلك السماط خمسة آلاف
راس مشوى وعشرة آلاف دجاجة ومائة ألف زبدية وثلاثين ألف صحن حلوى
“ Beliau adalah putra Zainuddin
Ali bin Tabkitkabin salah seorang tokoh besar dan pemimpin yang agung. Beliau
memiliki sejarah hidup yang baik. Beliau yang memakmurkan masjid
al-Mudzhaffari….dan beliau konon mengadakan acara Maulid Nabi yang mulia
di bulan Rabiul Awwal, dan merayakannya dengan perayaan yang meriah,
dan beliau adalah seorang raja yang cerdas, pemberani, perkasa, berakal,
alim dan adil –semoga Allah merahmatinya dan memuliakan tempat
kembalinya- syaikh Abul Khaththab Ibnu Dihyah telah mengarang kitab
berjilid-jilid tentang Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam yang dinamakannya
“ At-Tanwir fi Maulid al-Basyir an-Nadzir “, lalu diberikan balasan atas usaha
itu oleh raja sebesar seribu dinar. Masa kerajaannya begitu panjang di zaman
Daulah shalahiyyah. Beliau pernah mengepung negeri ‘Ukaa. Di tahun ini beliau
baik kehidupannya lahir dan bathin. As-Sibth mengatakan, “ Seorang yang menghadiri
kegiatan raja al-Mudzaffar pada beberapa acara maulidnya mengatakan, “ Beliau
pada perayaan maulidnya itu menyediakan 5000 kepala kambing yang dipanggang,
10.000 ayam panggang, 100.000 mangkok besar (yang berisi buah-buahan), dam
30.000 piring berisi manisan “.[9]
Adz-Dzahabi juga mengatakan tentang
sifat-sifat beliau :
وَكَانَ مُتَوَاضِعاً، خَيِّراً، سُنِّيّاً، يُحبّ الفُقَهَاء
وَالمُحَدِّثِيْنَ، وَرُبَّمَا أَعْطَى الشُّعَرَاء، وَمَا نُقِلَ أَنَّهُ
انْهَزَم فِي حرب
“ Beliau adalah orang yang rendah
hati, sangat baik, seorang yang berakidahkan Ahlus sunnah, pecinta para ahli
fiqih dan hadits, terkadang suka memberi hadiah kepada para penyair, dan tidak
dinukilkan bahwa beliau kalah dalam pertempuran “[10]
JAWAB : mana kata-kata bahwa
beliau yg paling awwal???atau ente pengen bilang dia gak mungkin salah
lagiii???
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan,
"Bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al ‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi- mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H hingga 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah." [Al Bidayah Wan Nihayah 11/172]
"Bahwa yang pertama kali mengadakan peringatan maulid Nabi adalah para raja kerajaan Fathimiyyah -Al ‘Ubaidiyyah yang dinasabkan kepada ‘Ubaidullah bin Maimun Al Qaddah Al Yahudi- mereka berkuasa di Mesir sejak tahun 357 H hingga 567 H. Para raja Fathimiyyah ini beragama Syi’ah Isma’iliyyah Rafidhiyyah." [Al Bidayah Wan Nihayah 11/172]
tidak bisa menggugurkan argumen bahwa peringatan
Maulid awal adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah dengan menyebutkan bukti
peringatan Maulid di atas tahun 500-an Hijriyah. Karena hal itu berarti
peringatan awal Maulid adalah di sekitar tahun 362 Hijriyah kemudian di
tahun-tahun berikutnya ada lagi peringatan Maulid lainnya di atas tahun 500
Hijriyah.
Berikut ini kesimpulan yang dipaparkan oleh
Syaikh Bakhit al-Muthi’iy seorang mufti Mesir :
من
ذلك تعلم أن مظفر الدين إنما أحدث المولد النبوي في مدينة إربل على الوجه الذي وصف
فلا ينافي ما ذكرناه من أن أول من أحدثه بالقاهرة الخلفاء الفاطميون من قبل ذلك
فإن دولة الفاطميين انقرضت بموت العاضد بالله أبي محمد عبد الله بن الحافظ بن
المستنصر في يوم الإثنين عاشر المحرم سنة سبع وستين وخمسمائة هجرية. وما كانت
الموالد تعرف في دولة الإسلام من قبل الفاطميين
Dari hal itulah anda mengetahui bahwa Mudzhaffarud
Dien mengadakan (peringatan) Maulid Nabi di kota Irbil dalam bentuk seperti
yang sudah disebutkan. Ini tidaklah meniadakan apa yang telah kami sebutkan
sebelumnya bahwa yang pertama kali mengadakannya di Kairo (Mesir) adalah para
Khalifah al-Fathimiyyun sebelum itu. Karena Daulah al-Fathimiyyun baru berakhir
dengan kematian al-Adhid billaahi Abu Muhammad Abdullah bin al-Hafidz bin
al-Mustanshir dari hari Senin tanggal 10 Muharram di tahun 567 Hijriyah.
Sebelum dinasti Fathimiyyun, tidaklah dikenal peringatan Maulid-maulid pada
negara Islam (Ahsanul Kalaam fiimaa yata’allaqu bissunnah wal bid’ah minal
ahkaam karya Syaikh Muhammad Bakhit al-Muthi’iy hal 70)
SYUBHAT : Pertanyaan buat para
pengingkar Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam :
Adakah para ulama sejarawan di atas
menyebutkan raja Mudzaffar adalah seorang pelaku bid’ah dholalah karena
melakukan perayaan Maulid Nabi ?? justru mereka menyebutkan bahwa beliau adalah
seorang raja adil, rendah hati, pemberani dan berakidahkan Ahlus sunnah.
Renungkanlah hal ini wahai wahabi…
JAWAB : apakah itu jaminan
bebas bid’ah???
SYUBHAT : Ketiga : Seandainya
Fathimiiyun juga membuat perayaan Maulid Nabi sebagaimana para pendahulu kami,
maka hal ini bukanlah suatu keburukan karena kami hanya menolak kebathilan para
pelaku bid’ah dholalah, bukan menolak kebenaran mereka yang sesuai dengan Ahlus
sunnah.
JAWAB : emang satu spesies
he..syiah minus imamah
SYUBHAT : Keempat : Wahabi
telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan mengunting teks (nash) dari
al-Maqrizi. Mereka tidak menampilkan redaksi atau teks berikutnya yang
dinyatakan oleh al-Maqrizi dalam kitabnya tersebut. Lebih lanjutnya beliau
menceritkan bahwasanya para khalifah muslimin, mengadakan perayaan maulid yang
dihadiri oleh para qadhi dari kalangan empat madzhab dan para ulama yang
masyhur, berikut redaksinya yang disembunyikan dan tidak berani ditampilkan
wahabi :
فلما كانت أيام الظاهر برقوق عمل
المولد النبويّ بهذا الحوض في أوّل ليلة جمعة من شهر ربيع الأول في كلّ عام فإذا
كان وقت ذلك ضربت خيمة عظيمة بهذا الحوض وجلس السلطان وعن يمينه شيخ الإسلام سراج
الدين عمر بن رسلان بن نصر البلقيني ويليه الشيخ المعتقد إبراهيم برهان الدين بن
محمد بن بهادر بن أحمد بن رفاعة المغربيّ ويليه ولد شيخ الإسلام ومن دونه وعن يسار
السلطان الشيخ أبو عبد الله محمد بن سلامة التوزريّ المغربيّ ويليه قضاة القضاة
الأربعة وشيوخ العلم ويجلس الأمراء على بعد من السلطان فإذا فرغ القراء من قراءة
القرآن الكريم قام المنشدون واحدًا بعد واحد وهم يزيدون على عشرين منشدًا فيدفع
لكل واحد منهم صرّة فيها أربعمائة درهم فضة ومن كلّ أمير من أمراء الدولة شقة حرير
فإذا انقضت صلاة المغرب مدّت أسمطة الأطعمة الفائقة فأكلت وحمل ما فيها ثم مدّت
أسمطة الحلوى السكرية من الجواراشات والعقائد ونحوها فتُؤكل وتخطفها الفقهاء ثم
يكون تكميل إنشاد المنشدين ووعظهم إلى نحو ثلث الليل فإذا فرغ المنشدون قام القضاة
وانصرفوا وأقيم السماع بقية الليل واستمرّ ذلك مدّة أيامه ثم أيام ابنه الملك
الناصر فرج
“ Maka ketika sudah pada hari-hari yang tampak dengan ruquq,
diadakanlah perayaan Maulid Nabi di telaga ini pada setiap malam Jum’at bulan
Rabiul Awwal di setiap tahunnya. Kemduian Shulthan duduk, dan di sebelah
kanannya duduklah syaikh Islam Sirajuddin Umar bin Ruslan bin Nashr al-Balqini,
di dekat beliau ada syaikh al-Mu’taqad Ibrahim Burhanuddin bin Muhammad bin
Bahadir bin Ahmad bin Rifa’ah al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada putra syaikh
Islam dan orang-orang selainnya, dan di sebelah kirinya ada syaikh Abu Abdillah
bin Muhammad bin Sallamah at-Tuzari al-Maghrabi, di sampingnya lagi ada para
qadhi dari kalangan empat madzhab, dan para syaikh ilmu, juga para penguasa
yang duduk sedikit jauh dari shulthan. Jika telah selesai membaca al-Quran,
maka beridrilah para nasyid satu persatu membawakan sebuah nasyidah, mereka
lebih dari 20 orang nasyid, masing-masing diberikan sekantong uang yang di
dalamnya berisi 4000 ribu dirham perak. Dan bagi setiap amir daulah diberikan
kaen sutra. Dan jika telah selesai sholat maghrib, maka dihidangkanlah hidangan
makanan yang mewah yang dimakan oleh semuanya dan dibawa pulang. Kemduian
dibeberkan juga hidangan manisan yang juga dimakan semuanya dan para ulama ahli
fiqih. Kemduian disempurnakan dengan nasyid pada munsyid dan nasehat mereka
sampai sepertiga malam. Dan jika para munsyid selasai, maka berdirilah para
qadhi dan mereka kembali pulang. Dan diperdengarkan sebuah senandung pujian di
sisa malam tersebut. Hal ini terus berlangsung di masanya dan masa-masa anaknya
yaitu an-Nahsir Faraj “.[11]
Kisah yang sama ini juga diceritakan
oleh seorang ulama pakar sejarah yaitu syaikh Jamaluddin Abul Mahasin bin
Yusufi bin Taghribardi dalam kitab Tarikhnya “ an-Nujum az-Zahirah fii Muluk
Mesir wal Qahirah “ pada juz 12 halaman 72.
Hal yang serupa juga disebutkan oleh
al-Hafidz Ibnu Hajar secara ringkas dalam kitabnya Anba al-Ghumar sebagai
berikut :
وعمل المولد السلطاني المولد النبوي
الشريف على العادة في اليوم الخامس عشر، فحضره البلقيني والتفهني وهما معزولان،
وجلس القضاة المسفزون على اليمين وجلسنا على اليسار والمشايخ دونهم، واتفق أن
السلطان كان صائما، فلما مد السماط جلس على العادة مع الناس إلى إن فرغوا، فلما
دخل وقت المغرب صلوا ثم أحضرت سفرة لطيفة، فاكل هو ومن كان صائما من القضاة وغيرهم
“ Dan perayaan maulid shulthan
yaitu Maulid Nabi yang Mulia seprti biasanya (tradisi) pada hari kelima belas,
dihadiri oleh syaikh al-Balqini dan at-Tifhani, keduanya mantan qadhi. Para
qadhi lainnya duduk di sebalah kanan beliau, dan kami serta para masyaikh duduk
di sebelah kiri. Disepakati bahwa shulthan saat itu dalam keadaan puasa, maka
ketika dibentangkanlah seprei makanan, beliau duduk seperti biasanya bersama
prang-orang sampai selesai. Maka ketika masuk waktu maghrib, mereka sholat
kemudian dihidangkanlah hidangan makanan yang lembut, maka beliau makan
bersama orang-orang yang berpuasa dari para qadhi dan lainnya “[12]
Dengan ini jelas lah sudah bahwa
wahabi telah melakukan kecurangan ilmiyyah dengan tidak menampilkan redaksi
(teks) selanjutnya yang membicarakan perhatian para raja dan ulama besar
terhadap perayaan Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam saat itu. Ini
merupakan tadlis, talbis dan penipuan besar di hadapan public…naudzu billah min
dzaalik.
JAWAB : Sesungguhnya itu hanyalah tuduhan
dusta yang tidak berdasar. Berikut penjelasannya:
Pertama, nukilan ucapan al-Maqrizy adalah untuk membuktikan bahwa beliau menyetujui pernyataan bahwa Dinasti Fathimiyyun adalah yang membuat-buat beberapa acara Maulid. Maka nukilan itu sekedar untuk menunjukkan hal itu. Hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan tujuan tersebut, tidak perlu dikutip.
Pertama, nukilan ucapan al-Maqrizy adalah untuk membuktikan bahwa beliau menyetujui pernyataan bahwa Dinasti Fathimiyyun adalah yang membuat-buat beberapa acara Maulid. Maka nukilan itu sekedar untuk menunjukkan hal itu. Hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan tujuan tersebut, tidak perlu dikutip.
Kedua, sangat jauhnya jarak halaman antara
kutipan yang dinukil dengan potongan kalimat yang dituduhkan. Selain itu,
pembahasannya sudah berbeda jauh. Ucapan al-Maqriziy yang dinukil dalam
sebagian situs Ahlussunnah adalah ada di halaman 118. Sedangkan yang dituduhkan
telah digunting pernyataannya ada di halaman 416. Penomoran halaman ini
berdasarkan yang terdapat dalam Maktabah Syamilah. Kalimat yang dinukil
menceritakan tentang yang terjadi di Mesir, sedangkan kalimat yang dituduhkan
adalah membahas tentang yang terjadi di Turki. Sungguh jauh hal tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa anggapan pengguntingan ucapan al-Maqriziy itu hanyalah tuduhan dusta yang dibuat-buat.
Hal ini menunjukkan bahwa anggapan pengguntingan ucapan al-Maqriziy itu hanyalah tuduhan dusta yang dibuat-buat.
SYUBHAT : Kesimpulannya :
1. Perayaan Maulid Nabi, esensinya
telah dicontohkan oleh Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam sendiri yaitu saat
beliau mengangungkan dan memperingati hari kelahiran beliau dengan melakukan
satu ibadah sunnah yaitu puasa. Maka pada hakekatnya perayaan Maulid Nabi
adalah sunnah Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
JAWAB : hee..selanjutnya
terserah anda gituuu..haha..agama bebas haluan
SYUBHAT : 2. Perayaan Maulid Nabi
yang dilanjutkan dengan para raja yang adil dan para ulama yang terkenal adalah
dalam rangka menghidupkan sunnah Nabi yaitu memperingati hari kelahiran Nabi,
namun dengan metode dan cara yang berbeda yang berlandaskan syare’at seperti
membaca al-Quran, bersholawat dan bersedekah. Metode ini sama sekali tidak
bertentangan dengan syare’at Nabi.
JAWAB : hehe..bid’ah itu
sendiri bertentangan syariat..metode itu nabi yang atur bukan yg laen
SYUBHAT : 3. Tuduhan wahabi bahwa
yang melakukan Maulid pertama kali adalah dari Syi’ah Fathimiyyun adalah dusta
belaka dan bertentangan dengan fakta kebenarannya.
JAWAB : mana yg dusta lhawong
itu fakta valid tak terbantahkan..hehe
SYUBHAT : 4. Wahabi telah melakukan
kecurangan ilmiyyah dengan menggunting dan tidak menampilkan teks al-Maqrizi
yang menceritakan perhatian para raja adil dan ulama terkenal dari kalangan
empat madzhab terhadap Maulid Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam.
JAWAB : apakah harus dikutip
seluruh isi kitab ..hehee
Tidak ada komentar:
Posting Komentar