Sabtu, 07 Juni 2014

metode khuruj =nada dan dakwah bang haji ?



kawan2, mari kita bedakan, kita pilah antara sarana da’wah dan metode da’wah …..

orang2 yang mengharapkan wajah Allah pasti dia akan mengikuti, meneladani, mencontoh bagaimana cara dan metode Rasulullah itu berda’wah, Bagaimana beliau berda’wah ….karena Rasul itu uswah buat kita semua dalam segala aspek kehidupan kita…….

smua perkara yang kelihatan baik tidak selalu benar…



Perbedaan antara apa yang dinamakan dengan “nasyid islami” dengan dendangan sya’ir para sahabat Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam
- Mereka mendendangkan sya’ir-sya’ir mereka diwaktu-waktu tertentu, seperti ketika safar (yang disebut dengan “hida’”), dengan tujuan mengusir rasa kantuk, atau tatkala melakukan satu pekerjaan yang cukup berat seperti membangun rumah ,parit, dan yang semisalnya (yang disebut rajz), sedangkan “nasyid islami” menjadi hiburan disetiap waktu, dengan alasan sebagai alternatif pengganti lagu-lagu cabul dan tidak punya rasa malu.
- berkata Sa’ib bin Al-Musayyab:
إني لأبغض الغناء وأحب الرجز
“sesungguhnya aku membenci nyanyian dan menyukai rajz”
(HR.Abdur razzaq dalam al-mushannaf:11/19743. Dishahihkan Al-Albani dalam at-tahriim:279)
- Apa yang mereka lantunkan dari sya’ir-sya’ir tersebut disebut dengan nasyid kaum Arab, dan bukan nasyid islami.
- Tujuan mereka melantunkan bait-bait syair tersebut adalah untuk meringankan beban yang sedang mereka alami, dari keletihan diwaktu safar, atau sedang bekerja keras. Sedangkan “nasyid islami” dibuat dengan tujuan “sarana dakwah”, agar orang yang mendengarnya menjadi sadar dari perbuatan maksiat yang dia lakukan, sebagaimana yang telah lalu dari fatwa syeikhul islam Ibnu Taimiyyah, atau dengan alasan sebagai alternatif pengganti lagu-lagu cabul.
- Lantunan syair mereka tidak menyebabkan bergoyang dan melenggak-lenggokkan badan, berbeda dengan yyang disebut “nasyid islami”.
- Lantunan syair-syair mereka tidak dibarengi dengan alat musik, sedangkan apa yang disebut “nasyid islami” mayoritasnya disertai dengan alat musik’
- Lantunan sya’ir mereka tidak disertai dengan intonasi do-re-mi seperti halnya nyanyian, berbeda dengan yang disebut nasyid islami yang menggunakan intonasi nyanyian, dengan lirik yang sama seperti nyanyian secara umum, bahkan diantara nasyid tersebut ada yang tidak memiliki perbedaan sama sekali dengan lagu-lagu cabul kecuali gubahannya saja. Adapun liriknya, lantunannya persis dan tidak berbeda.
- Mereka melantunkan syair-syair tersebut secara individu, bukan berjama’ah, tidak seperti apa yang dinamakan oleh mereka dengan “nasyid islami”.
(lihat kitab:al bayan li akhthaa’ ba’dhil kuttab, Syekh Saleh Fauzan :341, kitab _at-tahriim, Al-Albani:279).
misal saja seperti bang haji Rhoma…hehe..dengan bernyanyi dan berjoget mereka anggap itu sebagai metode da’wahnya yang di kasih nama nada dan da’wah! pernahkah Rasulullah berda’wah seperti itu? bernyanyi dan berjoget….itu metode….cara….

kalau sarana itu bebas selama tidak ada pelanggaran syari’….. seperti adanya mikrophone…alat rekam dll……

Dalam ayat yang lain Allah berfirman pada para istri Nabi dengan mengatakan,
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh, yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang berpuasa, yang janda dan yang perawan” (QS at Tahrim:5).
Orang-orang sufi beranggapan bahwa yang dimasud dengan sa-ihin dan sa-ihat yang ada dalam dua ayat di atas adalah berkelana ke padang pasir dan gunung-gunung agar bisa menyendiri dan konsentrasi beribadah kepada Allah.
Ibnul Qoyyim mengatakan, “Siyahah dalam ayat ini ada yang menafsirkan dengan puasa, bepergian untuk menuntut ilmu, jihad dan terus-menerus dalam ketaatan. Setelah melakukan telaah bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksudkan adalah perjalanan hati untuk mengingat Allah, mencintai, kembali dan rindu berjumpa dengan Allah
Dalam at Tahrim ayat 5 Allah menggandengkan ibadah dengan siyahah. Ibadah yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah ibadah badan. Sedangkan yang dimaksud dengan siyahah adalah ibadah hati (Hadil Arwah hal 109-110). [Diringkas dari Ahkam as Siyahah hal 10-15 karya Syeikh Abdullah al Jibrin].

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah [I]rahimahullah berkata : “Adapun berkela na tanpa tujuan tertentu, maka hal itu bukanlah amalan umat ini. Oleh karenanya, Imam Ahmad [I]rahimahullah berkata: ‘Berkelana (tanpa tujuan) sedikitpun bukan termasuk ajaran agama Islam dan bukan amalan para Nabi ‘alaihis sholatu was salam dan orang-orang sholih.” [19] Sekalipun ada di antara saudara-saudara kita yang berkelana terlarang ini, entah karena salah paham, atau tidak tahu akan larangan.”[Iqtidho’Shirotil Mustaqim 1/327 ]Beliau juga mengatakan, “Islam tidak mengajarkan kepada kita untuk pergi ke berbagai goa yang ada di gunung, tidak pula menyepi di berbagai goa. Yang diajarkan oleh Islam adalah i’tikaf di masjid. Itulah yang ada ajarannya dalam Islam” (Majmu Fatawa 27/500).
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bukan lah maksud dari berkelana adalah seperti pemahaman sebagian orang ahli ibadah yang hanya sekadar berkelana di bumi dan menyendiri di gunung, padang pasir dan goa. Berkelana semacam itu tidak disyari’atkan kecuali pada za man fitnah dan kegoncangan agama.” [afsir al-Qur’anil ‘Adzim 2/220, surat at-Taubah [9]:112) ]


Terus sekarang Khuruj 3..40..4bln.. itu metode da’wah apa sarana da’wah?
pernahkan rosul dan para sahabat pake metode khuruj
 

Tidak ada komentar: