Minggu, 14 Juli 2013

SPRINGBED ITU NAMANYA KHOTBAH JUM'AT


Siapa yang suka tidur waktu khotbah jumat? Ayo ngacung! Loh kok semua ngacung?

Hening, diam, sesekali terdengar suara berdehem kalau tidak gitu, batuk. Yang rutin adalah suara deritan kipas angin tua yang tak henti berputar-pusar, mengembuskan semilir angin lembut mengenai seluruh jamaah. kadang suara deritan itu lebih kentara terdengar daripada suara ceramah khotib. Sesekali jamaah terhentak, kembali dari ketidaksadaaran, setelah beberapa saat terkantuk-kantuk, lalu mulai mendengarkan ceramah dan kembali tidur. Suara khotib serupa lagu nostalgia yang di setel tak terlalu keras di tengah siang yang panas. Itulah suasana sholat jumat di masjid lingkungan rumah saya tadi.

Tidak semua masjid memang. Boleh lah saya bilang rata-rata masjid di Indonesia bersuasana semacam ini. Jamaah jumat begitu sesak, namun aroma kantuk begitu terasa sesaat setelah khotib selesai menyampaikan mukadimah ceramah. Saya kadang berpikir jangan-jangan suara khotib sekarang semerdu suara bang haji Roma?

Memang waktu dzuhur selalu bertepatan dengan jam istirahat kantor. Energi tekor, tubuh lelah, perut lapar atau mungkin malah kekenyangan, biasa menjadi alibi kenapa rata-rata jamaah sholat jumat mengantuk. Lihat saja, ada seorang jama'ah menopangkan kedua bilah tangannya kedagu, kepala mulai terbenam ke bahu sehingga jika di lihat dari belakang seperti hantu tanpa kepala. Mula-mula orang mengira orang itu sedang berdzikir. Saat kepala tiba-tiba jatuh terantuk, orang-orang mulai faham bahwa ia sebenarnya sedang tidur siang.

Tapi sumpah orang itu bukan saya!

Saya yakin bukan dia saja yang mengantuk saat khotbah shalat jumat. Ada fulan -fulan yang lain yang hobbi tidur saat khotbah. Rasa-rasanya tidur di masjid saat seperti itu senyaman tidur di spring bed empuk buatan mancanegara.

Harusnya bukan begitu bukan? Karena mendengarkan ceramah sudah include satu paket dengan sholat jumat. Orang jawa bilang kalau sholat tidak pakai mendengarkan ceramah hanya dapat ndok tok (baca : telur saja), beda jika datang ke masjid saat khotib belum di atas mimbar lalu mendengarkan ceramah insya Allah dapat unto ( baca : Unta ) meski unta nya harus di impor dulu dari Hongkong eh Arab.

Lalu salah siapa coba? Khotib? ya ya ya... Saya rasa khotib punya andil besar dalam hal ini. Tapi saya lebih setuju dengan pertanyaan 'lalu solusinya apa?' Daripada pertanyaan tendinsius semacal 'lalu ini salah siapa?' saya Khawatir tak ada yang mau jadi khotib lagi karena di protes terus sama jamaah. Bagaimanapun peran mereka begitu besar. sebagai juru dakwah penyampai kebenaran. Lagian jelas mereka bukan umat biasa. mereka umat yang di beri kelebihan ilmu dan iman oleh Tuhan dan diberikan keahlian untuk bisa menyampaikannya.

Begini saja coba beri mereka masukan. 'Pak yai misalnya khotbahnya pakek bahasa Indonesia saja gimana, jangan pakek bahasa jawa gimana? Atau gini, Pak Yai, gimana kalau tema khutbahnya lebih aktual, lebih kekinian, lebih update, lebih kontemporer gitu. he he masuk akal mungkin ya...?

Soalnya saya sering tidak mudeng dengan khotib yang berceramah dengan bahasa jawa yang telampau halus itu. Walau saya orang jawa asli, namun perbedaan jaman yang membuat gap kosa kata saya dengan khotib sangat jauh. Masalah bahasa ini memang sering jadi penghalang jamaah untuk mengerti isi khotbah.Maklum saja masih banyak khotib yang menggunakan bahasa jawa halus sebagai bahasa pengantar khotbahnya.

Masalah berikutnya adalah tema. Rasa-rasanya khotib sudah sering mengulang tema yang sama dalam ceramahnya. Bagaimana tidak di ulang-ulang, la wong sekarang banyak khotib yang hanya berkhotbah dengan membaca teks saja. Teks itupun kadang bukan dibuat sendiri melainkan didapat dari buku yang banyak di jual dilapak-lapak pedagang buku. Alhasil terjadi kejenuhan pada jamaah sholat jumat atau bahasa alimnya kejumudan akan isi dari khotbah yg di sampikan oleh para khotib jumat. Seringkali rasa kantuk berawal dari rasa jenuh. coba saja kalau tidak percaya.

kalau sudah pakai bahasa familier dan tema menarik tentu saja masih ada yang perlu di tambahkan. tepatnya di kurangi ya... Durasi khotbah. Saya kira ceramah jumat di indonesia terasa terlalu panjang. Tidak usah membuka khotbah panjang lebar, tidak usah cerita terlalu detail, sampaikan secara efisien, lalu tutup. Saya kira itu lebih efektif dari pada panjang tapi tidur. Oh ya...Dengar-dengar di negeri arab sana khotbah jumat tak pernah sampai melebihi lima belas menit lo...

Kalau sudah khotibnya baik. Insya allah jamaahnya ikut-ikutan baik. Tentu tak semuanya melek mendengarkan khotbah, minimal mengurangi kesempatan jamaah sholat tidur waktu khotbah. Yah...siapa sih yang menyangkal beratnya rasa kantuk saat menjalankan ibadah ini. Hari nya istimewa, ibadanya istimewa setannya pun harusnya juga istimewa. Termasuk godaannya yang lebih dari biasanya.Akan tetap ada jamaah yang bertopang dagu, atau terantuk-antuk kepalanya, bahkan nggeblak kebelakang. Ini murni salah setan yang lebih intens menggoda saat sholat jumat. Pantas sekali menyalahkan setan. karena setan memang patut disalahkan

Semoga dengan begitu hanya ada sholat jumat berjamaah bukan malah tidur jumat berjamaah.

Tidak ada komentar: