manaqib
Syaikh Abdul Qadir yang umum di masyarakat Indonesia yaitu manaqib
Lubabul Ma’aniy adalah syirik, sebab dalam manaqib tersebut terdapat
nadzoman yang berbunyi :
عباد الله رجال الله آغيثونا لاجل الله # وكونوا عوننا لله ……..الح
artinya : wahai para hamba alloh rijal alloh tolonglah aku karena alloh dan jadilah pertolongan kami karena alloh...
dali mereka ke 1 :
إِذَا ضَلَّ أَحَدُكُمْ شَيْئاً أَوْ أَرَادَ عَوْناً وَهُوَ بِأَرْضٍ
لَيْسَ فِيْهَا أَنِيْسٌ فَلْيَقُلْ: يَا عِبَادَ اللهِ أَغِيثُونِي، يَا
عِبَادَ اللهِ أَغِيْثُونِي، فَإِنَّ لِلَّهِ عِبَاداً لاَ نَرَاهُمْ
“Jika salah seorang di antara kalian kehilangan sesuatu atau
menginginkan pertolongan, sedangkan ia berada di suatu tempat yang tidak
ada teman di sana, maka hendaklah dia mengucapkan, ‘Wahai hamba-hamba
Allah tolonglah aku, wahai hamba-hamba Allah tolonglah aku’.
Sesungguhnya Allah memiliki beberapa hamba yang tidak kita lihat.” (HR
Thabrani).
jawab :Al Haitsami mengatakan bahwa hadits tersebut
diriwayatkan oleh Ath Thabrani, dan para perawinya dianggap tsiqah meski
sebagiannya memiliki kelemahan, akan tetapi Zaid bin Ali tidak pernah
berjumpa dengan ‘Utbah[Lihat: Al Majma’uz Zawa-id 10/133.].
Selain sanad yang terputus tadi, hadits ini memiliki cacat lain karena
salah seorang perawinya bernama Abdurrahman bin Syarik. Orang ini
dinyatakan oleh Abu Hatim sebagai: ‘Waahil hadiets’ (=haditsnya sangat
lemah), sedangkan Ibnu Hibban menyifatinya dengan kata-kata: ‘Rubbama
akhtha’ (=terkadang keliru). Kemudian ia meriwayatkan dari ayahnya yang
bernama Syarik bin ‘Abdillah Al Qadhi, yang disifati oleh Ibnu Hajar
sebagai: ‘Shaduq yukhti’u katsieran, taghayyara hifdhuhu mundhu waliyal
qadha’ (=Shaduq, banyak keliru, hafalannya melemah sejak menjabat
sebagai Qadhi/hakim). Singkatnya, hadits ini adalah hadits mardud yang
tidak boleh dijadikan dalil, apalagi bila menyangkut masalah aqidah
seperti ini[ Silsilah Al Ahadiets adh Dha’iefah wal Maudhu’ah 2/109
hadits no 656.] ibnu hajar menyatakan keterputusan sanadnya dalam
takhrij al adzkar, kalaupun shohih disitu jelas mahluk yang tidak
kelihatan cuma ada dua kemungkinan yaitu jin atau malaikat
sedang dalam hadits yg lain ditegaskan dalam riwayat bazzar adalah malaikat:
"حَدَّثنا موسى بن إسحاق ، قال : حَدَّثنا منجاب بن الحارث ، قال :
حَدَّثنا حاتم بن إسماعيل عن أسامة بن زيد عن أَبَان بن صالح عن مجاهدعن
ابن عباس ، رَضِي الله عنهما ، أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن
لله ملائكة في الأرض سوى الحفظة يكتبون ما سقط من ورق الشجر فإذا أصاب
أحدكم عرجة بأرض فلاة فليناد : أعينوا عباد الله.
Dari Ibnu Abbas
Radhiyallohu ‘anhu, sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda sesungguhnya
Alloh memiliki malaikat di Bumi ini selain malaikat hafadzoh yang
mencatat daun-daunan yang rontok, maka tatkala salah satu dari kalian
tersesat di gurun, maka panggillah…..tolonglah aku duhai hamba-hamba
Alloh.
dalil mereka yang ke 2 :
Di dalam kitab Al Masail
Imam Ahmad Bin Hanbal, riwayat dari putranya, Abdulloh Bin Ahmad pada
masalah nomor 912 halaman 245 cetakan maktabah Al islami Beirut
diterangkan
سمعت أبي يقول حججت خمس حجج منها ثنتين (راكبا) وثلاثة
ماشيا او ثنتين ماشيا وثلاثة راكبا فضللت الطربق في حجة وكنت ماشبا فجعلت
أقول يا عباد الله دلونا علي الطريق فلم أزل أقول ذلك حتي وقعت علي الطريق
Aku mendengar ayahku (Ahmad Bin Hanbal) berkata, aku pergi haji lima
kali, dua kali naik kendaraan dan tiga kali jalan kaki atau dua kali
jalan kaki dan tiga kali naik kendaraan, dalam salah satu perjalanan
haji aku tersesat sementara aku sedang jalan kaki, maka akupun berkata,
Duhai Hamba Alloh, tunjukkanlah aku jalan. Dan aku tidak berhenti
mengucapkan hal itu sampai aku menemukan jalan..dan tidak mungkin
diartikan rijal ghoib atau ruh orang yg telah mati karena dalam riwayat hadits
disebutkan :فإن لله في الأرض حاضراً سيحبسه عليكم" disitu tegas bukan
arwah ghoib seperti disangka pengikut hawa nafsu.
silahkan anda cermati..jelas disana imam ahmad memanggil rombongan jamaah haji atau malaikat bukan orang mati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar