Kamis, 26 Februari 2015

HARUSKAH MEMBACA SURAT BERURUTAN ?



Mayoritas Ulama berpendapat, bahwa urutan surat-surat Al-Qur’an itu adalah hasil ijtihad, mereka berdalil, bahwa mushaf-mushaf sahabatpun berbeda susunan surat-suratnya dan sebagai mana di sebutkan didalam As-Shahihain, bahwa Nabi shallallahu ‘laihi wasalam dalam shalat tahajudnya beliau membaca surat al-Baqarah, lalu surat an-Nisa’ ,kemudian surat Ali-Imran.
Berdasarkan pendapat ini, maka tidak diingkari mendahulukan suatu surat terhadap suarat yang lainya, baik dalam satu raka’at yang sama atau dua raka’at (dalam raka’at yang berbeda), atau di luar shalat
 عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ السَّائِبِ قَرَأَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اْلمُؤْمِنُونَ فِي الصُّبْحِ حَتَّى إِذَا جَاءَ ذِكْرُ مُوسَى وَهَارُونَ أَوْ ذِكْرُ عِيسَى أَخَذَتْهُ سَعْلَةً فَرَكَعَ . وَقَرَأَ عُمَرُ فِي الرَّكْعَةِ اْلاُولَى بِمِائَةِ وَعِشْرِينَ آيَةً مِنَ اْلبَقَرَةِ. وَفِي الثَّانِيَةِ بِسُورَةِ مِنَ اْلمَثَانِي. وَقَرَأَ اْلأَحْنَفُ بِاْلكَهْفِ فِي اْلاُولَى وَفِي الثَّانِيَةِ بِيُوسُفَ أَوْ يُونُسَ ... [أخرجه البخاري، كتاب الآذان: 93]
Artinya: “Diriwayatkan dari Abdullah bin as-Saib, dalam shalat shubuh Nabi saw membaca surat al-Mukminun, hingga ketika sampai pada penyebutan kata "Musa wa Harun" atau "Isa", beliau terkena batuk lalu rukuk. Dan Umar pada rakaat pertama membaca seratus dua puluh ayat dari surat al-Baqarah dan pada rakaat kedua membaca surat al-Matsani (surat yang kurang dari seratus ayat). Adapun al-Ahnaf membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua.” [Ditakhrijkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Adzan: 93]
Hadis ini menjelaskan bahwa Ahnaf (shahabat Nabi saw) membaca surat al-Kahfi pada rakaat pertama dan membaca surat Yusuf atau Yunus pada rakaat kedua. Al-Kahfi surat ke-18, sedangkan Yusuf surat ke-12 dan Yunus surat ke-10.
 وقد سئل الشيخ ابن باز رحمه الله : أفيدكم أنني أقوم بإمامة جامع بالطائف ، وأني والحمد لله أحفظ القرآن الكريم كاملا . وإني أجد رغبة في قراءة القرآن الكريم متتابعا في صلوات المغرب والعشاء والفجر خلال العام ، بحيث أختم القرآن الكريم مرتين من شهر شوال إلى شهر شعبان من كل عام ، ثم أختمه في رمضان مرة ثالثة ، فهل في ذلك محذور شرعي ، ولو قرأت في المغرب صفحة ، والعشاء صفحة ونصف الصفحة ، وفي الفجر ثلاث صفحات ، فهل في ذلك إطالة على المصلين ؟ فأجاب : "أفيدك بالنسبة لسؤالك عن قراءة القرآن متتابعا في صلوات المغرب والعشاء والفجر حتى تختمه ، أن الأولى ترك ذلك ؛ لأنه لم يحفظ عن النبي صلى الله عليه وسلم ، ولا عن خلفائه الراشدين رضي الله عنهم ، وكل الخير في اتباع سيرته عليه الصلاة والسلام وسيرة خلفائه رضي الله عنهم ، وإذا تيسر لك أن تختم القرآن في التهجد فذلك خير لك في الدنيا والآخرة وفي إمكانك إن شاء الله أن تختمه مرات كثيرة قبل رمضان" انتهى من "فتاوى الشيخ ابن باز" (12/ 145) .

Syekh Ibnu Baz rahimahullah telah ditanya: “Saya sampaikan bahwa saya adalah Imam masjid Jami di Thaif. Alhamdulillah, saya hafal seluruh AL-Qur’an. Saya berkeinginan membaca Al-Qur’an secara berurutan dalam shalat Magrib, Isya’ dan Fajar selama setahun. Dengan maksud dapat  menghatamkan Al-Qur’anulkarim selama dua kali selama bulan Syawwal hingga bulan Sya’ban setiap tahun. Kemudian menghatamkan yang ketiga pada bulan Ramadhan. Apakah hal itu dianggap melanggar dari sisi agama? Kalau dalam shalat Magrib saya membaca satu halaman, shalat Isya satu setengah halaman dan shalat Fajar tiga halaman. Apakah hal itu terlalu panjang bagi makmum?.
Beliau menjawab: “Saya akan jelaskan kepada anda berkaitan dengan pertanyaan anda tentang bacaan Al-Qur’an secara berurutan dalam shalat Magrib, Isya’ dan Fajar hingga khatam. Yang lebih utama adalah meninggalkannya, karena hal tersebut tidak terdapat dalam ajaran Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, tidak juga pada Khulafaur Rasyidin radhiallahu’anhum. Dan semua kebaikan dengan mengikuti petunjuk Nabi sallallahu’alaihi wa sallam dan para penggantinya (Khulafaurrasyidin) radhiallahu’anhum. Kalau sekiranya mudah bagi anda untuk menghatamkannya dalam shalat Tahajud, maka hal itu lebih baik bagi anda di dunia dan akhirat. Dengan demikian memungkinkan bagi anda, insyaallah, menghatamkan berulang kali sebelum Ramadhan.” Fatawa Syekh Ibnu Baz, 12/145.

Tidak ada komentar: