kawan2, mari kita bedakan, kita pilah antara sarana da’wah dan metode da’wah …..
orang2 yang mengharapkan wajah Allah pasti dia akan mengikuti,
meneladani, mencontoh bagaimana cara dan metode Rasulullah itu
berda’wah, Bagaimana beliau berda’wah ….karena Rasul itu uswah buat kita
semua dalam segala aspek kehidupan kita…….
smua perkara yang kelihatan baik tidak selalu benar…
Perbedaan antara apa yang dinamakan dengan “nasyid islami” dengan
dendangan sya’ir para sahabat Nabi Shallallohu ‘alaihi wasallam
- Mereka mendendangkan sya’ir-sya’ir mereka diwaktu-waktu tertentu,
seperti ketika safar (yang disebut dengan “hida’”), dengan tujuan
mengusir rasa kantuk, atau tatkala melakukan satu pekerjaan yang cukup
berat seperti membangun rumah ,parit, dan yang semisalnya (yang disebut
rajz), sedangkan “nasyid islami” menjadi hiburan disetiap waktu, dengan
alasan sebagai alternatif pengganti lagu-lagu cabul dan tidak punya rasa
malu.
- berkata Sa’ib bin Al-Musayyab:
إني لأبغض الغناء وأحب الرجز
“sesungguhnya aku membenci nyanyian dan menyukai rajz”
(HR.Abdur razzaq dalam al-mushannaf:11/19743. Dishahihkan Al-Albani dalam at-tahriim:279)
- Apa yang mereka lantunkan dari sya’ir-sya’ir tersebut disebut dengan nasyid kaum Arab, dan bukan nasyid islami.
- Tujuan mereka melantunkan bait-bait syair tersebut adalah untuk
meringankan beban yang sedang mereka alami, dari keletihan diwaktu
safar, atau sedang bekerja keras. Sedangkan “nasyid islami” dibuat
dengan tujuan “sarana dakwah”, agar orang yang mendengarnya menjadi
sadar dari perbuatan maksiat yang dia lakukan, sebagaimana yang telah
lalu dari fatwa syeikhul islam Ibnu Taimiyyah, atau dengan alasan
sebagai alternatif pengganti lagu-lagu cabul.
- Lantunan syair mereka tidak menyebabkan bergoyang dan
melenggak-lenggokkan badan, berbeda dengan yyang disebut “nasyid
islami”.
- Lantunan syair-syair mereka tidak dibarengi dengan alat musik,
sedangkan apa yang disebut “nasyid islami” mayoritasnya disertai dengan
alat musik’
- Lantunan sya’ir mereka tidak disertai dengan intonasi do-re-mi
seperti halnya nyanyian, berbeda dengan yang disebut nasyid islami yang
menggunakan intonasi nyanyian, dengan lirik yang sama seperti nyanyian
secara umum, bahkan diantara nasyid tersebut ada yang tidak memiliki
perbedaan sama sekali dengan lagu-lagu cabul kecuali gubahannya saja.
Adapun liriknya, lantunannya persis dan tidak berbeda.
- Mereka melantunkan syair-syair tersebut secara individu, bukan
berjama’ah, tidak seperti apa yang dinamakan oleh mereka dengan “nasyid
islami”.
(lihat kitab:al bayan li akhthaa’ ba’dhil kuttab, Syekh Saleh Fauzan :341, kitab _at-tahriim, Al-Albani:279).
misal saja seperti bang haji Rhoma…hehe..dengan bernyanyi dan berjoget
mereka anggap itu sebagai metode da’wahnya yang di kasih nama nada dan
da’wah! pernahkah Rasulullah berda’wah seperti itu? bernyanyi dan
berjoget….itu metode….cara….
kalau sarana itu bebas selama tidak ada pelanggaran syari’….. seperti adanya mikrophone…alat rekam dll……
Dalam ayat yang lain Allah berfirman pada para istri Nabi dengan mengatakan,
عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ
يُبْدِلَهُ أَزْوَاجًا خَيْرًا مِنْكُنَّ مُسْلِمَاتٍ مُؤْمِنَاتٍ
قَانِتَاتٍ تَائِبَاتٍ عَابِدَاتٍ سَائِحَاتٍ ثَيِّبَاتٍ وَأَبْكَارًا
“
Jika Nabi menceraikan kamu, boleh Jadi Tuhannya akan memberi
ganti kepadanya dengan isteri yang lebih baik daripada kamu, yang patuh,
yang beriman, yang taat, yang bertaubat, yang mengerjakan ibadat, yang
berpuasa, yang janda dan yang perawan” (QS at Tahrim:5).
Orang-orang sufi beranggapan bahwa yang dimasud dengan
sa-ihin dan
sa-ihat yang
ada dalam dua ayat di atas adalah berkelana ke padang pasir dan
gunung-gunung agar bisa menyendiri dan konsentrasi beribadah kepada
Allah.
Ibnul Qoyyim mengatakan, “
Siyahah dalam ayat ini ada yang menafsirkan dengan
puasa, bepergian untuk menuntut ilmu, jihad dan terus-menerus dalam
ketaatan. Setelah melakukan telaah bisa kita simpulkan bahwa yang
dimaksudkan adalah
perjalanan hati untuk mengingat Allah, mencintai, kembali dan rindu berjumpa dengan Allah
Dalam at Tahrim ayat 5 Allah menggandengkan ibadah dengan siyahah. Ibadah yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah
ibadah badan. Sedangkan yang dimaksud dengan
siyahah adalah
ibadah hati (
Hadil Arwah hal 109-110).
[Diringkas dari Ahkam as Siyahah hal 10-15 karya Syeikh Abdullah al Jibrin].
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah [I]rahimahullah berkata : “Adapun berkela
na tanpa tujuan tertentu, maka hal itu bukanlah amalan umat ini. Oleh
karenanya, Imam Ahmad [I]rahimahullah berkata: ‘Berkelana (tanpa tujuan)
sedikitpun bukan termasuk ajaran agama Islam dan bukan amalan para Nabi
‘alaihis sholatu was salam dan orang-orang sholih.” [19] Sekalipun ada
di antara saudara-saudara kita yang berkelana terlarang ini, entah
karena salah paham, atau tidak tahu akan larangan.”[Iqtidho’Shirotil Mustaqim 1/327 ]Beliau juga mengatakan, “Islam tidak mengajarkan kepada kita untuk pergi
ke berbagai goa yang ada di gunung, tidak pula menyepi di berbagai goa.
Yang diajarkan oleh Islam adalah i’tikaf di masjid. Itulah yang ada
ajarannya dalam Islam” (Majmu Fatawa 27/500).
Al-Hafidz Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bukan lah maksud dari
berkelana adalah seperti pemahaman sebagian orang ahli ibadah yang hanya
sekadar berkelana di bumi dan menyendiri di gunung, padang pasir dan
goa. Berkelana semacam itu tidak disyari’atkan kecuali pada za man
fitnah dan kegoncangan agama.” [afsir al-Qur’anil ‘Adzim 2/220, surat at-Taubah [9]:112) ]
Terus sekarang Khuruj 3..40..4bln.. itu metode da’wah apa sarana da’wah?
pernahkan rosul dan para sahabat pake metode khuruj