Sabtu, 07 Desember 2013

KUBURAN DALAM MASJID ???


riwayat Al-Bazzaar rahimahullah berkata,

حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْمُسْتَمِرِّ الْعُرُوقِيُّ، ثنا مُحَمَّدُ بْنُ مُحَبَّبٍ أَبُو هَمَّامٍ، ثنا إِبْرَاهِيمُ بْنُ طَهْمَانَ، عَنْ مَنْصُورٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ قُبِرَ سَبْعُونَ نَبِيًّا

Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Al-Mustamir Al-‘Uruuqiy : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Muhabbab Abu Hammaam : Telah menceritakan kepada kami Ibraahiim bin Thahmaan, dari Manshuur, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Umar : Bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Di masjid Khaif, telah dikubur tujuhpuluh orang Nabi” [Kasyful-Astaar no. 1174]. Kalau memang shahih, berarti bisa dijadikan dalil untuk mendukung pembangunan masjid di atas kuburan? Mohon penjelasannya dari syubhat tersebut.

JAWAB : Hadits Ibnu ‘Umar radliyallaalhu ‘anhu ini ghariib karena hanya diriwayatkan dari jalan Abu Hammaam Ad-Dalaal, dari Ibraahiim bin Thahmaan, dari Manshuur, dari Mujaahid, dari Ibnu ‘Umar secara marfuu’. Ibnu Hajar mengatakan bahwa Ibnu Thahmaan ini banyak meriwayatkan riwayat ghariib (yughrib).sedangkan Ibnu Hibban mengatakan sebagai berikut:

الثقات لابن حبان (6/ 27) أمره مشتبه, له مدخل في الثقات ومدخل في الضعفاء, وقد روى أحاديث مستقيمة تشبه أحاديث الأثبات, وقد تفرد عن الثقات بأشياء معضلات

“(Ibrahim bin Thahman ini) perkaranya tidak jelas. Dia berpotensi untuk digolongkan sebagai perawi tsiqah, namun juga berpotensi untuk digolongkan dalam perawi dhaif. Ia meriwayatkan sejumlah hadits yang mustaqim (benar), yang mirip dengan haditsnya orang-orang tsiqah; namun terkadang meriwayatkan beberapa hal yang kacau dari perawi-perawi yang tsiqah, tanpa ada yang menyertainya dalam periwayatan hal-hal tersebut“. Saya katakan: Ini menunjukkan bahwa hadits Ibrahim bin Thahman ini tidak bisa diterima begitu saja, apalagi bila matannya terkesan ‘aneh’ seperti ini.
Keghariiban sendiri bukan secara mutlak menjadi faktor kelemahan riwayat atau ‘illat. Ia menjadi ‘illat dengan adanya tambahan qarinah sebagaimana telah diterangkan dalam beberapa buku ilmu hadits. Dan di sini, qarinah tersebut ada.
Riwayat tersebut adalah :
1. Dari jalan Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu :
قَالَ مُسَدَّدٌ: حَدَّثَنَا يَحْيَى، عَنْ عَبْدِ الْمَلِكِ، حَدَّثَنِي عَطَاءٌ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: ” صَلَّى فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ سَبْعُونَ نَبِيًّا، وَبَيْنَ حِرَاءَ وَثَبِيرٍ سَبْعُونَ نَبِيًّا
Musaddad berkata : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa, dari ‘Abdul-Malik : Telah menceritakan kepadaku ‘Athaa’, dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : “Telah shalat di masjid Khaif tujuhpuluh orang nabi. Antara Hiraa’ dan Tsabiir ada tujuhpuluh orang nabi” [Diriwayatkan oleh Musaddad sebagaimana dibawakan Ibnu Hajar dalam Al-Mathaalibul-‘Aliyyah no. 1331].Riwayat ini shahih
2. Dari jalan Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ أَبِي خَيْثَمَةَ، قَالَ: نَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ هَاشِمٍ الطُّوسِيُّ، قَالَ: نَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ السَّائِبِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” صَلَّى فِي مَسْجِدِ الْخَيْفِ سَبْعُونَ نَبِيًّا…..
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ahmad bin Abi Khaitsamah, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami ‘Abdullah bin Haasyim Ath-Thuusiy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Fudlail, dari ‘Athaa’ bin As-Saaib, dari Sa’iid bin Jubair, dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Telah shalat di masjid Khaif tujuhpuluh orang nabi….” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabaraaniy dalam Al-Ausath no. 5407 dan dalam Al-Kabiir 11/452-453 no. 12283].
riwayat mauquuf Ibnu ‘Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa ini hasan atau bahkan shahih (lighairihi).
Sanad riwayat Abu Hurairah dan Ibnu ‘Abbaas meskipun mauquuf, namun dihukumi marfuu’ (marfuu’ hukman), karena khabar tujuhpuluh orang Nabi pernah shalat di masjid Khaif tidak mungkin berasal dari ijtihad. Wallaahu a’lam. Dua jalur ini sangat kuat mengindikasikan adanya ‘illat dalam riwayat Ibnu ‘Umar di atas, yaitu dalam penyebutan ‘dikubur tujuhpuluh orang Nabi’. Qarinah lain yang dianggap menjadi penguat adanya ‘illat dalam riwayat Ibnu ‘Umar di atas adalah riwayat Mujaahid – yang notabene sebagai pembawa riwayat Ibnu ‘Umar di awal – :
أنبأ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحَافِظُ، وَأَبُو سَعِيدِ بْنُ أَبِي عَمْرٍو قَالا: ثنا أَبُو الْعَبَّاسِ هُوَ الأَصَمُّ، ثنا يَحْيَى بْنُ أَبِي طَالِبٍ، ثنا عَبْدُ الْوَهَّابِ، أنبأ سَعِيدُ بْنُ أَبِي عَرُوبَةَ أَنَّهُ سَمِعَ مُجَاهِدًا، يَقُولُ: ” صَلَّى فِي هَذَا الْمَسْجِدِ مَسْجِدِ الْخَيْفِ، يَعْنِي مَسْجِدَ مِنًى، سَبْعُونَ نَبِيًّا لِبَاسُهُمُ الصُّوفُ، وَنِعَالُهُمُ الْخُوصُ “
Telah memberitakan Abu ‘Abdillah Al-Haafidh dan Abu Sa’iid bin Abi ‘Amru, mereka berdua berkata : Telah menceritakan kepada kami Abul-‘Abbaas Al-Asham : Telah menceritakan kepada kami Yahyaa bin Abi Thaalib : Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Wahhaab : Telah memberitakan kepada Sa’iid bin Abi ‘Aruubah, bahwasannya ia mendengar Mujaahid berkata : “Telah shalat di masjid ini – masjid Khaif – yaitu masjid Minaa, tujuhpuluh orang Nabi. Pakaian-pakaian mereka dari bulu domba, dan sandal-sandal mereka dari daun kurma” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy 2/420].Riwayat ini sanadnya hasan.
Riwayat ini bisa menjadi qarinah ‘illat bahwa sebenarnya riwayat Ibnu ‘Umar di atas lafadhnya : ‘telah shalat tujuh puluh orang Nabi’.
Seandainya riwayat ini benar (dan yang raajih adalah ma’lul), maka kubur tujuh puluh Nabi tersebut sudah tidak nampak lagi bekasnya sehingga tidak masuk dalam pelarangan

Tidak ada komentar: