Sabtu, 07 Desember 2013

IMAM AHMAD MEMBOLEHKAN MENGUSAP QUBUR ???

‘Abdullah bin Ahmad bin Hanbal rahimahumallah berkata :
سألته عن الرجل يمس منبر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ويتبرك بمسه ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك أو نحو هذا يريد بذلك التقرب إلى الله عَزَّ وَجَلَّ فقال: لا بأس بذلك
“Aku pernah bertanya kepadanya (Ahmad) tentang seseorang yang mengusap mimbar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertabarruk dengan usapannya itu, serta menciumnya. Dan ia melakukan hal yang serupa terhadap kubur beliau shallallaahu atau yang semisal ini, yang dimaksudkan dengan perbuatannya itu untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah ‘azza wa jalla ?’. Ia (Ahmad) menjawab : ‘Tidak mengapa dengan hal itu” [Al-‘Ilal fii Ma’rifatir-Rijaal, 2/492].
????
Jawab : Ini adalah dhahir perkataan yang ternukil dari Ahmad bin Hanbal rahimahullah. Namun ada kemungkinan terjadi kekeliruan dalam membawakan riwayat Ahmad tersebut. Perhatikan riwayat sebelum dan sesudahnya :
صالح بن مسلم البكري ليس به بأس، ثم قال: صالح بن مسلم ثقة.
سألته عن الرجل يمس منبر النبي صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ويتبرك بمسه ويقبله ويفعل بالقبر مثل ذلك أو نحو هذا يريد بذلك التقرب إلى الله عَزَّ وَجَلَّ فقال: لا بأس بذلك.
سألت أبي عن سالم أبي النضر وسمي، فقال: كلاهما ثقة.
“(No. 3242) Shaalih bin Al-Bakriy : ‘Tidak mengapa dengannya’. Kemudian ia berkata : ‘Shaalih bin Muslim tsiqah’.
(No. 3243) Aku pernah bertanya kepadanya (Ahmad) tentang seseorang yang mengusap mimbar Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan bertabarruk dengan usapannya itu, serta menciumnya. Dan ia melakukan hal yang serupa terhadap kubur beliau shallallaahu atau yang semisal ini, yang dimaksudkan dengan perbuatannya itu untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah ‘azza wa jalla ?’. Ia (Ahmad) menjawab : ‘Tidak mengapa dengan hal itu’.
(No. 3244) Aku pernah bertanya kepada ayahku tentang Saalim bin An-Nadlr dan Sumiy, maka ia menjawab : ‘Keduanya tsiqah” [Al-‘Ilal, 2/492-493].
Dapat kita lihat bahwa konteks pembicaraan dalam Al-‘Ilal adalah membicarakan tentang status rijaal. Begitu pula beberapa nomor sebelumnya (hingga no. 3241) dan setelahnya (no. 3245-dst.) membicarakan status rijaal, bukan membicarakan hukum satu perbuatan. Oleh karena itu, kemungkinan besar jawaban Ahmad (yaitu : laa ba’sa bi-dzaalik) itu berkaitan dengan status orang yang bertabarruk tersebut – dan kemudian tidak disebutkan namanya (mubham).
Kemungkinan adanya kekeliruan dalam membawakan riwayat Ahmad ini dikuatkan oleh riwayat lain yang dibawakan oleh para ulama madzhab Hanabilah yang bertentangan dengannya. Misalnya yang direport oleh Ibnu Qudaamah rahimahullah :
فصل : ولا يستحب التسمح بحائط قبر النبي صلى الله عليه و سلم ولا تقبيله قال أحمد : ما أعرف هذا قال الأثرم : رأيت أهل العلم من أهل المدينة لا يمسون قبر النبي صلى الله عليه و سلم يقومون من ناحية فيسلمون قال أبو عبد الله : هكذا كان ابن عمر يفعل
“Pasal : Tidak disukai mengusap tembok kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pula menciumnya. Ahmad berkata : ‘Aku tidak mengetahuinya’. Al-Atsram berkata : ‘Aku melihat ulama dari kalangan penduduk Madiinah tidak mengusap kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan mereka berdiri dari sisi mengucapkan salam. Abu ‘Abdillah berkata : ‘Begitulah yang dilakukan Ibnu ‘Umar” [Al-Mughniy, 3/556].
Riwayat yang semisal di atas juga dibawakan oleh Ibnu ‘Abdil-Hadiy rahimahullah dalam Ash-Sharimul-Munkiy 1/145. Bahkan dalam kitab Kasysyaaful-Qinaa’ disebutkan :
اتَّفَقَ السَّلَفُ وَالْأَئِمَّةُ عَلَى أَنَّ مَنْ سَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ غَيْرِهِ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ الصَّالِحِينَ فَإِنَّهُ لَا يَتَمَسَّحُ بِالْقَبْرِ وَلَا يُقَبِّلُهُ
“Salaf dan para imam telah bersepakat bahwasannya siapa saja yang mengucapkan salam kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam atau selainnya dari kalangan para nabi yang shalih, maka ia tidak mengusap kubur dan menciumnya” [4/439].
Dengan melihat keterangan-keterangan tersebut maka kita dapat melihat bahwa Ahmad tidak berpendapat membolehkan mengusap dan mencium kubur Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, karena riwayat dalam kitab Al-‘Ilal di atas keliru – wallaahu a’lam.

2 komentar:

Wong Fey Hung mengatakan...

Dasar quburiyun...!!!

Wong Fey Hung mengatakan...

Dasar quburiyun...!!!