Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
“Jika niatan seseorang dalam berperang hanyalah untuk membela tanah
air, maka itu adalah niatan yang keliru. Niat seperti itu sama sekali
tidaklah bermanfaat. Tidak ada beda antara muslim dan kafir jika
niatannya hanyalah untuk membela tanah air. Sedangkan hadits yang
menyebutkan “hubbul wathon minal iman (cinta tanah air sebagian dari iman)”, ini adalah hadits dusta, yang bukan berasal dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Cinta tanah air jika yang dimaksud adalah cinta negeri Islam, maka
itu disukai karena yang dibela adalah Islam. Namun sebenarnya tidak ada
beda antara negerimu dan negeri Islam yang jauh, semua adalah negeri
Islam yang wajib dibela.
Jadi patut diketahui niat yang benar ketika berperang adalah untuk
membela Islam di negeri kita atau membela negeri kita yang termasuk
negeri Islam, bukan sekedar membela tanah air.” (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 66).
Beliau mengatakan pula di halaman yang lain,
“Yang harus diperhatikan bahwa di berbagai media banyak yang berkoar ketika berjihad (berperang) dengan menuliskan ‘ayo bela tanah air kita, ayo bela tanah air!’
Ini bukan Islam yang dibela. Ini sungguh kekurangan yang besar.
Harusnya umat Islam diarahkan ke jalan yang benar ketika ingin
berjihad.” (Idem, hal. 69).
Faedah lain dari hadits ini diterangkan oleh Syaikh Musthofa Al Bugho hafizhohullah,
“Yang disebut keutamaan jihad di jalan Allah adalah jika Islam yang
dibela. Akan tetapi hal ini tidaklah menghalangi untuk tetap memandikan
orang yang mati di medan perang dan dianggap sebagai syahid sehingga
ketika matinya tidak mandikan, tidak dikafani, tidak dishalati, namun
langsung dikuburkan. Sedangkan niatan yang benar atau keliru dari orang
yang mati tersebut, semuanya diserahkan pada Allah.” (Nuzhatul Muttaqin, hal. 16).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar