Rabu, 20 November 2019

Kisah dhoif surat khalifah umar kepada sungai nil


Kisah surat khalifah Umar bin khathab kepada sungai nil ini adalah suatu kisah yang sangat masyhur , sehingga kisah ini
banyak dibawakan oleh para ulama dalam
kitab-kitab mereka. Begitu juga di zaman
sekarang , kisah tersebut sering di
bawakan para ustadz maupun para da'i
penceramah di mesjid-mesjid maupun
dalam kajiannya.

Akan tetapi jika diteliti lagi atsar dari kisah
tersebut, ternyata adalah tidak benar disandarkan kepada khalifah Umar bin Khatab radiallahuanhum.

Berikut ini adalah atsar yang sering dibawakan tersebut :

أنا محمد بن أبي بكر قال : ثنا محمد بم مخلد قال :
ثنا محمد بن إسحاق قال : ثنا عبدالله بن صالح
حدثني  ابن لهيعة عن قيس حجاج عمن حدثه  قال :
لما فتحت مصر اتى أهلها إلى عمرو بن العاص حين
دخل بؤونة من أشهر العجم فقالوا : أيها الأمير إن لنيل
زهذا سنة لا يجري الا بها ، فقال : وما ذاك ؟ قالوا :
إذاكان ثنتا عشرة ليلة خلون من هذا الشهر عمدنا إلى
جارية بكر من أبويها فأرضينا أبويها وجعلنا عليها من
الحلى والثياب أفضل ما يكون ثم ثم ألقينا ها قي هذا
النيل ، فقال لهم عمرو : إن هذا مما لا يكون في
 الإسلام إن الإسلام يهدم ما قبله...................
فلما رأى ذلك عمرو كتب بذلك إلى عمر بن الخطاب
فكتب  : إنك قد أصبت بالذي فعلت وإنالإسلام
 يهدم ما قبله وإني قد بعث اليك ببطاقة داخل
كتابي هذا فألقها في النيل. فلما قدم كتاب عمر
 إلى عمرو أخذ البطاقة ففتحها فإذ فيها :
"من عبدالله عمر أمير المؤمنين إلى نيل مصر،
 أما بعد فأن كنت إنما تجري من قبلك فلا تجر ، 
وإن كان الله الواحد القهار هوالذي يجريك،
 فئسأالله الواحد القهار أن يحريك......

Menceritakan pada kami Muhamad bin
Abi Bakr berkata : menceritakan pada
kami Muhamad bin Makhlad berkata :
menceritakan pada kami Muhamad bin
Ishaq berkata : menceritakan pada kami
Abdullah bin Shooleh menceritakan
padaku Ibnu Lahi'ah dari qais bin Hajaj
dari seseorang  yang menceritakan ia
berkata : Ketika Amru bin 'Ash
menaklukkan mesir maka penduduk
mesir mendatanginya ketika telah
 memasuki bulan kesepuluh dari
penanggalan mesir, kemudian mereka
berkata : wahai Amir, sungguh kami
memiliki tradisi dengan sungai nil
kami ini, dan sungai nil tidak akan
mengalir kecuali dengan melakukan
tradisi tersebut. Amru bi Ash bertanya ;
Apa tradisi tersebut ? mereka menjawab:
Jika telah berlalu 12 bulan dari bulan ini
Kami akan mengambil seorang gadis
perawan dari kedua orang tuanya, setelah
sebelumnya kami membuat kedua orang
tuanya menjadi rela ( mengorbankan anak
gadisnya ).Kami mempercantik gadis
tersebut dengan perhiasan dan pakaian
yang terbaik, lalu kami melemparkannya
ke sungai nil ini , sehingga sungai nil
kembali mengalir. Amru bin Ash
berkata : perbuatan tersebut tidak
diperbolehkan dan sungguh islam
datang untuk menghancurkan ajaran
yang ada sebelumnya................dst.
Ketika Amru bin Ash melihat hal tersebut
maka ia menulis surat kepada khalifah
Umar bin Al khathab, maka khalifah
umar membalas surat tersebut : kamu
telah bertindak benar, sungguh islam
itu datang untuk menghancurkan ajaran
yang ada sebelumnya, Aku lampirkan
sehelai surat dalam surat balasanku ini,
jika surat ini telah engkau terima maka
lemparkanlah surat tersebut ke sungai nil.
Setelah surat Khalifah umar diterima
Amru nin Ash Ia pun membuka isi dari
surat tersebut :
Dari hamba Allah Umar amirul mu'minin
kepada sungai nil mesir, amma ba'du :
Jika engkau mengalir karena 
kehendakmu maka janganlah engkau
mengalir.
Jika engkau mengalir itu karena Allah 
Al wahidil qohhar, maka aku memohon
kepada Allah Al Wahidil Qohhar untuk
mengalirkanmu.........................dst.

( Al laalikaiy : Karomatil Aulia Allah
  Hal.119. no.66 )

Atsar ini diriwayatkan juga oleh :
⏩Ibnu Asaakir dalam tarikh dimsyiq
   44/336.
⏩Abu Asy-syaikh : al uzmah :4/1424.
⏩Ibnu Abdul hakim ; futuh mesir:1/150

Semuanya dari jalan ibnu lahi'ah.

Atsar ini juga dinukil oleh :

-↔ibnu katsir dalam Al bidayah: 3/27
↔Abu Rabi'al kula'i: al iktifa': 2/354
↔muhibbudin Ath thobari : riyadhun
  Nadhirah : 3/323
↔As subkiy : thobaqat syafi'iyah:2/326
↔As suyuthiy: tarikh khulafa' : 1/ 102-103

Atsar ini dhoif dengan dua sebab :

⭕ Abdullah bin lahi'ah bin uqbah
    Abu abdurrahman al bashriy

Mengenai perawi ibnu lahi'ah ini maka jumhur muhaditsin mendhoifkannya ,seperti:
Waki'bin Jarrah, ibnu qathan, ibnu ma'in
abu zur'ah, abu haatim, ibnu hanbal ,ibnu
sa'ad, Al jauzaniy, An Nasaaiy, ibnu hibban,
Al hakim dll.

akan tetapi para ahli hadist berbeda
pendapat dalam menyingkapi riwayat
Abdullah bin Lahi'ah ini.

Pertama :♻ Mereka yang menolak secara
mutlak periwayatan ibnu lahi'ah ini, baik
sebelum kitab-kitabnya terbakar maupun
setelah kitab-kitabnya terbakar, semua
periwayatannya lemah.


Kedua :♻ Mereka mendhoifkan riwayat
ibnu lahi'ah ini jika perawi yang menerima
hadist darinya itu setelah kitabnya
terbakar. Akan tetapi jika perawi
mengambil riwayat dari ibnu lahi'ah
sebelum kitabnya terbakar  maka mereka
menerima riwayatnya hanya sebagai
I'tibar dan ulama yang lain menerima
secara mutlak akan tetapi dengan Syarat :


🔵 jika yang meriwayatkan dari beliau
  Orang-orang seperti : Ibnu mubarak
  Ibnu wahb , abdullah bin yazid al muqri
  Abdullah bin maslamah al qa'nabiy
  Yahya bin ishaaq, abdurrahman bin
  mahdi, ishaq bin isa, al laits bin sa'ad
  dan Bisyr bin bakr.

Maka selain orang-orang diatas maka
riwayat ibnu lahi'ah semuanya Dhoif.

Riwayat ibnu lahi'ah diatas adalah dari
perawi Abdullah bin shaaleh yang tidak
termasuk dalam jajaran orang yang
diterima riwayatnya dari ibnu lahi'ah.

Disamping itu juga ibnu lahi'ah ini
adalah seorang mudallis seperti yang
dikatakan oleh ibnu hibban dalam
Al Majruhin.

Ibnu hajar rahimahullah memasukkan
ibnu lahi'ah dalam thobaqat mudalisin
pada tingkatan yang ke-5.
Artinya , riwayatnya tidak diterima
walaupun ia telah menceritakan dengan
lafadz tahdist penyimakan hadist.



⭕. Mubham-nya perawi yang diriwayatkan
    Oleh Qais bin Hajaaj.

Mubham adalah seorang perawi yang
tidak disebutkan namanya atau hanya
disebutkan kunyah dan laqabnya saja
ini adalah sebuah indikasi akan
kedhoifan  suatu hadist.


Oleh karena itu walaupun kisah ini
masyhur di kalangan ulama tidak lantas
menjadi  kisah yang shahih yang
disandarkan  kepada khalifah amirul
mu'minin Umar  bin khathab
radiallahuanhu.

Tidak ada komentar: