Senin, 10 September 2018

Bolehkah Anak Batita Memukul Orangtuanya ?



Oleh : Arifianto Apin ( Dokter Spesialis Anak )

----------

Ada dua hal di ruang praktik yang tidak saya sukai.

#Pertama, anak yang ketika marah atau takut, entah karena tidak mau diperiksa dokter, atau takut disuntik, membuat si anak lalu melampiaskan kemarahannya dengan memukuli orangtuanya.

Apakah si anak memukuli ibu atau ayah yang menggendongnya untuk ditunjukkan ke dokter, atau menjambak dan menendangi orangtuanya, meskipun sudah ditenangkan.

Kalau menghadapi situasi ini, saya biasanya otomatis menjadi galak dan langsung menegur si anak.

"Nggak boleh ya. Bunda nggak boleh dipukul!" Tegur saya dengan nada tinggi dan pasang muka galak. (Ada yang pernah lihat tampang galak saya? Hehe).

Buat saya, anak balita boleh mengekspresikan emosinya dengan berteriak, menangis kencang, dan meronta, bahkan berguling-guling di lantai (tantrum).

Tapi, tidak dengan cara memukuli ayah-bundanya.

Sejak kecil, anak harus diajari untuk menghormati ayah-ibunya dengan ekspresi sayang, termasuk ketika marah, yaitu dengan batasan.

Meskipun kadang saya jumpai orangtuanya memang membiarkan anak-anaknya meluapkan kemarahannya dengan cara menyakiti ayah-ibunya secara fisik.

"Ah, nggak apa-apa kok. Namanya juga anak kecil. Nanti kalau sudah besar juga mengerti sendiri"  Mungkin itu yang ada dalam benak mereka. Dan saya berbeda pendapat dalam hal ini.

#Kedua, anak yang menangis setelah disuntik atau diperiksa dokter, lalu orangtua atau kakek-neneknya berucap:

"uh, siapa yang nakal?", sambil memukul tempat tidur periksa, seolah-olah menyalahkan benda mati tersebut sebagai pelaku pembuat anak menangis.

Atau kalimat, :

"susternya nakal ya,"

sambil pura pura memukul perawat yang menemani dokter di ruang periksa. Padahal yang nyuntik kan, dokternya...

Ya, kebiasaan menyalahkan ini, atau mencari-cari siapa yang bisa disalahkan, ketika anak merasa tak nyaman, akan membuat si anak kelak selalu mencari orang lain untuk disalahkan.

Seolah-olah dirinya tak pernah bersalah. (Jangan-jangan orangtuanya atau kakek-neneknya pun punya karakter sama, dan mereka mewariskan perangai buruk ini ke anak-cucunya).

Kebiasaan menyalahkan ini juga membuat anak kelak sulit bertanggung jawab atas perbuatannya.

Atau menjadi pengecut, bahkan pecundang dalam kehidupan. Kenapa tidak memberi tahu saja: bahwa disuntik itu sakit, tetapi untuk kebaikan dirinya kelak.

Dan menangis itu diperbolehkan serta... wajar!

Didiklah anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab sejak kecil, tidak mudah menyalahkan orang lain, dan hormat pada kedua orangtua.

Tidak ada komentar: